Kabut asap kembali menyelimuti Kota Palembang, Sumatera Selatan, Senin (14/10/2019) pagi. Jarak pandang bahkan sempat kurang dari 50 meter.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
PALEMBANG,KOMPAS—Kabut asap kembali menyelimuti Kota Palembang, Sumatera Selatan, Senin (14/10/2019) pagi. Jarak pandang bahkan sempat kurang dari 50 meter. Jembatan Ampera pun sempat hilang dari pandangan karena tertutup asap.
Kondisi ini terjadi karena adanya kebakaran di sejumlah wilayah di Palembang, dan Ogan Komering Ilir. Sampai saat ini, kebakaran di Sumsel sudah menghanguskan lahan hingga 144.291 hektar.
Masrul (42) seorang pengemudi Kapal Cepat di Sungai Musi mengatakan, jarak padang di Sungai Musi bahkan sempat kurang dari 10 meter. “Untuk melihat kapal saya yang sandar saja sulit, apalagi untuk berlayar,” kata Masrul.
Masrul pun baru bisa berlayar pada pukul 09.00 WIB karena jarak pandang sudah lebih baik dibanding sebelumnya. “Saya baru bisa berani berlayar ketika jarak pandang lebih dari 200 meter,” katanya. Beberapa kali kecelakaan air pernah terjadi karena kurangnnya jarak pandang.
Baca juga; Kabut Asap Parah Lagi di Jambi, Jam Sekolah Dikurangi
Pantauan Kompas, kabut asap tebal terjadi pada pukul 06.00-07.30 WIB. Jembatan Ampera sempat tertutup kabut asap. Pengendara pun harus menyalakan lampu kendaaraannya untuk menghindari kecelakaan.
Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel Ansori mengatakan, kabut asap pekat yang terjadi di Palembang dikarenakan adanya kebakaran di wilayah Jakabaring Palembang. “Belum lagi masih ada kebakaran di wilayah Ogan Komering Ilir yang asapnya juga mengarah ke Palembang,” katanya.
Untuk melihat kapal saya yang sandar saja sulit, apalagi untuk berlayar
Sampai saat ini sudah ada lima helikopter water bombing yang dikerahkan untuk memadamkan api di wilayah Ogan Komering Ilir. Dua pesawat juga dikerahkan untuk melakukan teknologi modifikasi cuaca (TMC). “Beberapa kali upaya TMC dilakukan, namun hasilnya tidak optimal karena tidak adanya awan hujan,” kata Ansori.
Kebakaran lahan di Sumsel sudah menghanguskan lahan hingga 144.291 hektar dengan kebakaran terluas ada di Kabupaten Ogan Komering Ilir (61.652 hektar), Musi Banyuasin (32.824 hektar), dan Banyuasin (24.845 hektar). Titik panas di Sumsel pada Minggu (13/10/2019) mencapai 732 titik. “Kami sedang berupaya untuk memadamkan api di beberapa lokasi yang terbakar,” katanya.
Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang, Bambang BennySetiaji mengatakan, kabut asap yang terjadi di Palembang karena kebakaran lahan di Ogan Komering Ilir dan Banyuasin. Intensitas asap (smoke) umumnya meningkat pada pagi hari (04.00-08.00 WIB) dan sore hari (16.00-20.00) dikarenakan labilitas udara yang stabil (tidak ada massa udara naik) pada waktu-waktu tersebut.
Bambang mengatakan, fenomena asap diindikasikan dengan kelembapan yang rendah dengan partikel-partikel kering di udara, mengurangi jarak pandang, beraroma khas, perih di mata, mengganggu pernafasan dan matahari terlihat berwarna oranye pada pagi dan sore hari.
Hal ini berpotensi memburuk jika adanya campuran kelembaban yang tinggi (partikel basah/uap air) sehingga membentuk fenomena kabut asap yang umumnya terjadi pada pagi hari. Jarak pandang terendah pada pagi hari tanggal 14 Oktober 2019 berkisar hanya 50-150 m dari jam 06.30-08.30 WIB dengan Kelembapan pada saat itu 95-96% dengan keadaan cuaca asap (smoke) yang berdampak 7 (tujuh) penerbangan di Bandara SMB II Palembang mengalami delay (tertunda).
Bambang memprediksi adanya potensi hujan pada 17-18 Oktober 2019. Hal ini disebabkan melemahnya badai tropis Hagibis di Laut Cina Selatan dan masih adanya pusat tekanan rendah di wilayah tersebut mengakibatkan adanya aliran massa udara ke arah pusat tekanan rendah tersebut dari wilayah Indonesia. Fenomena tersebut mengakibatkan menurunnya potensi dan intensitas hujan di wilayah Sumsel pada tiga hari ke depan (14-16 Oktober 2019).
Bambang mengatakan kondisi angin timuran yang menuju pusat tekanan rendah di Samudera Hindia akan membawa uap air dari Laut Cina Selatan dan Laut Jawa menyebabkan potensi hujan di wilayah Sumsel bagian Barat-Utara (Kab. Musi Rawas, Kota Lubuk Linggau, Kab. Muba, Kab. Lahat, dan Kab. Muara Enim) pada tanggal 17-18 Oktober 2019.
Sedangkan secara lokal, kondisi hujan akibat faktor lokal (awan konvektif) akan tetap berpotensi di wilayah bagian barat Sumsel dikarenakan kelembapan udara lapisan atas cukup memadai untuk pertumbuhan awan, biasanya hujan yang terjadi berlangsung sebentar, sporadis (berbeda tiap tempat) dan berpotensi petir disertai angin kencang.