Defisit Perdagangan Membengkak, Pertumbuhan Ekonomi Bakal Terdampak
›
Defisit Perdagangan...
Iklan
Defisit Perdagangan Membengkak, Pertumbuhan Ekonomi Bakal Terdampak
Akibat melemahnya aktivitas ekspor, neraca perdagangan Indonesia sepanjang Januari-September 2019 mencatatkan defisit 1,945 miliar dollar AS.
Oleh
M PASCHALIA JUDITH J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Akibat melemahnya aktivitas ekspor, neraca perdagangan Indonesia sepanjang Januari-September 2019 mencatatkan defisit 1,945 miliar dollar AS. Defisit ini perlu diwaspadai karena berdampak pada pertumbuhan ekonomi.
Badan Pusat Statistik (BPS) mendata, nilai neraca perdagangan pada September 2019 mengalami defisit 160,5 juta dollar AS atau Rp 2,26 triliun berdasarkan kurs referensi Bank Indonesia. ”Kondisi ini tentu akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2019,” kata Kepala BPS Suhariyanto saat konferensi pers di Jakarta, Selasa (15/10/2019).
Secara tahun berjalan, nilai ekspor Indonesia sepanjang Januari-September 2019 sebesar 14,09 miliar dollar AS. Angka ini lebih rendah 8 persen dibandingkan tahun lalu pada periode yang sama.
Jika ditilik dari sisi sektor penyumbangnya, nilai ekspor industri pengolahan menurun 3,89 persen secara tahunan pada Januari-September 2019 menjadi 93,76 miliar dollar AS. Sektor ini menyumbang 75,51 persen pada kinerja ekspor nonmigas.
Nilai impor sepanjang Januari-September 2019 juga mengalami penurunan secara tahunan. Angkanya lebih rendah 9,12 persen dibanding Januari-September 2018 menjadi 126,12 miliar dollar AS.
Penurunan nilai ekspor manufaktur itu berbarengan dengan penurunan impor bahan baku/penolong dan barang modal secara tahunan. Sepanjang Januari-September 2019, nilai impor bahan/baku penolong turun 10,22 persen menjadi 93,45 miliar dollar AS dan barang modal turun 4,13 persen menjadi 21,01 miliar dollar AS.
Menurut Suhariyanto, langkah realistis yang dapat diambil pemerintah secara jangka pendek ialah lebih selektif terhadap impor. Hal ini juga perlu dilakukan bersamaan dengan pengembangan hilirisasi industri.
Meskipun neraca perdagangan mengalami defisit, Dirketur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Dody Edward tetap optimistis dapat mencapai target pertumbuhan ekspor nonmigas 8 persen pada 2019. Padahal, BPS mendata, nilai ekspor nonmigas sepanjang Januari-September 2019 turun 6,62 persen dibandingkan tahun lalu menjadi 114,74 miliar dollar AS.
Optimisme Dody berdasarkan pemantauan peluang pasar ekspor melalui Indonesia Trade Promotion Center dan atase perdagangan di 19 negara. Komoditas ekspor potensial yang bisa digenjot ialah tekstil, kopi, dan furnitur.
Selain itu, Kementerian Perdagangan juga menggarap Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP) untuk memperkuat kinerja perdagangan melalui pertemuan intersesi ke-9 di Bangkok, Thailand, Sabtu (12/10/2019).
Kementerian Perdagangan menggarap Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP) untuk memperkuat kinerja perdagangan.
”Pada akhir pertemuan, kami meminta TNC (komite negosiasi perdagangan) untuk melakukan finalisasi dalam waktu 10 hari ke depan. Harapannya, kami dapat melaporkan penyelesaiannya pada awal November untuk diumumkan,” kata Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita melalui siaran pers yang diterima, Selasa.
Pertemuan intersesi ke-9 itu bertujuan memutuskan penyelesaian isu-isu single outlier, termasuk isu-isu politis yang sedang dihadapi Jepang dengan Korea Selatan (isu outward processing dari Korea Selatan) serta dengan China (isu ekonomi nonpasar). Menurut rencana, hasil penyelesaian perundingan RCEP akan diumumkan pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-3 RCEP pada 4 November 2019 di Bangkok.