Singapura yang Terasa Beda
Singapura bukan hanya Marina Bay atau Merlion. Kami menikmati Singapura sambil bersepeda di Pulau Ubin dan beberapa titik penting. Dari atas sepeda, Singapura terkesan berbeda.
Sabtu (21/8/2019), Kompas bersama 15 jurnalis berkesempatan menikmati Singapura dengan mengendarai kereta angin. Kami adalah penerima Asia Journalism Fellowship (AJF) 2019, program yang diselenggarakan Lee Kuan Yew School of Public Policy, Institute of Policy Study, National University of Singapore bekerja sama dengan Temasek Foundation.
Kali ini kami bersepeda di Pulau Ubin. Perjalanan menuju pulau seluas 10,2 kilometer persegi yang terletak di sisi timur laut daratan Singapura itu mudah saja. ”Kita bisa mencapai pulau yang terletak di Selat Johor itu dengan naik kapal dari Changi Point Ferry Terminal selama 10 menit saja,” kata Zakaria, pemimpin rombongan kami.
Dengan tiket kapal seharga 3 dollar Singapura per orang, kami akan diantarkan oleh kapal penumpang yang hilir mudik. Namun, kami mesti menunggu hingga penumpang berjumlah 12 orang, barulah kapal berangkat. Apabila membawa sepeda, kita akan dikenai tarif tambahan untuk sepeda. Semua dibayarkan langsung kepada pemilik kapal saat hendak berangkat.
Begitu tiba di dermaga, pemandangan khas berupa sepeda-sepeda yang terparkir rapi di jembatan jalur penumpang sudah menyambut. Di pulau yang dulunya adalah pulau pertambangan granit ini kita seakan dibawa ke Singapura di pada tahun 1960-an. Sebuah kesan yang sangat berbeda dengan saat berada di tengah kota.
Kumpulan rumah tapak beratap seng atau rumah panggung yang menjorok ke pantai di dekat dermaga menjadi pemandangan lain dari gemerlapnya daratan Singapura yang dipenuhi gedung pencakar langit. Belum lagi rimbun pepohonan yang seolah dibiarkan alami.
Sama seperti taman juga hutan konservasi yang tersebar di penjuru negara-kota itu dan bisa dinikmati kapan saja serta dapat digunakan untuk kegiatan luar ruang secara gratis, pulau Ubin pun demikian.
Tak lurus
Cara menikmati pulau yang dihuni 100-an orang itu adalah dengan bersepeda atau berjalan kaki. Rute beraspal dengan lintasan yang naik turun, berkelok, juga datar tergelar di sana.
Ada sejumlah rute yang bisa dilalui dan dipilih. Anda tinggal mencermati peta yang terpampang di papan petunjuk yang ada di setiap titik, tak akan ada kata tersesat. Lagi pula, polisi bermobil terlihat lalu-lalang berpatroli.
Di mulut desa yang terletak dekat dermaga, sejumlah penyewaan sepeda bisa didatangi. Cukup dengan 8 dollar Singapura, kita bisa menyewa satu sepeda untuk berkeliling pulau seharian.
Hanya, yang perlu diperhatikan, selain kemampuan bersepeda, adalah bekal air minum, topi, krim pelindung sinar matahari, juga pakaian yang nyaman, ringan, serta mudah menyerap keringat. Terletak di kawasan tropis, terik matahari juga kelembaban yang tinggi di Pulau Ubin membuat kita mudah lelah.
Sebagai pulau bekas kawasan pertambangan granit, kumpulan rumah petambang masih bisa dilihat. Rumah-rumah yang masih dihuni itu bisa dilihat saat bersepeda menyusuri jalan desa dari arah pantai. Ambillah rute menuju area kemping Mamam atau Jelutong. Maka, rumah-rumah kuno itu bisa dilihat.
