Ekspor komoditas tuna, tongkol, dan cakalang jauh di bawah angka produksi yang dirilis pemerintah. Upaya meningkatkan ekspor diarahkan ke produk yang bernilai tambah.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ekspor komoditas tuna, tongkol, dan cakalang jauh di bawah angka produksi yang dirilis pemerintah. Upaya meningkatkan ekspor diarahkan ke produk yang bernilai tambah.
Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Indonesia merupakan produsen tuna, tongkol, dan cakalang terbesar di dunia dengan produksi 1,3 juta ton pada 2018. Dari jumlah tersebut, tuna, tongkol, dan cakalang yang diekspor sebanyak 167.695 ton atau setara 280.700 ton ikan segar. Volume ekspor itu baru sekitar 21,5 persen dari total produksi tuna, tongkol, dan cakalang.
Sisa produksi tuna yang sekitar 1,05 juta ton dikonsumsi di dalam negeri dalam bentuk segar, beku, dan olahan dengan tingkat konsumsi rata-rata per provinsi 4,7 kilogram per kapita per tahun.
Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing KKP Agus Suherman menyampaikan, upaya meningkatkan ekspor tuna bernilai tambah memerlukan data sebaran produksi yang komprehensif dan akurat. Pemerintah berkomitmen memvalidasi data berbasis teknologi informasi serta melibatkan pelaku usaha penangkapan, pelaku usaha pengolahan, pemasaran, pelabuhan, dinas, dan pemilik gudang pendingin.
”Dibutuhkan pemetaan yang cepat dan tepat. Dengan teknologi informasi, dapat diketahui produksi ikan terkini, termasuk gudang pendingin akan dicek apakah melimpah atau di mana tempat yang masih kekurangan,” ujar Agus, di Jakarta, Minggu (13/10/2019).
Secara terpisah, Sekretaris Jenderal Asosiasi Tuna Indonesia (Astuin) Hendra Sugandhi berpendapat, angka produksi 1,3 juta ton tidak sinkron dengan kondisi ekspor yang tertinggal. Ia meragukan angka konsumsi tuna, tongkol, dan cakalang di dalam negeri yang sebanyak 1,05 juta ton. Sebab, Indonesia masih bergantung impor tuna 16.227 ton.
Sebagai produsen tuna terbesar dunia, Indonesia hanya menduduki peringkat ke-9 eksportir tuna dunia. Volume ekspor tuna Indonesia kalah jauh dari Thailand sebagai eksportir tuna terbesar dunia dengan volume 535.612 ton.
”Bagi pelaku usaha, tidak masuk akal konsumsi domestik tuna, tongkol, dan cakalang sebanyak 1 juta ton. Kalapun ada surplus hasil tangkapan 1 juta ton, industri pengolahan ikan tuna pasti memiliki kapasitas penuh, tidak kekurangan bahan baku, dan kita tidak perlu lagi impor tuna,” katanya.
Sekretaris Jenderal KKP Nilanto Perbowo menyebutkan, konsumsi produk tuna, tongkol, dan cakalang di dalam negeri sangat tinggi, antara lain untuk konsumsi rumah tangga dan industri. ”Muncul tren, ikan tuna habis dikonsumsi mulai dari kepala sampai badan. Saat ini produk tulang pipi tuna laku keras,” katanya.
Sementara itu, sebagian besar tuna yang diekspor masih dalam bentuk utuh dan beku. Padahal, nilai tambah ekspor tertinggi berupa ikan hidup, segar, dan olahan.
”Kami sedang mengkaji pembatasan ekspor tuna utuh dan beku untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya di dalam negeri dan mendorong produk bernilai tambah,” katanya.
Terkait upaya tersebut, pemerintah tengah mengembangkan sistem resi gudang untuk menjamin penyerapan ikan hasil tangkapan nelayan dengan harga yang layak, baik di musim panen maupun musim paceklik. (LKT)