Pengembangan teknologi mulai sering digunakan dalam penyelenggaraan pertemuan, insentif, konvensi, dan pameran atau MICE. Teknologi perlu dimaksimalkan untuk memahami kebutuhan konsumen dan meningkatkan citra pariwisata
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Pengembangan teknologi mulai sering digunakan dalam penyelenggaraan pertemuan, insentif, konvensi, dan pameran atau MICE. Teknologi perlu dimaksimalkan untuk memahami kebutuhan konsumen dan meningkatkan citra pariwisata di destinasi penyelenggaraan MICE.
Convention Manager PT Dyandra Promosindo Abynprima Rizki mengatakan, teknologi mengubah sistem penyelenggaraan acara yang konvensional menjadi modern. Contoh, penggunaan aplikasi atau situs web untuk survei atau registrasi peserta, barcode atau kode batang untuk tiket masuk, aplikasi teknologi finansial dan gelang pintar untuk transaksi.
Tidak hanya itu, menurutnya, teknologi juga mempermudah penyelenggara MICE mengembangkan konsep acara dan menangkap pasar.
"Dengan teknologi, sebelum acara kita bisa buat sistem registrasi digital untuk tahu respons target pasar. Jadi, semua terukur dengan jelas dan tepat," tuturnya saat ditemui dalam acara pembukaan Dyandra Academy di Jakarta, Selasa (15/10/2019).
Transformasi digital menjadi suatu nilai tambah pada industri MICE. Menurut Abynprima, Indonesia sudah mampu mengejar ketertinggalan terhadap penerapan teknologi untuk indistri MICE, walau masih banyak pekerjaan rumah untuk meningkatkan sistem teknologi dan informasi secara umum.
Secara kinerja, menurut data Global Economics Significants Business Events 2018, industri MICE di Indonesia berkontribusi 3,9 miliar dollar AS pada Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Nilai itu memposisikan Indonesia pada peringkat ke-17 dari 50 negara.
Baru-baru ini, Indeks Daya Saing Global (Global Competitiveness Index/GCI) 4.0 tahun 2019 yang dirilis Forum Ekonomi Indonesia menempatkan Indonesia di peringkat ke-50 dari 141 negara. Peringkat itu turun dari posisi 45 di 2018.
Dari 12 komponen yang dipertimbangkan, kesiapan teknologi informasi dan komunikasi turun paling dalam. Daya saing global Indonesia di sektor itu turun dari peringkat ke-65 (skor 61,1) pada 2018 menjadi peringkat ke-72 (skor 55,4) pada 2019.
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional merencanakan transformasi digital dalam arah kebijakan 2020-2024 sebagai bagian dari pembangunan pariwisata.
Indeks Daya Saing Global (Global Competitiveness Index/GCI) 4.0 tahun 2019 yang dirilis Forum Ekonomi Indonesia menempatkan Indonesia di peringkat ke-50 dari 141 negara
Transformasi digital yang dimaksud antara lain adopsi teknologi maha data dan internet untuk segala, perluasan broadband, pemanfaatan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi, dan penguatan sumber daya manusia (SDM) digital.
SDM
Abynprima mengatakan, industri MICE Indonesia masih bisa dimaksimalkan dengan SDM yang mampu membaca tren, khususnya perkembangan teknologi. Untuk itu, kemampuan untuk beradaptasi dengan tren perlu diasah. Hal itu bisa dilakukan antara lain dengan mengadakan vokasi dan edukasi.
"SDM yang berkecimpung di dunia MICE jangan hanya terpaku pada keahlian mengelola acara, tetapi juga harus tahu tren dan gaya hidup di era digital untuk dimasukkan ke dalam konsep acara," lanjut dia.
Untuk berbagi akan pentingnya hal tersebut, Dyandra mengadakan Dyandra Academy, yang bekerja sama dengan sejumlah universitas, antara lain Universitas Indonesia, Politeknik Negeri Jakarta, dan Universitas Multimedia Nusantara.
Presiden Direktur Dyandra Promosindo Hendra Nur Saleh, pada kesempatan yang sama menyampaikan, akademi yang dimulai di tahun ke-25 Dyandra berdiri membawa misi pengelolaan organisasi berbasis pendidikan mengikuti perkembangan industri MICE.
"Ini bentuk tanggung jawab kita pada institusi pendidikan. Kami ingin SDM-SDM ini lebih memahami industri MICE dan peluang-peluang ke depan," ucapnya.
Dyandra Promosindo merupakan anak perusahaan PT Dyandra Media International Tbk yang menjalankan banyak kegiatan usaha di bidang penyelenggaraan acara. Lebih dari 1.000 acara sudah diadakan sejak perusahaan tersebut berdiri pada 1994. Pameran yang sering diselenggarakan antara lain pameran jasa pariwisata, otomotif, dan fesyen.