Di sepanjang jalan menuju area kemping Mamam, pepohonan buah, seperti durian dan manggis, bisa ditemui. Di area kempingnya yang terletak di tepi pantai yang mengarah ke Semenanjung Malaysia, kita bisa menginap. Caranya, cukup menginformasikan kepada pos polisi Pulau Ubin kalau kita hendak bermalam dan kemping di pulau. Mereka akan menjaga kita.
Bagi Anda yang menyukai sepeda gunung, ada pula lintasan sepeda gunung di Pulau Ubin. Namanya Ketam Mountain Bike Park. Sangat menantang.
Selain Pulau Ubin, Singapura juga menawarkan pengalaman bersepeda yang tak kalah seru. Rute sepeda kali ini ada di wilayah pantai timur atau East Coast.
Singapura yang tengah mengembangkan citra sebagai kota dalam kebun memang giat menghijaukan area kota. Taman-taman atau hutan kota yang terserak itu dihubungkan oleh jaringan lintasan sepeda yang disebut park connector network (PCN). Semua orang bisa datang dan menikmati area ini dengan gratis.
Taman kota tepi pantai East Coast terentang dari arah Changi menuju ke kawasan Marina Bay sejauh 20 kilometer. Namun, menurut laman resmi National Park Boards, yaitu badan pemerintah yang mengelola taman-taman dan area konservasi Singapura, panjang lintasan sepeda itu terentang sejauh 15 km.
Saat Kompas menjajal rute sepeda itu, rasa kagum tak henti melanda. Dari penyewaan sepeda di area parkir mobil E2, titik terdekat adalah Castle Beach. Dari sana, jalur aspal nan datar terbentang.
Dimanja senja
Ketika memulai perjalanan, waktu hampir menunjuk pukul 16.00. Saat yang pas untuk bersepeda mengingat cuaca tropis Singapura yang menyengat saat siang, persis sama dengan di Indonesia.
Saat berangkat, sisi kiri adalah pantai dengan pasir putih. Sisi kanan adalah rangkaian taman yang dilengkapi berbagai fasilitas, mulai taman bermain, restoran, hingga area olahraga air. Pohon-pohon besar di sepanjang kanan kiri jalan memberi keteduhan, membuat acara bersepeda kian nyaman.
”Ini seru sekali. Angin sepoi-sepoi. Kita bisa meluncur tanpa halangan mobil atau kendaraan lain,” seru Jafar Bua, salah satu peserta AJF 2019.
Berbeda dengan rute di Pulau Ubin yang memang alami, di East Coast ini rute terlihat dibuat. Oleh karena itu, yang terlihat adalah rute datar. Masing-masing menawarkan keunikannya.
Yang paling menyenangkan ketika menyusuri PCN ini tentulah saat tiba di Garden Bay East. Setelah rehat dan membasuh muka di toilet umum yang tersedia di sana, perjalanan berlanjut.
Dari titik ini, kita akan sampai ke kawasan Marina Bay. Setelah bertemu pepohonan dan taman, di jalur yang menuju Marina Barrage atau Bendungan Marina, kita bisa melihat secara utuh lanskap gedung tinggi dengan perahu di atasnya, yaitu Marina Bay Sands, yang sejajar dengan Singapore Flyer.
Spot yang sangat menarik mengundang kami untuk berhenti dan mengabadikan momen. Di titik ini, kami kembali berdecak-decak, kagum. Dari tempat ini kita bisa melaju menuju Garden by The Bay, lalu menyusuri tamannya menuju museum Science yang ada di depan Marina Bay Sands.
Perjalanan kembali menyusuri rute yang sama menuju East Coast Park pun menjadi momen yang tak kalah indah. Matahari tengah menuju peraduan sehingga lanskap yang tadi dilihat di awal kembali bisa dinikmati dengan sinar senja yang kemerahan.
Saat tiba di titik awal, tidak terasa sudah 16 kilometer kami pergi pulang menjelajahi dan menikmati Singapura dari atas sepeda. Cara ini sungguh memberi kesan yang berbeda.