Penyelenggaraan Grand Prix Formula Satu Jepang di Sirkuit Suzuka, akhir pekan ini, terancam oleh topan Hagibis. Padahal, Mercedes hanya perlu unggul 14 poin dari Ferrari untuk memastikan gelar juara dunia konstruktor.
Oleh
Yulvianus Harjono
·4 menit baca
SUZUKA, KAMIS – Tim Mercedes berpeluang mengunci gelar juara dunia balap Formula 1 musim ini pada Grand Prix Jepang, akhir pekan ini. Namun, kelangsungan balapan di Sirkuit Suzuka itu dibayangi cuaca buruk akibat Topan Hagibis.
Mercedes, juara dunia konstruktor F1 lima musim terakhir, hanya butuh unggul 14 poin dari rival terdekatnya, yaitu Ferrari, untuk mengunci gelar itu di Suzuka. Mereka saat ini unggul hingga 162 poin dari Ferrari. Dengan empat seri tersisa, nilai tambahan maksimal yang bisa diraih Ferrari adalah 172 poin—dengan syarat kedua pebalapnya memenangi dua posisi terdepan di tiap seri—ditambah empat poin, masing-masing satu poin di tiap seri, jika pebalapnya mencatatkan putaran tercepat.
Jika mampu mewujudkannya, pabrikan asal Jerman itu akan menyamai rekor enam gelar dunia beruntun yang diukir Ferrari pada 1999-2004. Namun, balapan seri ke-17 F1 itu terancam batal menyusul hadirnya Topan Hagibis di perairan timur Jepang.
Ekor topan raksasa yang membawa hujan deras serta angin hingga kecepatan 257 kilometer per jam itu diperkirakan mencapai ke daratan utama Jepang, termasuk Suzuka, kota teluk di Prefektur Mie, pada akhir pekan ini.
Topan yang diprediksi menjadi yang terkuat di Jepang dalam beberapa tahun terakhir itu sejauh ini telah berdampak dibatalkannya sejumlah pentas besar olahraga, salah satunya laga Inggris lawan Perancis pada Piala Dunia Rugby 2019. Laga itu sedianya digelar di Yokohama, kota pelabuhan yang berjarak 358 kilometer dari Suzuka, Sabtu (12/10) ini.
Steffen Dietz, mantan meteorologis F1, meyakini dampak Topan Hagibis pada balap F1 di Suzuka akan sangat besar. ”Hagibis bertumbuh secara intensif dan kini menjadi topan super kategori empat! Kemungkinan dampaknya sangat besar meskipun belum ada kepastian detailnya saat ini,” ungkapnya lewat akun Twitter-nya.
Ancaman topan itu menyita perhatian penyelenggara di Suzuka. ”FIA (Federasi Balap Mobil Dunia), Formula 1, Sirkuit Suzuka, dan Federasi Balap Mobil Jepang memonitor dengan seksama Topan Hagibis dan potensi dampaknya. Segala upaya dilakukan untuk meminimalisasi dampak pada jadwal F1. Namun, keselamatan fans, peserta, dan setiap orang di Sirkuit Suzuka menjadi prioritas utama,” demikian keterangan resmi penyelenggara.
Gangguan cuaca, khususnya topan, pada penyelenggaraan balapan F1 di Suzuka bukan hal asing. Pada edisi 2010 dan 2014, sesi kualifikasi yang biasanya digelar pada Sabtu digeser pada Minggu pagi atau menjelang balapan. Pada 2014, balapan Minggu bahkan sempat dimulai dalam kawalan safety car. Itu terjadi karena kondisi medan sirkuit yang buruk karena hujan deras dan minimnya jarak pandang.
Kondisi buruk itu bahkan sampai menelan korban jiwa. Balapan itu dihentikan pada putaran ke-46 (dari total 53 putaran) menyusul kecelakaan fatal pebalap tim Marussia, Jules Bianchi, di tikungan Kurva Dunlop pada putaran ke-43. Akibat permukaan trek yang licin, mobilnya tidak bisa dikontrol dan menabrak truk derek di tikungan itu. Ia pun terluka serius di kepala dan mengalami koma sebelum akhirnya meninggal pada 17 Juli 2015.
Tahun ini, dampak topan juga sempat mengganggu balapan bergengsi lainnya, yaitu Balap Ketahanan Suzuka 8 Hours pada Juli lalu. Pada balapan di Suzuka yang turut dihadiri Kompas itu, sejumlah pebalap, termasuk Irfan Ardiansyah dari Indonesia, tergelincir akibat situasi kurang bersahabat di sirkuit ikonik itu menyusul dampak topan Nari.
Mengingat tingginya potensi ancaman topan itu, sesi kualifikasi di balapan F1 seri Jepang 2019 ini pun kemungkinan digeser ke hari Minggu. Menurut Associated Press, ada potensi balapan digeser ke hari Senin (14/10). Kebetulan, hari itu merupakan libur nasional di Jepang.
“Rollercoaster”
Sirkuit Suzuka selama ini dikenal sebagai sirkuit favorit Lewis Hamilton, pebalap andalan Mercedes. Ia telah lima kali memenangi balapan F1 di sirkuit tersebut. Dari lima musim terakhir, empat kali ia juara di sirkuit itu. Jika kembali menang, Hamilton akan menyamai rekor legenda hidup F1 dan Ferrari, Michael Schumacher. Mantan pebalap yang hingga kini masih menjalani pemulihan akibat kecelakaan tragis saat berski pada 2013 itu dikenal sebagai “raja” Suzuka dengan enam kemenangan.
“Tidak ada lagi trek baru seperti ini (Suzuka). Sedikit saja menyentuh rumput (tepi sirkuit), Anda menghantam tembok. Suzuka adalah salah satu, kalau bukan sirkuit terfavorit saya. Sirkuit ini sangat keren. Sektor pertama dan kedua khususnya, sangat gila. Itu seperti menunggangi rollercoaster,” ujar Hamilton tentang satu-satunya sirkuit di dunia yang punya denah lintasan berbentuk angka delapan itu seperti dikutip Independent tahun lalu. (AP/REUTERS)