Kurang dari sepekan, kasus kebakaran terjadi di pemukiman padat di Ibu Kota. Penyebab kebakaran belum dapat dipastikan meskipun ada sejumlah dugaan dari warga dan aparat.
Oleh
Aguido Adri / Aditya Diveranta
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Kebakaran di perkampungan padat kembali terjadi. Kali ini si jago merah melahap sekitar 20 rumah di Kampung Dalam, Kelurahan Cawang, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur, Rabu (9/10/2019) malam. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu, tetapi diperkirakan kerugian mencapai miliaran rupiah.
Sekitar pukul 18.00 tak lama setelah azan magrib berkumandang, warga Kampung Dalam RT 004 dan RT 005 panik ketika api sebuah rumah tiba-tiba membesar. Angin yang berhembus kacang membuat api cepat menyebar.
“Saya cium bau kebakar, tapi enggak tahu dari mana. Tiba-tiba tetangga sudah ramai. Api sudah gede, cepat banget menjalar,” kata Yulianti (41), warga Kampung Dalam.
Di tengah situasi gelap, Yulianti dan beberapa warga lainnya berusaha saling menyelamatkan, mereka tidak sempat menyelamatkan barang-barang berharga. “Yang penting kita selamat semua, tidak ada korban. Cuma ada satu remaja yang panik tadi, dia langsung melompat dari lantai dua,” lanjut Yulianti.
Ketua RT 05 Muhammad Yusuf tidak mengetahui dugaan kebakaran dan tidak mau berspekulasi penyebab kebakaran di wilayahnya. “Tidak ada warga yang tahu kenapa terjadi kebakaran. Saya tidak tahu tidak mau berspekulasi. Ada yang bilang karena arus pendek listrik. Namun, selama ini kami tidak pernah ada gangguan. Dari petugas pemadam kebakaran bilang karena kebocoran regulator gas, tapi itu juga enggak bisa dipastikan,” Kata Yusuf.
Yusuf dan beberapa warga yang terdampak berharap, ada bantuan baju dan pemerintah daerah juga bisa membantu meringankan untuk membangun rumah kembali. Saat ini, warga RT 04 dan RT 05 sudah mendapat bantuan tenda untuk bermalam sementara.
Camat Kramat Jati Eka Darmawan mengatakan, kebakaran diduga akibat karena arus pendek sehingga menghanguskan sekitar 20 rumah. Sementara untuk korban luka dan sesak napas sudah di bawa ke Rumah Sakit Bunda Asih, Jakarta.
“Ada sekitar 60 keluarga atau lebih 240 jiwa yang terdampak. Alhamdullilah enggak ada korban jiwa. Malam ini kita akan tangani dengan segera kebutuhan warga. Ada penyiapan tenda dari Suku Dinas Sosial, dan juga makanan, penerangaan, dan kebutuhan awal lainnya,” kata Eka.
Selain akan berkoordinasi dengan Dinas Sosial, Palang Merah Indonesia, Eka akan mengajukan bantuan perbaikan sarana dan prasarana warga. “Tanah ini legal, warga yang tinggal disini sudah lama. Jadi kami akan data dulu dan alan mengajukan bantuan ke instansi tingkat provinsi,” kata Eka.
Sementara itu, Kepala Seksi Operasi Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Peyelamatan Jakarta Timur Gatot Sulaeman mengatakan, penyebab kebakaran di lahan seluas lebih kurang 1.000 meter persegi itu diduga karena kebocoran pada regulator gas.
“Akibat kebakaran diperkirakan kerugian mencapai Rp 1 miliar. Kami sempat kesulitan karena untuk masuk ke dalam aksesnya sempit. Selain itu, saat menuju lokasi arus lalu lintas macet. Api bisa dipadamkan pukul 21.44, prosesnya selama sekitar 3 jam lebih,” kata Gatot.
Kasus kebakaran kerap kali dipicu kurangnya kewaspadaan warga. Fatalnya, kelalaian semacam ini kemudian menghanguskan lahan permukiman padat seperti di Cawang tersebut.
Guru Besar Manajemen Konstruksi Universitas Pelita Harapan Manlian Ronald Simanjuntak, mengatakan, ada korelasi antara kebakaran dengan lahan permukiman padat. Menurut dia, lahan permukiman padat membuat warga kurang awas terhadap budaya keselamatan.
“Karena wilayah di permukiman itu padat, seringkali warga abai terhadap keselamatan. Maka itu, kebakaran yang terjadi di permukiman padat tahu-tahu sudah besar saja, warga sulit memadamkan,” kata Manlian saat dihubungi Minggu (6/10/2019) lalu.
Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI Jakarta mencatat, ada 823 peristiwa kebakaran yang terjadi selama Januari-Juni 2019. Dari jumlah itu, 65 persen dipicu masalah kelistrikan, 10 persen akibat kebocoran tabung gas, 6 persen akibat pembakaran sampah, dan 3 persen akibat puntung rokok.