Tekad kuat dari seorang pemain, bahkan yang statusnya bukan mega bintang, bisa mengubah hasil pertandingan. Itu dilakukan oleh Lucas Alario saat menyelematkan Argentina dari kekalahan di tanah Jerman.
Oleh
Herpin Dewanto Putro
·3 menit baca
DORTMUND, RABU - Lucas Alario (27) bukanlah sosok yang menonjol dalam skuad tim nasional Argentina. Striker itu tenggelam di antara para bintang “La Albiceleste” lainnya seperti Lionel Messi, Gonzalo Higuain, Paulo Dybala, Sergio Aguero, atau Lautaro Martinez. Namun, Alario mampu menyelamatkan Argentina di Stadion Signal Iduna Park, Dortmund, Jerman, Kamis (10/10/2019) dini hari WIB.
Jerman masih unggul 2-0 atas Argentina dalam laga persahabatan itu ketika Alario duduk di bangku cadangan sepanjang babak pertama. Pelatih Argentina Lionel Scaloni kemudian meminta Alario untuk tampil pada menit ke-62 dan perubahan terjadi. Empat menit kemudian Alario mencetak gol dan memberikan assist kepada Lucas Ocampos pada menit ke-85 untuk menyamakan kedudukan menjadi 2-2 hingga laga berakhir.
Setiap menit di lapangan, katakanlah lima, 10, atau 15 menit, anda harus bisa menunjukkan siapa diri anda
Malam itu, Alario langsung dianggap sebagai pahlawan yang menghindarkan Argentina dari kekalahan yang bisa membuka kenangan pahit tahun 2014 ketika Jerman mengalahkan Argentina pada final Piala Dunia di Brasil. Namun, yang tidak kalah penting adalah ketika Alario menunjukkan bentuk totalitas yang seharusnya dimiliki semua pemain sepak bola.
Totalitas itu berawal ketika Alario pindah dari kota kecil tempat kelahirannya, Tostado, ke Santa Fe untuk bergabung dengan klub Colon pada 2010. Setelah empat tahun ia pindah lagi ke Buenos Aires dan bergabung dengan klub yang lebih besar, River Plate. Inilah batu loncatan baginya untuk mencari tantangan lebih besar di Bayer Leverkusen hingga sekarang.
Penampilannya di River Plate kemudian mengantarnya masuk ke skuad La Albiceleste dan menjalani debutnya pada 2016 saat melawan Uruguay. Ia tampil pada babak kedua menggantikan Lucas Pratto. “Alario adalah pemain dengan masa depan yang luar biasa. Bagus bagi dia untuk selalu berada di dalam skuad ini,” kata pelatih Argentina saat itu, Edgardo Bauza, seperti dikutip Bundesliga.
Alario memang selalu berada di skuad La Albiceleste tetapi belum pernah mendapat kesempatan menjadi pemain inti. Argentina sudah memiliki striker seperti Martinez, Aguero, atau Higuain, sehingga ia kesulitan mendapat tempat. Oleh karena itu, ketika ia dipanggil untuk bermain, setiap menit di lapangan menjadi sangat berharga. Pada momen-momen seperti itu, ia menunjukkan totalitasnya.
“Setiap menit di lapangan, katakanlah lima, 10, atau 15 menit, anda harus bisa menunjukkan siapa diri anda. Anda harus menyerahkan hidup demi jersey yang anda pakai,” kata Alario seperti dikutip Ole. Ia juga ingin tampil sebaik mungkin agar pelatih semakin bingung untuk memilih pemain pada laga berikutnya. Malam itu, Alario mampu meyakinkan Scaloni bahwa ia layak menjadi pemain inti.
Perubahan sistem
Keberhasilan Alario dan Argentina untuk menyamakan kedudukan pada laga kemarin juga dipengaruhi perubahan sistem permainan. Pada babak pertama, Scaloni memakai formasi 4-2-3-1 dan gagal untuk keluar dari tekanan Jerman yang menggunakan formasi 3-4-1-2. Scaloni pun mengubah formasi menjadi 4-3-3 pada babak kedua dan berhasil.
“Hal terpenting adalah kami sudah tahu bagaimana cara memahami dan mengubah permainan,” kata Scaloni. Dengan memasukan Alario dan Ocampos, Scaloni mengeluarkan senjata rahasianya. Sistem yang tepat membuat Ocampos berhasil mencetak gol perdananya untuk timnas.
Fleksibilitas yang diperagakan Scaloni ini menunjukkan kematangannya beradaptasi dalam situasi berbeda. Pada laga kontra Jerman ini, Scaloni tidak bisa menurunkan Messi yang masih menjalani larangan bermain setelah mendapat kartu merah pada laga Copa America. Aguero dan Angel Di Maria juga absen.
Jerman, di sisi lain, juga menampilkan wujud tim eksperimental karena badai cedera. Sejumlah pemain yang masih cedera antara lain, Timo Werner, Ilkay Gundogan, Toni Kroos, Jonas Hector, Antonio Rudiger, Leon Goretzka, Kevin Trapp, Nico Schulz, Leroy Sane, Julian Draxler, dan Thilo Kehrer. Pelatih Jerman Joachim Loew, bahkan menurunkan empat pemain debutan dalam laga itu.
Kehadiran Serge Gnabry dan Kai Havertz yang mencetak gol untuk Jerman sedikit melegakan Loew. “Sayangnya, kami tidak bisa bertahan hingga 90 menit,” kata Loew yang kini harus bersiap menghadapi Estonia dalam laga kualifikasi Piala Eropa 2020, Senin (14/10/2019) dini hari WIB. (AP/AFP/REUTERS)