Upaya Penyelamatan Korban Topan Hagibis Terus Dilakukan
›
Upaya Penyelamatan Korban...
Iklan
Upaya Penyelamatan Korban Topan Hagibis Terus Dilakukan
Korban jiwa dan kerusakan akibat topan Hagibis yang memorakporandakan Jepang bagian tengah dan utara telah bertambah.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·4 menit baca
NAGANO, SELASA — Korban jiwa dan kerusakan akibat topan Hagibis yang memorakporandakan Jepang bagian tengah dan utara telah bertambah. Pemerintah Jepang pun memertimbangkan untuk menyiapkan anggaran khusus penanggulangan bencana dan rekosntruksi.
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengatakan kepada parlemen bahwa korban jiwa akibat topan Hagibis naik menjadi 53 orang dan diperkirakan akan terus bertambah. Sebab, setidaknya ada sembilan orang lagi yang belum diketahui keberadaannya.
Sementara menurut kantor berita Kyodo, korban jiwa mencapai 69 orang. Selasa malam, stasiun televisi NHK menyebutkan korban jiwa mencapai 72 orang dan belasan orang lainnya masih hilang.
Abe berjanji untuk melakukan yang terbaik demi menyelamatkan mereka yang hilang atau mengungsi. ”Keselamatan warga menjadi prioritas,” ujarnya, Selasa (15/10/2019).
Tidak ada rencana untuk mengendurkan penyelamatan dan pencarian korban hilang. Sekitar 110.000 polisi, penjaga pantai, pemadam kebakaran, dan angkatan bersenjata dikerahkan.
Kepada parlemen, Abe mengatakan, ada kekhawatiran dampak badai akan berlangsung lama di daerah-daerah yang terdampak paling parah. Ia menjanjikan dukungan dan pertolongan yang cepat bagi warga.
Abe juga menyampaikan bahwa pemerintah membiayai upaya tanggap bencana sebesar 4,6 miliar dollar AS dari cadangan khusus anggaran 2019. Jumlah itu bisa ditambah jika diperlukan.
Badan Rumah Tangga Kekaisaran menyebutkan, Kaisar Naruhito dan Permaisuri Masako mengucapkan ”belasungkawa yang mendalam terhadap mereka yang terdampak bencana… dan mereka yang masih hilang semoga cepat ditemukan”.
Meski skala kerusakan akibat topan Hagibis begitu besar, pemerintah tidak berencana menunda upacara penobatan Kaisar Naruhito pada 22 Oktober 2019 mendatang.
Topan Hagibis
Topan Hagibis menghantam pulau utama di Jepang pada Sabtu (5/10/2019) pekan lalu dengan sapuan angin kencang dan hujan deras yang menyebabkan 200 sungai meluap, ribuan rumah terendam banjir, rusak, juga memutus aliran listrik. Hingga Selasa, tim penyelamat masih mencari mereka yang hilang, yang diperkirakan ada sekitar 20 orang.
Selain itu, aliran listrik pada lebih kurang 34.000 rumah juga terputus dan 110.000 rumah mendapat pasokan air bersih. Sedikitnya 30.000 orang masih tinggal di penampungan.
Sementara itu, aktivitas di pusat kota Tokyo terlihat hampir normal dan masyarakat di lokasi banjir yang surut membersihkan rumahnya. Akan tetapi, di daerah yang terkena dampak Hagibis yang parah seperti, misalnya di Nagano, Fukushima, rumah-rumah masih terendam banjir.
Sejumlah warga di Nagano kembali ke rumahnya hanya untuk mengetahui apakah rumahnya sudah bisa dihuni kembali atau tidak.
Pensiunan tukang kayu Toshitaka Yoshimura yang besar di Distrik Tsuno, Nagano, terkejut ketika ia kembali ke rumahnya setelah tinggal di tempat penampungan selama badai terjadi. Rumahnya hancur berantakan. Pintu rumah lepas, perabotan rumah buatannya sendiri terlempar ke luar rumah dan rusak, serta barang-barang lain mulai dari kasur hingga barang elektronik hancur dan tertutup lumpur.
”Saya bekerja keras membangun rumah ini. Saya bersama istri membuat sendiri perabotan rumah. Sekarang lihat apa yang terjadi dalam satu hari,” katanya dengan nada suara yang bergetar. ”Ini membuat saya ingin menangis.”
Di Fukushima, sebanyak 11 kantong yang kemungkinan berisi tanah mengandung radioaktif dan puing-puing dari upaya dekontaminasi pembangkit nuklir Dai-ichi Fukushima tahun 2011 hanyut dari dua gudang di luar ruang dan ditemukan di hilir sungai. Sebagian besar dari 5.000 kantong serupa masih tersimpan di dua lokasi, Kota Tamura dan Iitate.
Hanyutnya kantong berisi tanah yang kemungkinan mengandung radiokatif itu tidak berbahaya bagi lingkungan karena kantong tahan air itu masih utuh, tidak rusak, atau bocor. Meski demikian, pihak berwenang akan mengamankan kantong-kantong tersebut.
East Japan Railway Co menyatakan, kereta cepat Hokuriku Shinkansen mereka yang melayani rute Tokyo-Kanazawa berkurang karena enam kereta masih terendam banjir di depo Nagano. Kereta tersebut terendam banjir dan lumpur hingga mencapai jendela.
Banyak yang mempertanyakan mengapa depo kereta justru berada di daerah yang termasuk di dalam area rawan banjir. Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga mengatakan, kesiapsiagaan pengelola kereta harus diselidiki nanti. Tapi, saat ini yang menjadi prioritas adalah mengeluarkan kereta dari banjir. (AP/AFP)