Aktivitas Ekonomi Menurun, Pertumbuhan Utang Luar Negeri Melambat
›
Aktivitas Ekonomi Menurun,...
Iklan
Aktivitas Ekonomi Menurun, Pertumbuhan Utang Luar Negeri Melambat
Menurunnya ativitas ekonomi disinyalir jadi penyebab melambatnya pertumbuhan tahunan utang luar negeri pada Agustus 2019. Laju bulanan utang luar negeri swasta pada Agustus 2019 hanya 9,3 persen
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Menurunnya ativitas ekonomi disinyalir jadi penyebab melambatnya pertumbuhan tahunan utang luar negeri pada Agustus 2019. Laju bulanan utang luar negeri swasta pada Agustus 2019 hanya 9,3 persen, melambat dibandingkan bulan sebelumnya.
Bank Indonesia mencatat, utang luar negeri pada akhir Agustus 2019 mencapai 393,5 miliar dollar AS (Rp 5.570,38 triliun), yang terdiri dari utang luar negeri pemerintah sebesar 196,3 miliar dollar AS (Rp 2.780 triliun) dan utang luar negeri swasta mencapai 197,2 miliar dollar AS (Rp 2.792,74 triliun).
Posisi total utang luar negeri pada Agustus 2019 tercatat tumbuh 8,8 persen dibanding Agustus 2018. Pertumbuhan utang luar negeri tahunan ini melambat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 10,9 persen.
Dalam keterangan resmi yang diterima Kompas Selasa (15/10/2019), Direktur Eksekutif Departemen Bank Indonesia Onny Widjanarko mengatakan perlambatan utang luar negeri pada Agustus 2019 dipengaruhi faktor ketidakpastian ekonomi global.
Utang swasta
Posisi utang luar negeri swasta pada akhir Agustus 2019 tumbuh 9,3 persen dibandingkan Agustus 2018. Pertumbuhan ini lebih rendah dibanding pertumbuhan tahunan di Juni 2019 sebesar 12,6 persen.
“Pelunasan utang dagang korporasi bukan lembaga keuangan mendorong penurunan posisi utang luar negeri swasta,” ujar Onny.
Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede, menilai penurunan aktivitas ekonomi domestik memicu penurunan kebutuhan pembiayaan investasi dan ekspansi bisnis di beberapa sektor. Kondisi ini menjadi penyebab perlambatan pertumbuhan utang luar negeri swasta.
“Perlambatan kinerja sektor-sektor ekonomi domestik juga dipengaruhi terutama oleh tren perlambatan ekonomi global yang cukup berdampak menekan investasi dan kinerja ekspor nasional,” ujarnya.
Josua menuturkan, per Agustus 2019, utang luar negeri swasta di sektor pengolahan mengalami perlambatan hingga 2,6 persen dibandingkan Agustus 2018. Kondisi ini menggambarkan kinerja sektor manufaktur yang cenderung sedang menurun.
“Namun secara umum, kondisi pengelolaan utang luar negri swasta baik mengingat Bank Indonesia juga sudah mewajibkan korporasi untuk melakukan transaksi hedging dalam rangka memitigasi risiko nilai tukar,” kata Josua.
Per Agustus 2019, utang luar negeri swasta di sektor pengolahan mengalami perlambatan hingga 2,6 persen dibandingkan Agustus 2018
Onny menambahkan, pengelolaan utang luar negeri pemerintah diprioritaskan untuk membiayai pembangunan. Porsi terbesar dialokasikan pada beberapa sektor produktif di antaranya sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (18,9 persen), sektor konstruksi (16,4 persen), dan sektor jasa pendidikan (15,9 persen).
Adapun secara sektoral, utang luar negeri swasta didominasi oleh empat sektor yakni jasa keuangan dan asuransi; sektor industri pengolahan; sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara (LGA); serta sektor pertambangan dan penggalian. Pangsa ULN di keempat sektor tersebut terhadap total utang luar negeri swasta mencapai 75,6 persen.