Puluhan Ribu Keluarga di Jakarta Utara Buang Air Besar Sembarangan
›
Puluhan Ribu Keluarga di...
Iklan
Puluhan Ribu Keluarga di Jakarta Utara Buang Air Besar Sembarangan
Sebanyak 34.533 keluarga di Jakarta Utara masih berperilaku buang air besar sembarangan sehingga kotoran manusia berpotensi mencemari lingkungan dan memicu penyakit.
Oleh
JOHANES GALUH BIMANTARA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebanyak 34.533 keluarga di Jakarta Utara masih berperilaku buang air besar sembarangan (BABS) sehingga kotoran manusia berpotensi mencemari lingkungan dan memicu penyakit. Untuk mempercepat penurunan perilaku BABS, Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Utara mendorong swasta terlibat membangun jamban dengan tangki septik serta instalasi pengolahan air limbah komunal.
Asisten Perekonomian dan Pembangunan Pemkot Jakarta Utara Suroto menyebutkan, secara nasional, targetnya seluruh warga menghentikan perilaku BABS pada akhir 2030. Penghentian perilaku BABS oleh warga menjadi salah satu syarat pencapaian status kota sehat. ”Namun, kami Jakarta Utara menargetkan mencapai status kota sehat pada 2021,” kata Suroto, Senin (14/10/2019).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, terdapat 556.886 keluarga di Jakarta Utara pada tahun 2015. Jika merujuk data 34.533 keluarga, berarti ada 6,2 persen warga Jakarta Utara yang masih BABS.
Suroto mengatakan, keluarga berperilaku BABS tersebar setidaknya di sembilan kelurahan, yaitu Tugu Selatan, Rawa Badak Selatan, Rawa Badak Utara, Pademangan Barat, Pademangan Timur, Kalibaru, Cilincing, sebagian Sukapura, dan sebagian Kelapa Gading Timur.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, menurut dia, sudah mengalokasikan anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk sanitasi. Berdasarkan berita di Kompas pada Kamis (10/10/2019) lalu, rencana pembangunan tangki septik masuk dalam Kebijakan Umum Anggaran dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara untuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah DKI Jakarta 2020. Untuk di Jakarta Barat dan Jakarta Utara, Dinas Sumber Daya Air menganggarkan Rp 166,2 miliar untuk pembangunan tangki septik.
Ajak swasta
Namun, Suroto juga mendorong swasta ikut terlibat mempercepat penurunan jumlah keluarga yang masih BABS. Salah satu yang sudah berjalan setahun terakhir, yaitu program tanggung jawab sosial (CSR) Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas bernama Sanitasi untuk Masyarakat Kota DKI Jakarta (Simaskota DKI).
Program dimulai Oktober 2018 dan, menurut rencana, berakhir Oktober tahun ini dengan target keluaran masyarakat di wilayah program menerapkan perilaku BAB yang aman dan sehat, terbentuknya dan berfungsinya tim sanitasi total berbasis masyarakat (STBM), serta terbangunnya IPAL biofilter komunal dan sistem perawatannya di wilayah program. Simaskota DKI dijalankan di Kelurahan Tebet Timur, Jakarta Selatan, serta Pademangan Barat, Jakarta Utara.
”Sejauh ini, kami masih fokus pada dua wilayah ini, tetapi kami berharap ada keterlibatan dari pengusaha-pengusaha lain, atau dari bidang-bidang usaha lain dalam program-program sejenis,” ujar Sera Noviany dari Tim Sustainability APP Sinar Mas. Ini mengingat masih amat banyak warga DKI yang berperilaku BABS.
Di Pademangan Barat, tim Simaskota DKI membangun 12 unit jamban untuk 18 keluarga dan digunakan 77 jiwa di RT 010 dan 011 pada RW 006. Pembuatan satu unit jamban lengkap dengan tangki septik di sana menghabiskan Rp 3,5 juta hanya untuk belanja material. Sera menekankan, biaya itu tidak bisa dijadikan standar untuk semua tempat karena karakteristik setiap tempat berbeda satu sama lain.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, terdapat 556.886 keluarga di Jakarta Utara pada 2015. Jika merujuk data 34.533 keluarga, berarti ada 6,2 persen warga Jakarta Utara yang masih BABS.
Anggota tim teknis Program Simaskota, Marjiyanto, mengatakan, tantangan di Pademangan Barat adalah sebagian besar lahan di area program merupakan hasil pengurukan material. Akibatnya, tanah mudah longsor saat penggalian.
Melihat kondisi itu, tebal beton dinding tangki septik yang awalnya direncanakan hanya 5-10 sentimeter harus disesuaikan menjadi 15-30 cm pada beberapa titik dinding. Itu berdampak pada membengkaknya anggaran dari perkiraan semula.
Marjiyanto menambahkan, muka air tanah di Pademangan Barat dangkal sehingga tidak memungkinkan membuat peresapan pada sistem tangki septik. Karena itu, menambahkan teknologi biofilter pada sistem tangki septik jadi pilihan karena hasil pemrosesan limbah mau tidak mau dibuang ke aliran permukaan.
Ia menjelaskan, terdapat tiga tangki septik untuk setiap jamban. Setiap tangki berdiameter 80 cm dan sedalam 150 cm. Tangki pertama dan kedua untuk pengendapan. Adapun media biofilter pada tangki ketiga berfungsi menyaring air limbah kotoran manusia dari tangki kedua serta sebagai tempat tumbuhnya bakteri yang memakan kandungan organik dari limbah. Dengan demikian, air diharapkan memenuhi baku mutu dan tidak mencemari lingkungan saat dibuang ke saluran.