Menyewakan Kos dan Apartemen Semakin Mudah
Usaha rintisan pengelolaan tempat tinggal sewa, baik kos maupun apartemen, semakin semarak. Bertumbuhnya bisnis manajemen hunian berbasis digital itu mengusung standar layanan sekelas hotel dengan fleksibilitas hunian berjangka harian, bulanan, hingga tahunan.
Salah satu usaha pengelolaan rumah kos berbasis digital digarap oleh RoomMe, perusahaan rintisan bidang teknologi finansial sekaligus manajemen digital kos. RoomMe dirintis sejak 2017 dan kini mempunyai sekitar 2.000 kamar di ratusan rumah kos di Jakarta.
CEO RoomMe Glen Ramersan mengatakan, tinggal di rumah kos sudah menjadi bagian kultur masyarakat Indonesia. Fokus RoomMe adalah memperbaiki standar layanan kos sehingga menjadi tempat tinggal yang lebih nyaman.
Bisnis sewa kamar kos telah menjadi industri besar, tetapi kurang inovasi. Pihaknya menyediakan solusi manajemen hulu-hilir, seperti kebutuhan operasional dan strategi harga.
”Kami ingin menjadi bagian yang membantu inovasi industri kos-kosan. Kami membantu pemilik kos untuk memaksimalkan pendapatan bisnis mereka,” ujar Glen.
Standar layanan kos yang dikelola RoomMe meliputi beberapa hal, antara lain ukuran ranjang queen, gratis akses layanan Wi-Fi, AC, toilet bersih di dalam kamar, dan televisi. Renovasi ringan kos dimungkinkan untuk memenuhi standar itu.
Untuk urusan dapur, tim RoomMe menyediakan beberapa perangkat memasak. Penghuni juga diizinkan membawa perlengkapan masak sendiri.
Glen menambahkan, pihaknya menyediakan layanan pengaduan permasalahan 24 jam per hari. Menurut Glen, inilah yang membedakan RoomMe dengan perusahaan rintisan teknologi lain yang sebatas menyediakan platform laman pemasaran. Saat ini, semua pemilik rumah kos bisa mendaftar menjadi mitra RoomMe.
”Semua urusan pengajuan dan waktu sewa tercatat di sistem. Pemesanan kamar bisa melalui aplikasi RoomMe, beberapa aplikasi agen perjalanan, dan Whatsapp. Apabila penyewa mau memperpanjang waktu dan kamar lamanya tetapi terlanjur sudah dipesan orang lain, kami akan mengarahkan ke rumah kos jaringan RoomMe lainnya,” kata Glen.
Glen mengklaim, saat ini tingkat hunian di semua rumah kos 90-100 persen. Sebagian besar keuntungan diberikan kepada pemilik rumah kos. ”RoomMe hanya mengambil margin tipis,” katanya.
Tahun 2020, RoomMe berencana merambah pengelolaan kos ke Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Konsep dan standar layanan yang akan diterapkan tetap sama.
Selain RoomMe, bisnis manajemen kos juga mulai dijalankan oleh jaringan perusahaan manajemen properti Oyo Hotels and Home melalui lini bisnis manajemen kos Oyo Life. Di Indonesia, Oyo Life baru berkembang beberapa bulan terakhir di delapan kota besar, seperti Jabodetabek.
Country Head for Emerging Business OYO Hotels and Homes Indonesia Eko Bramantyo mengatakan, Indonesia merupakan negara ketiga tempat OYO Life diluncurkan setelah India dan Jepang.
Hanya dalam kurun beberapa bulan, ujar Eko, Oyo Life mampu mengelola sekitar 2.500 unit kamar kos. Tingkat okupansi rata-rata mencapai 80 persen. Kamar kos yang diikutsertakan ke OYO Life dipasarkan ke aplikasi dan laman OYO. Selain itu, pemasaran juga menggunakan aplikasi agen perjalanan daring atau OTA.
Syarat pemilik rumah kos bergabung ke OYO adalah mempunyai kamar mulai 10-15 unit dan langit-langit gedung tinggi. Tim OYO juga berperan ikut memperbaiki tata ruang.
Sebagai perusahaan teknologi, OYO juga mempunyai sistem teknologi pengelola bisnis yang memudahkan pemilik rumah kos mengelola keuangan. Harga sewa kamar setiap bulan mulai Rp 1 juta sampai Rp 4,5 juta.
Konsep akomodasi OYO Life difokuskan akan kenyamanan dan kemudahan bagi milenial mahasiswa atau pekerja yang melek teknologi. Di setiap kamar terdapat koneksi Wi-Fi, televisi, jasa bersih rumah, kamera CCTV, dan layanan keluhan 24 jam. Penghuni juga dapat menghubungi tim OYO Support setiap saat.
”OYO berpengalaman mengelola hotel. Standar hospitality hotel terbawa saat kami membuka lini bisnis OYO Life, seperti menggelar pelatihan rutin bagi staf pengelola kos. Kami menargetkan, sampai akhir tahun jumlah kamar mencapai 10.000 unit,” kata Eko.
Arief Muhammad, kreator konten sekaligus pemilik usaha Ternak Kos, menceritakan, sejak setahun lalu dia mencoba bisnis kos agar mendapatkan pendapatan pasif. Rumah kos pertamanya berada di Yogyakarta. Dia mengatakan, seluruh desain interior dibuat standar. Namun, sebagai pemain pemula di industri kos, Arief kesulitan mempromosikan kos miliknya.
Dengan bergabung jadi mitra OYO Life, dia tidak perlu repot menggelar promosi. Tata kelola harian kos juga akhirnya diperankan oleh tim OYO Life.
Bisnis pengelolaan tempat tinggal juga merambah ke apartemen. Dengan fleksibilitas sewa hunian untuk harian, bulanan hingga tahunan, pengelolaan apartemen sewa mengambil konsep standar layanan penginapan seperti hotel.
Travelio menjadi salah satu usaha rintisan manajemen properti berbasis teknologi yang gencar menggarap pengelolaan apartemen. Fokus sewa apartemen itu mencakup harian, bulanan, dan tahunan. Saat ini, Travelio sudah mengelola 3.000 unit apartemen.
Head of Business Development Travelio, Felicia Gautama, mengemukakan, salah satu kendala penyewaan apartemen untuk jangka panjang adalah kendala pembayaran tunai di muka. Oleh karena itu, kemudahan skema pembayaran menjadi salah satu strategi Travelio untuk menjaring pasar.
”Untuk pasar sewa, kami berikan kemudahan pembayaran. Sewa apartemen tidak memerlukan kartu kredit, tetapi bisa dicicil,” kata Felicia.
Ia menambahkan, manajemen pengelolaan apartemen mencakup check-in, check-out, pemasaran, pembayaran, hingga standar layanan. Standar kamar yang mengikuti standar hotel, antara lain ukuran tempat tidur, dan televisi. Selain itu, persyaratan standar perlengkapan masak, perlengkapan makan, lemari pakaian, dan perlengkapan kamar mandi.
Saat ini, segmen pasar sewa apartemen itu memiliki tarif di kisaran Rp 200.000-Rp 4 juta per malam. Dari segmen pasar itu, sekitar 47 persen di antaranya hunian sewa harian, 40 persen bulanan, dan 13 persen jangka tahunan. Pola bagi hasil dengan pemilik ditetapkan bagi hasil 25 persen untuk sewa harian. Sementara pengelolaan bulanan dan tahunan memiliki pola bagi hasil 15 persen.
(Caecilia Mediana/BM Lukita Grahadyarini)