Ira Koesno (49) diajak organisasi nirlaba pembina difabel untuk memublikasikan penggalangan dana bagi pembangunan sebuah sekolah di Solo, Jawa Tengah. Ajakan itu lebih kurang lima tahun lalu. Pendiri dan Direktur IraKoesno Communications itu mengamati pemberdayaan difabel yang terus meningkat.
”Memang, semakin baik,” ujarnya di sela 30 Years Road to Reunion Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 70-1989 di Jakarta, Jumat (11/10/2019). Namun, praktisi media dan humas ini menilai perhatian terhadap difabel belum cukup meski banyak karya mereka sangat bermutu.
”(Meskipun) difabel, kalau punya talenta seperti seni pasti pekerjaannya bagus. Kalau dikaruniai bakat, disabilitas tentu tak menjadi kendala,” ujar Ira. Justru mereka luar biasa karena mampu mengatasi rintangan ketimbang seniman pada umumnya.
Kepedulian generasi muda terhadap kaum difabel juga harus ditingkatkan. Ira menilai, banyak dari mereka yang mengulurkan tangan untuk kaum difabel sudah tergolong berumur. ”Perlu penyegaran dan sosialisasi intensif agar masyarakat terbuka mata dan menunjukkan atensi terhadap difabel.”
Fasilitas bagi warga difabel di kota-kota kecil pun belum tentu memadai. Kontribusi terhadap organisasi-organisasi peduli difabel juga diharapkan bertambah. ”Kalau tidak ada suara yang cukup vokal dan konsisten untuk menyuarakan, maka persoalan itu akan tenggelam dan jadi retorika saja, meski penting,” ucap Ira. (BAY)