Aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau di Kabupaten Lampung Selatan, Lampung, terpantau meningkat dalam seminggu terakhir. Namun, status gunung masih di level II atau Waspada dan aktivitas warga tidak terganggu.
Oleh
VINA OKTAVIA
·2 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau di Kabupaten Lampung Selatan, Lampung, masih terus terjadi dan terpantau meningkat seminggu terakhir. Meskipun demikian, status gunung masih di level II atau Waspada dan aktivitas warga juga tak terganggu.
Berdasarkan data yang dihimpun dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Selasa (15/10/2019) pukul 12.00-18.00, terjadi gempa embusan 8-13 detik dengan amplitudo 5-10 milimeter. Selain itu, terjadi pula satu kali gempa tremor dengan amplitudo 1-5 milimeter. Letusan tidak terpantau pada Selasa.
”Aktivitas Gunung Anak Krakatau (GAK) meningkat dalam beberapa hari terakhir. Gunung api ini masih fluktuatif,” kata Suwarno, petugas pemantauan GAK di Desa Hargopancuran, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, saat dihubungi dari Bandar Lampung, Selasa.
Menurut dia, GAK mengalami erupsi sejak tiga hari lalu. Letusan paling banyak terjadi pada Sabtu (12/10/2019). Saat itu, terjadi 43 letusan dengan durasi 27-341 detik dan amplitudo 27-45 milimeter. Asap putih tipis setinggi 200 meter dari dasar kawah teramati dari kamera pemantau yang dipasang di dekat GAK. Selain itu, terpantau pula terjadi tremor serta gempa vulkanik dangkal dan vulkanik dalam.
Gunung api ini masih fluktuatif. (Suwarno)
Pada Minggu (13/10/2019), terjadi tiga kali letusan dengan durasi 60-749 detik. Pada Senin (14/10/2019), letusan meningkat menjadi 13 kali selama 18-223 detik.
Meski begitu, GAK masih berstatus level II (Waspada). Masyarakat diminta tidak mendekat dalam radius 2 kilometer. Sejauh ini tidak ada perubahan status GAK.
Meski aktivitas GAK meningkat, hal itu tak berdampak pada aktivitas penyeberangan di Selat Sunda. Aktivitas masyarakat di Pulau Sebesi juga tidak terganggu.
Syamsiar, warga Desa Tejang, Pulau Sebesi, Lampung Selatan, mengatakan, aktivitas warga dan nelayan normal. Mereka tetap mencari ikan di perairan dekat GAK. Sejumlah wisatawan lokal juga masih ingin berkunjung. Namun, sebagian besar wisatawan masuk melalui perairan Banten.