Industri Farmasi Indonesia Kembangkan Obat Berbahan Baku Lokal
›
Industri Farmasi Indonesia...
Iklan
Industri Farmasi Indonesia Kembangkan Obat Berbahan Baku Lokal
Sejumlah perusahaan yang bergerak di bidang industri farmasi tengah mengembangkan obat berbasis bahan baku dalam negeri. Pengembangan ini membutuhkan kepercayaan dari dokter yang biasa merekomendasikan pengobatan.
Oleh
MARIA PASCHALIA JUDITH JUSTIARI
·2 menit baca
TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Sejumlah perusahaan yang bergerak di bidang industri farmasi tengah mengembangkan obat berbasis bahan baku dalam negeri, baik untuk pasar nasional maupun global. Pengembangan ini membutuhkan kepercayaan dari dokter sebagai pihak yang bertanggung jawab merekomendasikan penggunaan obat.
Salah satu perusahaan yang mengembangkan obat herbal tersebut ialah PT Ferron Par Pharmaceuticals, anak perusahaan dari Dexa Group. ”Tingkat jenis obat herbal tertinggi ialah fitofarmaka. Produk obat kami telah tergolong sebagai fitofarmaka karena telah lolos uji klinis. Namun, kami membutuhkan dukungan dari dokter dalam meresepkan obat-obatan ini,” tutur Direktur Dexa International Business Anndy Sinarta Sembiring saat ditemui di Trade Expo Indonesia di ICE BSD, Tangerang Selatan, Rabu (16/10/2019).
Penggunaan obat herbal perlu didorong lantaran bahan bakunya 100 persen dari dalam negeri. Contohnya, kayu manis, kunyit, dan jahe. Saat ini, mayoritas bahan baku industri farmasi berasal dari impor.
Dari 800 produk obat yang diproduksi Dexa Group, Anndy menyebutkan, sebanyak 3 persen di antaranya berupa obat herbal. Korporasi menargetkan, proporsi obat herbal terhadap keseluruhan produk pada 2020 mencapai 5 persen.
Sejumlah obat herbal Dexa telah memasuki pasar global. Misalnya, obat-obatan berbahan baku jahe telah menembus Amerika Serikat (AS) dan Kanada sejak 2018. Obat-obatan herbal ini diproduksi di Indonesia.
Amerika dan Eropa tergolong pasar yang menerapkan aturan ketat. Selain produk herbal, obat-obatan kimiawi juga menembus pasar Eropa sejak 2008.
Produk unggulannya adalah metformin dengan teknologi sustained released yang merupakan obat untuk penderita kencing manis. ”Produk ini memanfaatkan teknologi dari Indonesia dan diproduksi di Indonesia,” kata Presiden Direktur PT Ferron Par Pharmaceuticals Krestijanto Pandji.
Secara keseluruhan, Dexa Group berencana menambah pasar ekspor ke sejumlah negara di Afrika dan Amerika Latin. Saat ini, sebanyak 10 persen dari hasil produksinya ditujukan untuk ekspor.
Dalam kesempatan yang sama, PT Ferron Par Pharmaceuticals mendapatkan Penghargaan Primaniyarta 2019 dari pemerintah. Secara total, pemerintah menganugerahkan penghargaan tersebut kepada 26 perusahaan.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Dody Edward menyatakan, Penghargaan Primaniyarta merupakan pengaugerahan kepada eksportir Indonesia yang telah berprestasi meningkatkan nilai ekspornya secara berkesinambungan.
Sebagai salah satu mata acara Trade Expo Indonesia 2019, penghargaan ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar global yang berujung pada mendorong peningkatan ekspor Indonesia.