PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dan sejumlah perusahaan BUMN bersinergi mendukung bisnis layanan kargo PT Merpati Nusantara Airlines (Persero). Dukungan ini diharapkan dapat memperpanjang nafas Merpati
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dan sejumlah perusahaan BUMN bersinergi mendukung bisnis layanan kargo PT Merpati Nusantara Airlines (Persero). Dukungan ini diharapkan dapat memperpanjang napas Merpati dalam menuntaskan kewajiban restrukturisasi utang.
Direktur Utama Garuda Indonesia I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra mengatakan, pihaknya akan mendukung pengelolaan usaha kargo milik Merpati melalui aktivitas pelayanan pengiriman ke wilayah Indonesia timur, khususnya Papua dan Papua Barat.
”Komitmen bisnis ini kami harapkan dapat menjadi momentum penting bagi Merpati untuk kembali beroperasi dan mengembangkan bisnis ke depan,” ujar I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra, yang akrab dipanggil Ari, seusai penandatanganan kerja sama bisnis antara Merpati dan Garuda Indonesia di Jakarta, Rabu (16/10/2019).
Pada 2014, maskapai Merpati Airlines berhenti mengudara setelah menanggung utang hingga Rp 7 triliun dan tidak lagi mampu membeli bahan bakar secara tunai kepada PT Pertamina (Persero).
Empat tahun berselang, pada 18 November 2018, Pengadilan Negeri Surabaya mengabulkan permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) yang diajukan Merpati sehingga maskapai ini tidak berstatus pailit. Dalam salinan putusan PKPU, Merpati Airlines dinyatakan menanggung nilai utang Rp 10,9 triliun.
Ari mengatakan, Garuda Indonesia telah menyiapkan lima pesawat kargo untuk layanan bisnis kargo Merpati, dengan rincian tiga pesawat milik Garuda Indonesia dan dua lainnya milik Citilink, anak usaha Garuda Indonesia.
”Setiap pesawat memiliki kapasitas hingga 12,5 ton. Kami akan menambah tiga pesawat pada tahun 2020. Jadi, total pesawat yang disiapkan untuk bisnis kargo Merpati menjadi delapan unit pada tahun depan,” ujarnya.
Menurut Ari, dalam kerja sama ini, Garuda Indonesia hanya akan menarik biaya sewa pesawat dan tidak mengambil margin keuntungan dari bisnis kargo. Kerja sama secara umum dengan Merpati berjangka waktu 38 tahun, tetapi kerja sama ini akan dievaluasi setiap lima tahun sekali.
Direktur Kargo dan Pengembangan Usaha Garuda Indonesia Mohammad Iqbal menjelaskan, saat ini Merpati Airlines tidak memiliki izin untuk beroperasi walaupun memiliki pesawat yang masih bisa dioperasikan. Skema kerja sama antara Garuda Indonesia dan Merpati Airlines berada di bisnis kargo.
”Nanti Merpati Airlines akan berperan sebagai agen kargo, sementara Citilink jadi pengangkutnya. Saat ini kerja sama itu sudah disepakati untuk beroperasi di rute Jayapura-Wamena dan Timika-Wamena pergi-pulang,” ujar Iqbal.
Dalam skema kerja sama ini, Merpati menyewa dua pesawat kargo Citilink, anak usaha Garuda Indonesia. Hasil pendapatan dari bisnis kargo ini akan diakui sebagai pendapatan Merpati Airlines. Namun, Iqbal masih enggan untuk memaparkan biaya sewa pesawat ataupun potensi pendapatan bisnis kargo yang dijalani Merpati Airlines dan Garuda Indonesia di Papua.
Meski begitu, Iqbal meyakini lini bisnis kargo masih punya peluang pertumbuhan yang besar dengan pertumbuhan pendapatan 11 persen per tahun. Bisnis ini dianggap lebih menguntungkan ketimbang lini bisnis angkutan penumpang yang risikonya cukup tinggi karena harus menghadapi kompetisi yang ketat.
Garuda Indonesia juga menyepakati layanan kargo pengiriman ikan dengan PT Perikanan Nusantara (Persero) menuju Jepang. Kerja sama untuk memaksimalkan harga jual ikan yang sebelumnya lebih murah jika dikirim menggunakan moda transportasi laut.
Direktur Utama Merpati Airlines Asep Ekanugraha menyadari, upaya bisnis yang saat ini perusahaannya jalani masih jauh dari kebutuhan modal untuk restrukturisasi utang. Dia pun belum bisa menjamin maskapainya bisa mendapatkan izin dari Kementerian Perhubungan untuk kembali terbang dalam waktu dekat.
”Merpati hanya bisa memaksimalkan potensi aset yang ada, sedangkan penerbangan tetap menjadi wilayah operasional Garuda. Ini merupakan bagian dari upaya pemanfaatan sumber daya yang ada, bekerja sama dengan sinergi,” kata Asep.
Bisnis kargo dianggap lebih menguntungkan ketimbang lini bisnis angkutan penumpang yang risikonya cukup tinggi karena harus menghadapi kompetisi yang ketat.
Direktur Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Aloysius Kiik Ro mengatakan, selain Garuda Indonesia, sejumlah BUMN lain, seperti PT Semen Indonesia (Persero), PT Pertamina (Persero), dan Perum Bulog (Persero), juga didorong untuk memanfaatkan jasa kargo milik Merpati Airlines.
”Semua BUMN yang memiliki pelayanan di Indonesia timur akan kami dorong untuk memanfaatkan kargo Merpati Airlanes. Kita mulai dari Indonesia timur di mana kargo penerbangan diperlukan,” ujar Aloysius.
Selain lini bisnis layanan kargo, BUMN juga mendukung lini bisnis pengelolaan usaha dan pusat pelatihan dari Merpati Airlines. Dalam hal kerja sama pengelolaan usaha, Merpati Airlines juga bertindak sebagai agen pemasaran yang menyediakan layanan untuk perawatan turbin Pertamina dan PLN.
”Adapun di bidang usaha pusat pelatihan, Garuda Indonesia akan berpartisipasi dalam mengelola pusat pendidikan milik Merpati Airlines agar ke depannya unit usaha ini dapat menjadi salah satu sumber pendapatan besar Merpati,” kata Aloysius.