Meloloskan wakil di tiga nomor final, Indonesia harus puas dengan membawa pulang satu gelar dari Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis Yunior 2019 di Kazan, Rusia.
Oleh
Johanes Waskita Utama
·3 menit baca
KAZAN, MINGGU - Ganda putra yunior Indonesia, Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin menjaga reputasi Indonesia sebagai negara bulu tangkis yunior terbaik tahun ini. Sepekan setelah turut membawa Indonesia juara dunia beregu campuran, Leo/Daniel melengkapinya dengan gelar juara dunia yunior di nomor ganda putra.
Pada laga final di Kazan Gymnastic Center, Kazan, Rusia, Minggu (13/10/2019), Leo/Daniel mengalahkan unggulan pertama dan juara bertahan asal China, Di Zijian/Wang Chang, 21-19, 21-18. Gelar ini melengkapi gelar juara Asia yunior 2019 dengan mengalahkan lawan yang sama.
Ini adalah duel kelima dua ganda putra yunior terbaik dunia tersebut, dengan sebelumnya kedua pasangan berbagi angka, 2-2. Dua kemenangan Leo/Daniel atas Di/Wang diraih pada dua pertemuan terakhir, sehingga membuat Leo/Daniel masuk lapangan dengan percaya diri.
Keyakinan itu membantu mereka untuk tampil positif dan menguasai pertandingan. Leo dan Daniel terus menekan lawannya dengan drive yang datar, sehingga Di/Wang tidak bisa balik menekan.
Servis Daniel yang tipis di atas net, atau dengan flick service melambung ke belakang, kerap menyulitkan lawan. Jika berhasil dikembalikan, kok melayang tanggung sehingga dengan mudah diselesaikan lewat smes.
Ini adalah gelar juara dunia yunior kedua Indonesia di nomor ganda putra, setelah hasil Budi Santoso/Kusno pada edisi pertama kejuaraan dunia yunior tahun 1992. Gelar ini juga menutupi kekecewaan Indonesia yang meloloskan wakil di dua nomor final lain di Kazan, yakni ganda putri dan ganda campuran.
Kesalahan
Pada laga pertama, Leo yang berpasangan dengan Indah Cahya Sari Jamil gagal mempertahankan gelar juara ganda campuran yang diraih tahun lalu. Leo/Indah menyerah pada pasangan China Feng Yanzhe/Lin Fangling, 17-21, 17-21. Menurut Leo, kekalahan itu terjadi karena mereka sudah saling mengetahui kelemahan masing-masing. Ini adalah pertemuan kelima Leo/Indah dengan Feng/Lin.
”Lawan di yunior itu-itu saja, jadi lawan sudah tahu permainan kami,” kata Leo, yang mengaku tidak tampil maksimal dan kerap membuat kesalahan, seperti dikutip laman PBSI.
Adapun peluang juara di ganda putri pupus setelah Febriana Dwipuji Kusuma/Amalia Cahaya Pratiwi menyerah pada Lin Fangling/Zhou Xinru, 22-20, 11-21, 21-14. Febriana/Amalia membuang kesempatan saat unggul 18-14 di gim pertama, dan selalu tertinggal pada gim ketiga.
Gelar juara dunia tunggal putri direbut pemain Jepang iko Gunji. Unggulan ketujuh ini mengalahkan unggulan kedua asal China, Zhou Meng, 21-13, 12-21, 21-14. Ini gelar keempat Jepang di tunggal putri, setelah Nozomi Okuhara (2012) dan Akane Yamaguchi (2013-2014).
Di bagian putra, pemain yunior nomor satu dunia asal Thailand Kunlavut Vitidsarn kembali mempertahankan gelar juara. Kunlavut menjadi pebulu tangkis yunior putra pertama yang meraih tiga gelar beruntun setelah mengalahkan pemain Perancis kelahiran Bulgaria, Christo Popov, 21-8, 21-11.
Sebelum menjadi juara dunia 2019, Kunlavut adalah juara dunia yunior 2017 dan 2018. Kunlavut menyamai prestasi rekan senegaranya, Ratchannok Inthanon, juara dunia tunggal putri yunior tiga tahun berturut-turut pada 2009-2011.
Adapun pemain dengan gelar juara dunia yunior terbanyak adalah Chen Qingchen, pemain putri spesialis ganda asal China. Selain merebut tiga gelar juara dunia yunior ganda campuran berturut turut, berpasangan dengan Huang Kaixiang (2013-2014) dan Zheng Ziwei (2015), Chen juga dua kali menjadi juara dunia ganda putri bersama Jia Yifan (2014-2015).