Gim elektronik Fortnite punya cara sendiri untuk menghadirkan narasinya untuk memanjakan 125 juta pemainnya agar tidak bosan dan terus memainkan permainan yang diperkenalkan sejak dua tahun lalu oleh pengembangnya Epic Games. Setelah sepuluh babak berlalu, pengembang gim ini memutuskan untuk "membongkar" papan permainan dan mengawali dengan sesuatu yang baru.
Cara terbaik: akhir dunia.
Senin dini hari waktu Indonesia, sekitar pukul 2.00 WIB, rangkaian peristiwa ini dimulai dengan peluncuran roket dari Dusty Depot, salah satu titik dari peta permainan ke langit, menuju retakan di atas langit, dan diakhiri dengan dentuman yang diakibatkan oleh tumbukan meteor sehingga menyedot semuanya, termasuk peta permainan.
Para pemain yang terhubung ke permainan saat peristiwa berlangsung akan terlempar dari peta beberapa saat sebelum tumbukan, hanya bisa melayang dan menyaksikan semua tanpa bisa berbuat apa pun. Usai semua tersedot, yang tersisa adalah layar berwarna hitam dengan cincin dari lubang cacing. Fenomena antariksa ini diyakini sebagai solusi dari ruang dan waktu, memungkinkan perjalanan ke tempat yang tidak pernah diduga sebelumnya.
Dan layar hitam itu masih bertahan beberapa jam kemudian. Tidak ada penjelasan lagi. Bahkan sewaktu para pemain beralih untuk meminta informasi dari akun resmi media sosial dari Fortnite, mereka mendapati hal yang sama: layar gelap dengan lubang cacing. Hari ini, tidak ada yang bisa memainkan Fortnite.
Inikah akhir dari permainan tersebut?
Budaya populer
Peristiwa ini sudah lama diisyaratkan oleh pembuatnya. Peristiwa akhir dunia yang sudah dijadwalkan lengkap dengan penunjuk waktu yang menghitung mundur sudah menjadi perbincangan. Setidaknya ada 6 juta pasang mata yang menjadi saksi dari peristiwa ini melalui berbagai layanan siaran langsung seperti Youtube dan Twitch.
Setelah dentuman tersebut, peristiwa berikutnya adalah "Fortnite Blackout" atau pengguna yang tidak lagi bisa mengakses konten terkait Fortnite, terlebih masuk ke layanan permainan. Akun Twitter resmi mereka bahkan sampai menghapus 12.000 cuitan menyisakan satu konten siaran langsung yang kini tinggal layar hitam.
Fenomena budaya global, inilah yang berlangsung saat itu. Semua orang dari berbagai negara membicarakannya, merayakan kebingungan bersama-sama tanpa tahu harus melakukan apa. Mereka makin bersemangat saat petunjuk demi petunjuk mulai diberikan perlahan seperti angka 11, 146, 15, 62, 87, 14, 106, 2 dan 150 yang muncul bergantian di layar hitam, memicu perlombaan untuk menerjemahkan maknanya.
Media sosial dan forum langsung disesaki diskusi untuk mengaitkan petunjuk yang selama ini berserakan, termasuk menengok ke belakang atau apa yang terjadi pada musim-musim sebelumnya. Layaknya berburu harta karun, inilah salah satu daya tarik Fortnite sewaktu menggelar cerita mereka sejak musim ketiga mulai dari datangnya meteor, munculnya "Sang Pendatang", dan kubus yang menyebabkan perubahan pada beberapa tempat di peta.
Dan para pemain tidak akan lupa akan konser eksklusif Marshmello pada bulan Februari 2019 yang berlangsung 10 menit dan hanya ada di dalam permainan itu sendiri. Ini adalah contoh terbaik dari kolaborasi budaya populer yang membuat permainan ini tetap relevan hingga kini.
Peta baru
Dengan segala penutup yang dihadirkan oleh pengelola permainan Fortnite, masih ada secarik harapan bahwa yang terjadi bukanlah akhir yang sesungguhnya. Semua yang berlangsung hari ini adalah pertunjukan besar lintas pelantar yang disajikan Epic Games untuk menutup babak kesepuluh demi membuka lagi babak berikutnya.
Pertanyaan yang tersisa, bagaimana caranya? Bagaimana Epic Games akan menghadirkan palagan yang baru dan menyegarkan bagi para pemainnya? Pemain di konsol seperti Playstation, perangkat bergerak, hingga komputer pribadi masih asyik berburu jawabannya sendiri dari pada menunggu.
Itulah resep yang selalu dipegang: buat mereka penasaran dan mencari sendiri petunjuknya. (Didit Putra Erlangga Rahardjo)