ANKARA, KAMIS -- Amerika Serikat terus berusaha membujuk Turki agar menghentikan invasi ke Suriah. Akibat serbuan militer Turki ke Suriah dalam sepekan terakhir, hingga 300.000 orang harus mengungsi.
Upaya terbaru AS berupa kedatangan Wakil Presiden AS Mike Pence dan Menteri Luar Negeri AS Mike Pence di Ankara, Kamis (17/10/2019) sore waktu setempat. Delegasi pimpinan Pence akan fokus pada upaya gencatan senjata. Washington akan meminta Ankara memilih gencatan senjata atau, jika tak mau, akan mendapat sanksi ekonomi.
Ancaman soal sanksi pernah disampaikan Presiden AS Donald Trump kepada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Surat berisi ancaman terbuka dan tanpa basa-basi itu bertanggal sama dengan hari penyerbuan Turki ke Suriah timur laut, yakni 9 Oktober lalu. Surat Trump ke Erdogan bocor beberapa jam sebelum Pence tiba di Ankara.
BBC melaporkan, Erdogan membuang surat dari Trump ke tempat sampah. Dalam surat itu, Trump menyampaikan kepada Erdogan, "Jangan bertindak alot. Jangan berbuat bodoh." "Presiden Erdogan sudah menerima surat itu, dengan tegas menolaknya, dan membuangnya ke tempat sampah," kata sumber di kantor kepresidenan Turki kepada BBC.
Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan, Washington dapat memperluas sanksi kepada Ankara. Sejauh ini, sanksi yang diberlakukan berupa kenaikan tarif bea masuk impor baja dari Turki dan penundaan perundingan dagang. Washington juga menjatuhkan sanksi kepada sejumlah pejabat Turki, termasuk kepada Menteri Pertahanan Hulusi Akar.
Eropa juga menghentikan sementara ekspor senjata ke Turki. Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan, serbuan Turki membuat ribuan orang, termasuk anak-anak, harus mengungsi. "Operasi militer adalah tragedi kemanusiaan dengan dampak geopolitik besar,” kata dia.
Merkel merujuk pada penguatan Rusia dan Iran, sekutu pemerintah Suriah, di wilayah yang digempur Turki. Selama bertahun-tahun, secara faktual wilayah itu dikendalikan milisi Kurdi. Sejak awal pekan ini, Kurdi mengizinkan pasukan Suriah masuk ke sana.
Erdogan menyatakan tidak masalah dengan kehadiran pasukan Suriah di wilayah yang sedang diserbunya. “Memang itu wilayah mereka. Selama teroris disingkirkan, tidak apa-apa,” kata dia.
Teroris yang dimaksud Erdogan adalah milisi Kurdi yang mengontrol Suriah timur laut. Erdogan mengabaikan permintaan berbagai negara dan tetap menyerbu Suriah karena beralasan mau membasmi teroris.
Ia mengatakan, tidak ada negara mana pun bisa menghentikan operasi militer di Suriah timur laut sampai tujuan Ankara tercapai. Selain membasmi teroris, tujuan operasi itu untuk menciptakan zona penyangga selebar 30 kilometer di sepanjang perbatasan Turki-Suriah. Di wilayah yang membentang lebih dari 400 kilometer itu, Ankara berencana menempatkan hingga 2 juta dari 3,6 juta pengungsi Suriah yang kini ditampung Turki.
Pertempuran berlanjut
Hingga Kamis, pertempuran masih terus berlangsung. Bahkan, pertempuran tetap ada di Ras al-Ain dan Tal Abyad yang diklaim telah dikuasai Turki, sekalipun tetap ada baku tembak. Jet-jet tempur Turki masih mengebom beberapa lokasi di kota-kota Suriah dekat perbatasan Suriah-Turki itu.
Otoritas Kurdi menuduh Turki menggunakan senjata terlarang seperti bom napalm dan peluru fosfor. "Turki menggunakan semua jenis senjata untuk menghadapi (perlawanan di) Ras al-Ain. Menghadapi kegagalan atas rencananya, Erdogan menggunakan senjata yang dilarang secara global,” demikian pernyataan otoritas Kurdi.
Kurdi juga meminta penyelidikan internasional di Suriah timur laut. “Kami mendesak organisasi internasional mengirim pakar untuk menyelidiki dampak serangan,” kata Mustafa Bali, juru bicara Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang anggota mayoritasnya adalah milisi Kurdi.
Organisasi Pemantau Hak Asasi Manusia Suriah (SOHR) menyatakan tidak bisa mengonfirmasi penggunaan napalm dan fosfor. Walakin, SOHR membenarkan ada lonjakan penderita luka bakar dalam dua hari terakhir. Sebagian besar korban berasal dari Ras al-Ain. Luka bakar memang menjadi salah satu ciri penggunaan napalm dan fosfor. (AFP/REUTERS)