Sumber daya manusia berkualitas merupakan kunci kemajuan industri animasi. Besarnya jumlah penduduk menjadi peluang bagi Indonesia untuk mengembangkan ekonomi pada sektor tersebut.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Sumber daya manusia berkualitas merupakan kunci kemajuan industri animasi. Besarnya jumlah penduduk menjadi peluang bagi Indonesia untuk mengembangkan ekonomi pada sektor tersebut. Perlu dipastikan sungguh-sungguh kesiapan ekosistem kreatif yang mendukung terciptanya sumber daya manusia berkualitas tersebut.
Hal itu disampaikan Ketua Umum Asosiasi Industri Animasi dan Konten Indonesia (Ainaki) Daryl Wilson, seusai pembukaan Animpiade 2019, di Jogja Expo Center, Yogyakarta, Jumat (11/10/2019) petang.
”Dengan jumlah 270 juta penduduk di Indonesia, potensi talent pool di negara ini untuk sektor kreatif itu sangat tinggi. Industri kreatif itu pertumbuhannya didasari dari kemampuan setiap manusia dengan segala idenya,” kata Daryl.
Menurut data dari Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), pada 2015, sektor animasi termasuk salah satu yang pertumbuhan ekonominya pesat. Tercatat angka kontribusinya terhadap PDB (produk domestik bruto) itu mencapai 6,68 persen. Sektor itu bersanding dengan sektor lainnya seperti desain komunikasi visual (10,28 persen), musik (7,26 persen), dan arsitektur (6,62 persen).
Daryl mengungkapkan, tantangan lain yang muncul adalah bagaimana para animator ataupun kreator konten itu bisa menghasilkan produk-produk animasi sesuai pasar. Mereka harus terus berinovasi demi menciptakan produk terbaiknya. Ini dalam rangka menjamin keberlangsungan industri tersebut.
”Bukan bikin apa yang pengen dibikin saja. Tetapi, bagaimana membuat produk sesuai dengan permintaan pasar. Jika (animasi) ini dipandang sebagai sebuah industri. Tentu, harus menciptakan pasarnya,” ujar Daryl.
Selain itu, Daryl mengungkapkan, tantangan lainnya berupa minimnya tenaga kerja bagi industri animasi di negara ini. Dalam satu tahun, ada sekitar 10.000 orang lulusan baru dari berbagai SMK Multimedia dan Animasi di Indonesia. Namun, hanya 15 persen dari lulusan itu yang siap bekerja langsung ke industri animasi.
Berarti ada masalah dalam hal standardisasi pendidikan. Apakah itu kurikulum yang bermasalah, siswa yang kurang punya minat, atau tenaga pengajar yang bermasalah. Ini yang harus kita kaji bersama-sama.
”Berarti ada masalah dalam hal standardisasi pendidikan. Apakah itu kurikulum yang bermasalah, siswa yang kurang punya minat atau tenaga pengajar yang bermasalah. Ini yang harus kita kaji bersama-sama,” kata Daryl.
Pelaksana Tugas Kepala Subdirektorat Industri Software dan Konten Kementerian Perindustrian Agus Kurniawan mengatakan, upaya mendukung industri animasi dilakukan dengan mengembangkan pusat-pusat industri animasi. Itu dilakukan dengan pembuatan pusat pendidikan dan pelatihan (diklat).
Saat ini, ada tiga tempat diklat yang aktif yang telah dibangun, yaitu di Bali, Semarang, dan Cimahi. Setiap tahun, berlangsung diklat yang digelar selama enam bulan. Setelah menjalani diklat, calon tenaga kerja di bidang animasi itu langsung disalurkan ke industri.
”Ini sudah jalan selama dua tahun kurang lebih. Mungkin, juga sudah mencetak animator-animator yang siap masuk ke industri,” kata Agus.
Agus menambahkan, dari kementerian juga mencoba menyambungkan produk-produk animasi dengan pasarnya langsung. Caranya mendukung berbagai gelaran festival animasi. Ajang itu bakal mempertemukan para pemangku kepentingan dari industri animasi. Pertemuan tersebut mampu mendorong perkembangan industri animasi itu sendiri.
Direktur Animpiade Hanitianto Joedo menyampaikan, terkait Animpiade 2019, festival animasi itu digelar untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap animasi. Festival itu diisi dengan lokakarya, pameran animasi, job fair, hingga klinik konsultasi. Acara itu sudah dikelar sebanyak tiga kali sejak diadakan pertama kali pada 2015.
”Kami ingin mempertemukan antara pelaku animasi (animator) dan studio animasi. Ini agar semakin jelas menunjukkan keduanya saling membutuhkan. Ini adalah ruang pertemuan mereka,” kata Joedo.