Indonesia Siap Berpartisipasi dalam Pembangunan Afrika
›
Indonesia Siap Berpartisipasi ...
Iklan
Indonesia Siap Berpartisipasi dalam Pembangunan Afrika
Indonesia siap berpartisipasi dalam pembangunan Afrika bagian selatan. Ruang kolaborasi antara Indonesia dan negara-negara Afrika terbuka lebar di sektor infrastruktur dan transportasi.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia siap berpartisipasi dalam pembangunan Afrika bagian selatan. Ruang kolaborasi antara Indonesia dan negara-negara Afrika terbuka lebar di sektor infrastruktur dan transportasi.
Duta Besar Indonesia untuk Afrika Selatan merangkap Republik Botswana, Kerajaan Eswatini, dan Kerajaan Lesotho Salman Al Farisi, melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin (14/10/2019), mengatakan, Afrika saat ini merupakan prioritas diplomasi Indonesia, terutama di bidang investasi, perdagangan, dan hubungan antarmanusia.
”Indonesia siap menjadi bagian dari pembangunan di kawasan Afrika, khususnya kawasan selatan Afrika. Pemerintah Indonesia akan menjalin berbagai kerja sama di bidang infrastruktur, kereta api, dan peningkatan kapasitas,” kata Salman ketika bertemu Sekretaris Eksekutif Komunitas Pembangunan Afrika Selatan (SADC) Stergomena Lawrence Tax, Kamis (10/10/2019), di Botswana.
Dalam upayanya mempererat hubungan dengan negara-negara anggota SADC, Indonesia sedang memproses keanggotaannya di SADC. Keanggotaan SADC diharapkan dapat mendorong peran aktif Indonesia dalam berbagai pertemuan yang diselenggarakan SADC.
Tax menyampaikan, prioritas SADC adalah melakukan industrialisasi dan transformasi ekonomi. Untuk mewujudkan hal tersebut, perlu pembangunan infrastruktur, khususnya perkeretaapian, untuk mempercepat distribusi barang-barang hasil produksi ke seluruh kawasan negara-negara anggota SADC ataupun seluruh dunia.
SADC akan melakukan industrialisasi dan transformasi ekonomi. Untuk mewujudkannya, perlu pembangunan infrastruktur, khususnya perkeretaapian, untuk mempercepat distribusi barang-barang hasil produksi ke seluruh kawasan.
Maraknya berbagai isu terkait keamanan dan perdamaian di kawasan SADC juga membuat SADC tertarik menjalin kerja sama teknis dengan Indonesia. Isu termasuk peredaran narkoba, perdagangan manusia, dan terorisme.
”Kami juga ingin menjalin kerja sama teknis di bidang pemerintahan, budidaya air, dan layanan keuangan kredit mikro untuk meningkatkan perekonomian masyarakat SADC,” tutur Tax.
SADC merupakan organisasi yang beranggotakan 16 negara, yaitu Afrika Selatan, Angola, Botswana, Comoros, Republik Demokratik Kongo, Eswatini, Lesotho, Madagaskar, Malawi, Mauritius, Mozambik, Namibia, Seychelles, Tanzania, Zambia, dan Zimbabwe.
Organisasi yang didirikan pada 17 Agustus 1992 ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan ekonomi dan pembangunan negara-negara anggotanya.
Sebelumnya, pada forum Indonesia-Africa Infrastructure Dialogue 2019 di Nusa Dua, Bali, Agustus lalu, Pemerintah Indonesia bertekad menjadikan Indonesia sebagai jembatan penghubung perdagangan bagi Benua Afrika di wilayah Asia Tenggara, bahkan Asia secara menyeluruh.
Romantisisme sejarah hubungan Indonesia-Afrika sejak Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika 1955 mendapatkan momentum baru melalui diplomasi ekonomi Pemerintah RI dengan dukungan badan usaha milik negara dan perusahaan-perusahaan swasta di Indonesia.
”Melalui diplomasi ekonomi, kita ingin melihat benar situasinya, mencari potensi-potensi dan kesempatan untuk kerja sama. Indonesia ingin bersama-sama dengan Afrika menghadapi aneka tantangan,” kata Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi.
Presiden Joko Widodo dalam pidato kuncinya menyatakan bahwa Indonesia ingin bersama Afrika melakukan lompatan-lompatan kemajuan. Itu mencakup pembangunan yang merata dan menjangkau daerah-daerah terluar serta meningkatkan konektivitas untuk memperbaiki disparitas harga dan kesenjangan ekonomi.
”Indonesia ingin meningkatkan konektivitas infrastruktur dan ekonomi dengan Benua Afrika. Kami siap bekerja sama. Indonesia siap berbagi pengalaman dan saling membantu untuk pembangunan infrastruktur,” kata Presiden Joko Widodo.
Presiden meyakinkan bahwa BUMN dan perusahaan swasta di Indonesia sudah memiliki kekuatan dan pengalaman yang memadai, berpengalaman membangun infrastruktur dengan tantangan geografis yang berat, sekaligus membangun infrastruktur modern perkotaan dan membangun infrastruktur di kondisi iklim yang ekstrem.
Sebagai kekhasan, BUMN dan perusahaan swasta Indonesia disebut Presiden berpengalaman membangun infrastruktur di lokasi dengan beragam adat budaya tradisi lokalnya.