Bentoel Group Beli 9.000 Ton Tembakau dari Petani di Lombok
›
Bentoel Group Beli 9.000 Ton...
Iklan
Bentoel Group Beli 9.000 Ton Tembakau dari Petani di Lombok
Bentol Group mengadakan Perayaan Pembelian Raya Tembakau sebanyak 9.000 ton dari petani mitra mereka di Desa Kalianyar, Kecamatan Terara, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
SELONG, KOMPAS – Bentol Group mengadakan Perayaan Pembelian Raya Tembakau dari petani mitra mereka di Desa Kalianyar, Kecamatan Terara, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Senin (14/10/2019). Mereka membeli sebanyak 9.000 ton tembakau dari petani di berbagai wilayah di Lombok Timur dan Lombok Tengah. Kemitraan antara perusahaan dengan petani diharapkan terus tumbuh.
Presiden Komisaris Independen Bentoel Group Hendro Martowardojo mengatakan, total 9.000 ton tembakau jenis Flue-Cured Virginia (FCV) yang dibeli adalah produksi tembakau dari 1.266 mitra petani Bentoel Group.
“Lombok merupakan penghasil tembakau jenis FCV terbesar di Indonesia. Tembakau jenis FCV dari Lombok merupakan daun tembakau berkualitas tinggi yang dipakai perusahaan untuk produk-produk berkelas dunia kami. Produk itu baik untuk didistribusikan secara nasional maupun untuk kebutuhan ekspor,” kata Hendro.
Menurut Hendro, pembelian raya tembakau produksi Lombok merupakan bentuk komitmen mereka dalam mendukung keberhasilan program kemitraan dengan petani tembakau.
“Sejak 2002, kemitraan petani Bentoel Group didukung dengan Program Social Responsibility in Tobacco Production (tanggung jawab sosial pada produksi tembakau). Program itu kemudian berubah menjadi Program Tembakau Berkesinambungan sejak 2016,” kata Hendro.
Lombok merupakan penghasil tembakau jenis FCV terbesar di Indonesia. Tembakau jenis FCV dari Lombok merupakan daun tembakau berkualitas tinggi yang dipakai perusahaan untuk produk-produk berkelas dunia kami. Produk itu baik untuk didistribusikan secara nasional maupun untuk kebutuhan ekspor, kata Hendro.
Hendro mengatakan, dalam kemitraan tersebut, selain memberikan bantuan sarana produksi, mereka juga mendampingi petani. Sebanyak 24 petugas lapangan diterjunkan untuk membina petani dalam aspek tata kelola budidaya tembakau yang berkesinambungan.
“Selama 2019, kami juga telah menyelenggarakan 11 program bimbingan dan pelatihan kepada mitra petani. Sedangkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas terutama dalam penyiapan lahan, kami juga memperkenalkan teknologi pertanian dengan membagikan 42 alat pengolahan mini ke petani,” kata Hendro.
Director Legal and External Affairs Bentoel Group Mercy Francisca Hutahaean menambahkan, selain bermitra dengan petani tembakau, mereka juga bekerjasama dengan lembaga sosial masyarakat dengan fokus pembangunan berkelanjutan.
“Kerjasama itu untuk membantu pemerintah dalam mencegah dan mengurangi pekerja anak di sektor pertanian,” kata Mercy.
Mercy menjelaskan, program yang mereka lakukan adalah Taman Pendidikan Al-Quran. Program itu dilaksanakan saat musim panen tembakau sejak bulan Juli 2019 lalu yang tersebar di dua kabupaten.
“Dalam program yang diikuti 159 anak petani dan buruh petani itu, kegiatan yang dilakukan meliputi Bahasa Inggris, Kaligrafi, vlog, dan nasyid,” kata Mercy.
Dorong kemitraan
Kepala Dinas Pertanian Lombok Timur H Abadi mengapresiasi kemitraan antara Bentoel Group dengan petani tembakau di wilayahnya. “Kami sangat terbantu dengan program tersebut. Harapannya, ke depan semakin banyak petani yang bermitra dengan perusahaan,” kata Abadi.
Menurut Abadi, sejauh ini pemerintah daerah juga terus mendorong peningkatan kapasitas petani baik lewat pelatihan budidaya, grader (pencium) tembakau, dan lainnya. Termasuk juga bantuan peralatan.
Meski demikian, menurut Abadi, itu tidak cukup sehingga kehadiran perusahaan sebagai mitra petani sangat penting.
“Saat ini, ada sekitar 5.000 petani tembakau di Lombok Timur dengan produksi 30.000 ton setiap tahun. Sedangkan perusahaan sebanyak 31, termasuk Bentoel Group,” kata Abadi.
Dari total jumlah petani itu, kata Abadi, baru 50 persen yang bermitra dengan perusahaan. Sisanya masih petani swadaya. “Kalau sudah bermitra, jaminan pasarnya jelas. Kalau swadaya, kadang suka kebingungan mau jual kemana,” kata Abadi.
Abadi belum bisa memastikan penyebab masih banyaknya petani tembakau yang tidak mau bermitra dengan perusahaan. Menurut Abadi, pihaknya berencana menerjunkan tim untuk mengkaji hal tersebut.
“Selain itu, kami juga akan sosialisasi ke petani terkait manfaat kemitraan ini. Jika ada masalah yang kami temukan, tentu akan kami sampaikan juga ke perusahaan. Sebelum 2020, kami juga akan mengadakan pertemuan dengan perusahaan di Lombok Timur terkait hal itu,” kata Abadi.