Untuk ke sekian kalinya, sejumlah sungai di Bekasi, Jawa Barat, tertutup sampah. Sampah memicu pendangkalan sungai dan bau busuk di sekitar lokasi.
Oleh
Stefanus Ato
·3 menit baca
BEKASI, KOMPAS — Sampah yang memenuhi aliran sungai masih menjadi persoalan di wilayah Bekasi, Jawa Barat. Sepekan terakhir ada dua aliran sungai yang tertutup sampah dengan panjang mencapai ratusan meter.
Sungai atau kali yang tertutup sampah antara lain Sungai Cikeas di Kota Bekasi dan Kali Busa di Kabupaten Bekasi. Sungai Cikeas di wilayah Jatiasih tertutup sampah bambu, sedangkan Kali Busa di Kelurahan Bahagia, Kecamatan Babelan, tertutup sampah plastik dari perumahan warga sekitar.
Sekretaris Kelurahan Bahagia Mawardi, Selasa (15/10/2019), mengatakan, sampah yang menutupi aliran Kali Bahagia sepanjang sekitar 500 meter. Jenis sampah yang menumpuk itu didominasi sampah plastik. ”Sampah mulai menumpuk sejak Bekasi diguyur hujan beberapa hari lalu. Ada kemungkinan sampah itu berasal dari warga yang tinggal di bantaran,” katanya.
Untuk mengantisipasi terjadinya luapan banjir saat wilayah itu kembali diguyur hujan, pihak kelurahan bersama warga setempat mulai membersihkan sungai pada Selasa (15/10/2019) pagi. Namun, karena dilakukan manual, proses pembersihan tidak berjalan maksimal.
”Dinas PUPR Kabupaten Bekasi bersedia membantu dengan menyediakan alat berat. Tetapi, akses masuk tidak bisa karena masih ada bangunan liar di bantaran sungai yang belum ditertibkan,” katanya.
Terus berulang
Masalah sampah menumpuk di kali merupakan persoalan berulang. Aliran Kali Busa pernah dipenuhi sampah pada akhir Juli 2019. Saat itu, tumpukan sampah memenuhi aliran kali dengan panjang mencapai 2 kilometer.
Mawardi mengatakan, Kali Busa masih sulit bersih dari sampah karena minimnya truk pengangkut sampah yang tersedia di tempat itu. Sampah yang tersimpan di rumah warga hanya diangkut setiap dua minggu sekali.
”Truk UPTD Kebersihan Kabupaten Bekasi yang ada di Kelurahan Bahagia itu hanya tiga armada. Sementara kelurahan ini punya 52 RW dan 402 RT. Jadi, satu armada itu setiap hari hanya mampu mengangkut sampah di tiga RW,” ujarnya.
Situasi ini menyebabkan sejumlah warga sering kali terpaksa membuang sampahnya ke sungai. Sebab, sampah yang dibiarkan menumpuk menimbulkan bau busuk, dikerumuni lalat, dan menjadi tempat bersarang nyamuk.
Sebelumnya, Kepala Bidang Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi Dodi Agus Supriyanto mengatakan, dengan jumlah penduduk 3,9 juta orang, volume sampah yang dihasilkan setiap hari mencapai sekitar 2.400 ton. Sementara itu, sampah yang dibawa ke tempat pembuangan akhir hanya sekitar 850 ton per hari.
”(Yang tak terangkut) Ada yang habis dikelola melalui bank sampah yang jumlahnya 170 bank. Ada masyarakat yang buang ke kali. Ada juga masyarakat yang buang ke TPS liar,” ucap Dodi, akhir Juli 2019.
Ia menambahkan, tidak semua sampah diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA) lantaran daya tampung TPA Burakeng sudah tidak memadai. Karena itu, untuk menyelesaikan masalah sampah di Kabupaten Bekasi, kapasitas TPA harus terlebih dahulu ditambah.
Sungai Cikeas dibersihkan
Di Kota Bekasi, sampah bambu yang menumpuk di Bendung Koja, Jatiasih, mulai dibersihkan, Selasa (15/10/2019) pagi. Pembersihan dilakukan manual dengan melibatkan 150 petugas dari berbagai instansi dari Kota Bekasi dan Kabupaten Bogor. Volume sampah yang menumpuk di Sungai Cikeas mencapai 1.280 meter kubik.
Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi saat meninjau lokasi pembersihan mengatakan, sampah yang menutupi Sungai Cikeas mendesak untuk dibersihkan. Sebab, sampah bambu yang menutupi aliran Sungai Cikeas menjadi salah satu penyebab lima perumahan di Kabupaten Bogor dan Kota Bekasi terendam banjir saat musim hujan.
Ia mengakui, pembersihan manual membutuhkan waktu yang cukup lama. Namun, di satu sisi tidak ada akses jalan yang memadai agar alat berat masuk ke lokasi. ”Makanya, tadi saya sarankan ke PUPR, bahkan sejak tiga tahun lalu, agar membuat akses jalan ke lokasi ini. Nanti ketika terjadi hal seperti ini, sudah ada antisipasi,” katanya.