Pendaratan helikopter di Alun-alun Menes, Desa Purwaraja, Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang, Banten, sehari sebelum kedatangan Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Jenderal (Purn) Wiranto, menjadi sebuah “pengumuman” bagi warga akan hadirnya tokoh penting di sana.
Hal itu juga menarik sepasang pria dan wanita yang juga warga setempat untuk melancarkan aksi penyerangan pada keesokan harinya.
Ada yang tidak biasa pada Rabu (9/10/2019) pagi bagi warga Menes. Alun-alun Menes yang menjadi tempat sentral kecamatan itu menjadi tempat pendaratan sebuah helikopter. Suara gemuruh baling-baling helikopter yang terdengar jelas dari dalam rumah warga jelas memantik rasa penasaran warga sekitar.
Salah satunya dirasakan, Suriyah (47), warga yang tinggal di RT 04 RW 01 Kampung Sawah, atau sekitar 500 meter dari alun-alun.
Mendengar suara gemuruh helikopter, tetangga sebelah rumah kontrakan pelaku penusukan, Syahrial Alamsyah (31) dan Fitri Andriana (21), ini langsung mengira tempat tinggalnya akan kedatangan tokoh penting.
“Bahkan anak-anak berlarian sambil teriak dari ujung gang, Pak Jokowi mau datang, Pak Jokowi mau datang,” ujar Suriyah, yang ditemui Jumat (11/10/19).
[caption id="attachment_10960304" align="alignleft" width="720"] Kondisi rumah kontrakan Syahril Alamsyah, Jumat (11/10/2019) siang.[/caption]
Asumsi warga bahwa daerahnya akan kedatangan tokoh penting pun semakin menguat. Lantaran, petugas desa dan kecamatan sibuk merapikan rumput dan pohon-pohon yang berada di sekitar alun-alun.
“Sejak Rabu, persiapan penyambutan telah kita lakukan. Beberapa pohon kami tebang dan area kami bersihkan hingga malam,” kata Camat Menes Ubaedillah.
Rencananya, alun-alun itu digunakan untuk menjadi tempat pendaratan dan pemberangkatan helikopter yang akan ditumpangi Menkopolhukam Wiranto.
Alun-alun itu akan menjadi tempat transit, sebelum melanjutkan perjalanan ke Universitas Mathla’ul Anwar. Wiranto datang ke kampus itu meresmikan gedung perkuliahan yang baru rampung dibangun selama 4 tahun.
Helikopter seakan menjadi salah satu sinyal bagi pelaku untuk menyusun rencana aksi penyerangan kepada Wiranto. Sebab, kabar kedatangan Wiranto ke Universitas Mathla’ul Anwar juga tak diketahui oleh warga.
Spanduk ucapan selamat datang kepada Wiranto tidak terlihat di sekitar Alun-Alun Menes atau di sepanjang jalan dari alun-alun menuju Universitas Mathla’ul Anwar yang berjarak sekitar 7,5 kilometer. Spanduk selamat datang berukuran sekitar 1 x 4 meter berlatar hijau hanya terlihat di pintu gerbang universitas.
“Spanduk di depan kampus baru kita pasang satu hari sebelum acara peresmian. Undangan juga terbatas,” kata Kepala Biro Umum Universitas Mathla’ul Anwar Muhammad Fajri.
Fajri menambahkan, undangan acara juga disebarkan secara terbatas melalui surat hanya kepada para Dewan Pembina Yayasan Mathla’ul Anwar, Bupati Pandeglang, Camat Menes, Kapolda Banten, dan Kapolres Pandeglang, dan Kapolsek Menes. Undangan itu disebar satu minggu sebelum acara.
Kepastian kedatangan Wiranto ke Universitas Mathla’ul Anwar baru didapat oleh pihak universitas beberapa hari sebelum acara berlangsung. Bahkan, Wiranto sempat menunda kedatangannya dari yang awalnya tanggal 7 Oktober 2019 menjadi 10 Oktober 2019 lantaran harus mengunjungi Wamena.
Kepala Bidang Humas Polda Banten Komisaris Besar Edy Sumardi mengatakan, pengamanan yang dikerahkan aparat sudah memenuhi standar. Bahkan kapolda, kapolres, dan kapolsek serta jajaran TNI hadir dalam pengamanan.
“Keseriusan pengamanan tidak diragukan lagi,” ujar Edy.