Indonesia dan Mimpi Tuan Rumah Piala Dunia U-20 (2-Selesai)
Dari 10 stadion yang diajukan PSSI kepada FIFA, delapan di antaranya berada di Pulau Jawa.
PSSI telah mengajukan 10 stadion kepada FIFA sebagai tempat penyelenggaraan Piala Dunia U-20 tahun 2021 mendatang. Meski telah memiliki sejumlah infrastruktur, Indonesia masih dihadapkan pada sejumlah pekerjaan rumah jika terpilih menjadi tuan rumah.
Dari 10 stadion yang diajukan PSSI kepada FIFA, delapan di antaranya berada di Pulau Jawa. Kedelapan stadion tersebut adalah Gelora Bung Karno (Jakarta), Pakansari (Bogor), Manahan (Solo), Gelora Bung Tomo (Surabaya), Mandala Krida (Yogyakarta), Wibawa Mukti (Kabupaten Bekasi), Patriot (Bekasi), dan Si Jalak Harupat (Bandung). PSSI juga menyertakan dua stadion di luar Pulau Jawa, yakni Gelora Sriwijaya (Palembang) dan I Wayan Dipta (Gianyar).
FIFA telah menginspeksi lima dari 10 stadion yang diajukan Indonesia pada pertengahan September lalu. Stadion Gelora Bung Karno, Pakansari, Mandala Krida, Manahan, dan I Wayan Dipta menjadi stadion yang dipilih secara acak oleh FIFA untuk diinspeksi.
Jika merujuk aturan FIFA terkait syarat stadion untuk menyelenggarakan Piala Dunia U-20, Indonesia telah memiliki infrastruktur yang sesuai dengan sejumlah persyaratan. Salah satunya adalah dari sisi jumlah stadion. Menurut aturan FIFA, setiap negara harus menawarkan 6-8 stadion untuk digunakan dalam Piala Dunia U-20. Dengan 10 stadion yang ditawarkan, Indonesia telah melampaui persyaratan ini.
Dari sisi tempat duduk stadion, FIFA mensyaratkan stadion yang digunakan dari babak penyisihan grup, semifinal, hingga perebutan tempat ketiga memiliki minimal 5.000 kursi penonton. Sementara untuk pertandingan pembuka dan final, stadion yang digunakan harus memiliki minimal 15.000 kursi penonton.
Jika merujuk aturan FIFA terkait syarat stadion untuk menyelenggarakan Piala Dunia U-20, Indonesia telah memiliki infrastruktur yang sesuai dengan sejumlah persyaratan.
Meski demikian, FIFA memberikan kelonggaran bagi negara yang ingin mengajukan stadion dengan kapasitas tertentu. Penawaran dapat disesuaikan dengan kondisi sosial, politik, dan ekonomi suatu negara dengan syarat harus dijelaskan dalam dokumen penawaran.
Sebagian besar stadion yang didaftarkan oleh PSSI telah memiliki kursi sesuai yang disyaratkan oleh FIFA. Hanya Stadion Mandala Krida di Yogyakarta yang masih berencana untuk memasang kursi penonton seusai melakukan renovasi untuk berbagai kelengkapan infrastruktur.
Selain dari sisi stadion, FIFA juga mensyaratkan fasilitas pendukung lainnya. Salah satunya adalah ketersediaan hotel bagi tim yang berjarak 30 menit dari lapangan latihan. Hotel yang ada minimal harus berbintang empat dengan kapasitas minimum 150 kamar.
Sejumlah perbaikan masih dibutuhkan oleh Indonesia jika nanti terpilih menjadi tuan rumah. Menurut catatan PSSI, salah satu perbaikan yang akan dilakukan adalah pada lapangan untuk latihan. Sebab, sekitar 70 persen dari 50 lapangan latihan yang diajukan belum memenuhi standar FIFA. Perbaikan lapangan latihan dibutuhkan pada ruang ganti hingga kualitas lapangan.
Kualitas penyelenggaraan
Selain modal infrastruktur, Indonesia juga memiliki sejumlah tantangan untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Pekerjaan rumah utama adalah pada konsistensi kualitas penyelenggaraan pertandingan sepak bola level internasional.
Pada satu sisi, Indonesia pernah memiliki catatan apik dalam penyelenggaraan pertandingan skala internasional, salah satunya adalah dalam penyelenggaraan Asian Games 2018. Sistem tiket menggunakan barcode telah digunakan oleh panitia penyelenggara. Penonton yang hadir juga lebih tertib, baik dalam mengantre saat masuk ke venue pertandingan maupun saat menonton pertandingan secara langsung.
