Tersambungnya jalan tol membuka peluang-peluang baru. Tak hanya mempercepat waktu tempuh, keberadaannya juga menciptakan aktivitas ekonomi baru, khususnya di koridor yang dilewati tol.
Oleh
Norbertus Arya Dwiangga Martiar
·3 menit baca
Tersedianya infrastruktur akan membuka peluang baru. Demikian yang terjadi dengan tersambungnya jaringan jalan tol yang tidak hanya mempercepat waktu tempuh, tapi juga menciptakan aktivitas ekonomi baru.
Setelah Tol Cikopo-Palimanan beroperasi pada 2015, sebuah kantor cabang bank swasta di Cirebon mengalami peningkatan setoran uang kartal dari nasabahnya sampai dua kali lipat dari sebelumnya. Rupanya, saat akhir pekan, banyak wisatawan, terutama dari Jakarta, yang berkunjung ke Cirebon. Mereka menikmati wisata budaya dan kuliner di sana.
Akhir 2018, Tol Trans-Jawa beroperasi dan kini sudah tersambung sampai ke Probolinggo. Memang kemudian muncul isu tarif yang dinilai mahal. Lepas dari itu, tersambungnya Tol Trans-Jawa membuka peluang baru bagi perusahaan otobus (PO).
Beberapa bus antarkota antarprovinsi yang sebelumnya hanya melayani rute dari Jawa Tengah menuju Jakarta berekspansi membuka rute sampai Jawa Timur. Mereka menambah armadanya dan menawarkan waktu tempuh yang lebih cepat karena sepenuhnya melewati Tol Trans-Jawa. Jika dulu bus jarak jauh kebanyakan hanya melayani pemberangkatan siang atau sore hari, kini sudah tersedia pemberangkatan pagi bagi baik dari arah barat (Jakarta) maupun arah timur.
Cerita lainnya, Pelabuhan Tanjung Mas di Semarang kini menjadi pilihan untuk kegiatan bongkar muat barang. Sebab, dengan adanya Tol Trans-Jawa, barang dapat dikirim dengan cepat baik ke arah barat maupun timur Jawa.
Kemungkinan atau peluang-peluang baru karena terbangunnya jaringan tol telah ditangkap para pelaku usaha. Bukan hanya di Jawa, melainkan juga Sumatera. Dengan target Bakauheni-Aceh tersambung pada 2024, akan muncul peluang ekonomi baru di koridor tersebut yang bisa jadi akan berbeda dengan peluang yang ada di Jawa.
Dengan demikian, koridor jalan tol akan berkembang menjadi koridor ekonomi. Oleh karena itu, kini pemerintah tengah menyusun aturan yang memungkinkan koridor jalan tol mengakomodasi kebutuhan para pemangku kepentingan agar memberikan dampak ekonomi lebih besar.
Untuk angkutan penumpang, tempat istirahat dan pelayanan (TIP) akan disiapkan menjadi hub transit antarmoda. Perpindahan penumpang ke depan akan dapat dilakukan di TIP jalan tol, tidak harus keluar dari jalan tol.
Kemudian, akan dibuat pula TIP dengan fungsi hub logistik yang bertujuan memudahkan aktivitas pengangkutan barang melalui jalan tol. Senada dengan itu, jalan tol akan dibuat terhubung langsung dengan kawasan industri yang dilewati jalan tol. Terakhir, akan dibuat TIP yang sekaligus menjadi destinasi. Hal itu memungkinkan TIP bukan hanya sebagai tempat singgah, melainkan juga tujuan wisata.
Dengan rancangan di atas, tersambungnya jalan tol akan diikuti dengan penyediaan lokasi atau TIP dengan lahan yang lebih luas. Tentu tidak setiap TIP akan memiliki keempat fungsi tersebut sekaligus. Namun, di koridor tol Trans-Sumatera, peluang pengembangan kawasan industri dan hub logistik menjadi mungkin karena tersedia lahan yang luas.
Pengembangan ekonomi di koridor jalan tol yang sebelumnya tidak terpikirkan kini menjadi terbuka. Dalam konteks ketidakpastian ekonomi global, yang diperlukan saat ini adalah menjaga sekaligus mendorong roda perekonomian dalam negeri tetap bergerak melalui investasi di daerah-daerah.
Dengan Pulau Jawa masih sebagai pusat perekonomian, menjaga pertumbuhan ekonomi di Jawa harus tetap dilakukan. Berikutnya adalah mendorong terciptanya mesin-mesin pertumbuhan ekonomi baru di luar Jawa. Dan, terbangunnya jalan tol turut membuka peluang-peluang itu.