Forum Bisnis Indonesia-Amerika Latin dan Karibia menghasilkan komitmen investasi di bidang pertambangan senilai 5 miliar dollar AS atau Rp 70 triliun untuk jangka lima tahun.
tangerang, kompas Komitmen investasi di bidang pertambangan diraih seiring tercapainya kesepakatan bisnis dalam Forum Bisnis Indonesia- Amerika Latin dan Kepulauan Karibia (INA-LAC). Nilai investasi 33,12 juta dollar AS atau Rp 463,68 miliar dan dicapai, Selasa (15/10/2019).
Capaian dalam gelaran forum bisnis dua hari di Tangerang, Banten, itu diharapkan menjadi pemicu semangat para pemangku kepentingan di Indonesia, di tengah masih minimnya kerja sama perdagangan RI dengan negara-negara di wilayah Amerika Latin dan Kepulauan Karibia.
Perusahaan Amlatkar asal Brasil menyampaikan komitmen untuk berinvestasi di Indonesia. Komitmen di sektor tambang itu berlaku selama lima tahun. Menurut keterangan Direktur Amerika II Direktorat Jenderal Amerika dan Karibia Timur, Kementerian Luar Negeri RI, Darianto Harsono, penjajakan investasi tambang nikel itu dilakukan di wilayah Sulawesi Tengah. Komitmen diproses bersama otoritas yang berwenang di Indonesia.
Sementara itu, kesepakatan perdagangan yang dicapai mencakup sejumlah sektor, yakni kecantikan, makanan minuman, suku cadang, produk karet, dan furnitur. Darianto mengatakan, termasuk di dalamnya adalah komitmen ekspor produk ban ke kawasan Amerika Latin, khususnya Brasil.
Forum juga menghasilkan beberapa kesepakatan, yaitu kerja sama fasilitasi ekspor-impor antara Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia/Bank Exim Indonesia dan Bancoldex Kolombia. Hal itu diharapkan memperlancar proses pembiayaan bisnis dari kalangan bisnis RI dan asal negara-negara di kawasan itu.
Potensi besar
Kawasan Amerika Latin dan Kepulauan Karibia memiliki potensi ekonomi besar. Merujuk data yang dihimpun Kementerian Luar Negeri, dengan populasi mencapai 630 juta jiwa, total produk domestik bruto Amerika Latin dan Kepulauan Karibia pada 2018 senilai 5,78 triliun dollar AS.
”Potensinya besar, tetapi total perdagangan RI dengan kawasan itu baru 7,59 miliar dollar AS atau 0,35 persen dari total perdagangan Amerika Latin dan Karibia dengan dunia,” kata Wakil Menteri Luar Negeri AM Fachir.
Sebagaimana terungkap sebelumnya, keraguan pengusaha menghambat peluang kerja sama Indonesia dengan negara-negara Amerika Latin dan Karibia. Hambatan psikologis ini perlu diatasi dengan meningkatkan diseminasi informasi dan interaksi antar-warga sebab antusiasme pengusaha mulai meningkat (Kompas, 15 Oktober 2019). Salah satu hambatan psikologis adalah jarak yang dinilai jauh antara Indonesia dengan Amerika Latin dan Karibia. Fachir juga mengungkapkan persoalan tarif dan nontarif juga menjadi hambatan kerja sama perdagangan. Disebutkan, tarif yang mencapai 35 persen layak ditinjau ulang.
Perjanjian
Fachir mengatakan, pemerintah akan membuka opsi-opsi untuk membuka perjanjian perdagangan dengan negara- negara di Amerika Latin dan Kepulauan Karibia. Indonesia tercatat baru memiliki satu perjanjian perdagangan dengan negara di kawasan itu, yakni Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Chile yang ditandatangani pada Desember 2017.
Duta Besar Meksiko untuk Indonesia Armando G Alvares mengakui pihaknya selama ini terlalu berkutat pada kerja sama dengan negara-negara dekat Meksiko. Padahal, diyakini masa depan global adalah Asia Pasifik. Meksiko berjanji menjajaki kerja sama lebih dengan negara-negara Asia, termasuk Indonesia. (BEN)