STOCKHOLM, Senin— Dua peneliti dari Institut Teknologi Massachusetts (MIT) dan seorang peneliti dari Universitas Harvard dianugerahi Hadiah Nobel Ekonomi 2019, Stockholm, Senin (14/10). Mereka dinilai berhasil melakukan terobosan penting tentang cara terbaik untuk mengurangi angka kemiskinan global.
Ketiga peneliti itu adalah Abhijit Banerjee dan Esther Duflo dari MIT, juga merupakan suami-istri. Satu lagi adalah Michael Kremer dari Harvard. Duflo (46) orang termuda yang pernah memenangi hadiah itu dan sekaligus perempuan kedua peraih hadiah itu. Perempuan pertama, Elinor Ostrom mendapatkan Hadiah Nobel Ekonomi 2009.
Ketiga peneliti yang bekerja dalam satu tim itu dinilai berhasil melakukan terobosan dalam ilmu ekonomi pembangunan. Mereka memelopori eksperimen lapangan yang menghasilkan wawasan praktis tentang bagaimana cara paling efektif melepas warga dari jerat kemiskinan. Program pendidikan dan layanan kesehatan merupakan hal yang dianggap paling pas dengan syarat, skemanya ahrus pas.
”Tanpa menghabiskan waktu yang saksama untuk memahami seluk beluk kehidupan orang miskin dan bagaimana mereka melakukan keputusan, rasanya tidak mungkin merancang pendekatan yang tepat,” kata Duflo lewat tele-konferensi pers yang diadakan Akademi Ilmu Pengetahuan Kerajaan Swedia.
Riset lapangan lewat metode yang mereka kembangkan dilakukan di sejumlah pedesaan di Kenya dan India. Salah satu hasil kajian mereka menyarankan penyediaan perawatan kesehatan gratis. Ini memberi perbedaan besar daripada memberi subsidi besar obat-obatan.
Mereka menemukan hanya 18 persen orangtua yang memberi anak-anak mereka obat cacing, berbentuk pil, yang mereka beli walaupun harganya sangat rendah di pasar karena subsidi. Ketika obat itu diberi gratis, tercatat 75 persen orangtua memberi anak-anak mereka pil itu. Dari hasil temuan itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sekarang merekomendasikan agar obat itu didistribusikan secara gratis di daerah dengan tingkat infeksi cacing yang tinggi. (AP)