Indonesia juga terbilang sukses menyelenggarakan Piala Asia U-19 pada pengunjung tahun 2018 lalu. Salah satu modernisasi yang dilakukan penyelenggara tampak dari upaya penjualan tiket yang hanya dilakukan secara daring melalui laman PSSI. Penonton pun dapat memilih kursi dari setiap tribune sesuai kategori yang dipilih secara daring.
Meski laga tim yunior, Indonesia juga menerapkan sistem barcode tiket dan pengamanan berlapis dalam setiap pertandingan. Setiap penonton harus melakukan scan barcode tiket dan melalui pemeriksaan barang bawaan secara berlapis, yakni ketika berada di luar pagar stadion dan sebelum masuk ke dalam tribune. Ketatnya pemeriksaan ini berdampak pada kepatuhan penonton untuk tidak membawa botol air mineral ke dalam lingkungan stadion.
Indonesia juga terbilang sukses menyelenggarakan Piala Asia U-19 pada pengunjung tahun 2018 lalu.
Namun, inkonsistensi dalam penyelenggaraan pertandingan terlihat saat Indonesia menjamu Malaysia dalam partai pembuka babak kualifikasi Piala Dunia 2022. Situasi stadion yang dipenuhi lebih dari 50.000 penonton berdampak pada panjangnya antrean hingga pukul 19.00 WIB atau 30 menit sebelum laga dimulai.
Beberapa kelonggaran tampak diberikan dalam pertandingan ini. Salah satunya adalah tidak dilakukannya pemeriksaan barang bawaan dan scan barcode tiket bagi sebagian penonton saat masuk melalui pintu timur untuk kategori 3 zona 6A.
Kondisi ini tentu sangat riskan untuk sekelas laga internasional. Dampaknya, banyak botol air mineral dilemparkan oleh oknum penonton saat terjadi kericuhan jelang akhir babak kedua pertandingan.
Namun, perbaikan kualitas penyelenggaraan pertandingan kembali coba dilakukan saat Indonesia menjamu Thailand pada pekan berikutnya. Scan barcode hingga pengecekan barang bawaan secara berlapis kembali dilakukan selayaknya pertandingan Piala Asia U-19.
Hal ini tentu menjadi tantangan bagi Indonesia untuk konsisten dalam penyelenggaraan pertandingan sepak bola skala internasional. Sebab, penyelenggaraan tidak hanya menentukan kelancaran pertandingan, tetapi juga citra Indonesia di mata dunia internasional.
Baca Juga: Indonesia dan Mimpi Tuan Rumah Piala Dunia U-2021
Keuntungan
Jika lolos menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20, Indonesia akan memperoleh beberapa keuntungan. Pertama adalah hak istimewa sebagai tuan rumah. Timnas Indonesia U-20 secara otomatis akan lolos ke putaran final tanpa harus berjuang melalui babak kualifikasi. Keuntungan ini tentu dapat dimanfaatkan sebagai pengalaman tim nasional yunior Indonesia untuk berlaga pada pertandingan sekelas Piala Dunia.
Timnas Indonesia juga dapat mengasah kemampuan dengan berhadapan dengan calon pemain-pemain top dunia. Dalam sejarahnya, Piala Dunia U-20 kerap kali melahirkan pemain kelas wahid. Sebut saja Lionel Messi, pemain Barcelona yang kini telah menerima enam gelar pemain terbaik dunia.
Tak hanya itu, pemain legendaris Maradona hingga pemain yang kini masih bermain, seperti Mohamed Salah dan Paul Pogba, juga merupakan jebolan Piala Dunia U-20.
Batu loncatan juga dapat diraih dari sisi penyelenggaraan. Jika Indonesia berhasil dan sukses menggelar Piala Dunia U-20, hal ini dapat menjadi modal untuk menggelar Piala Dunia bagi timnas senior. Hal ini akan sejalan dengan rencana Indonesia untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia tahun 2034.
Rencana ini bukan sekadar asa. Dalam ASEAN Football Federation 12th Council Meeting Session 2015/2019 yang diselenggarakan di Nusa Dua, Bali, pada tahun 2017 lalu, semua delegasi dari federasi sepak bola di Asia Tenggara kompak memberikan dukungan kepada Indonesia dan Thailand sebagai tuan rumah Piala Dunia 2034. Indonesia juga dipercaya sebagai pemimpin konsorsium pencalonan.
Kini, dukungan juga diberikan dalam ASEAN Senior Officials Meeting on Sports pada 7 Oktober lalu. Dukungan diberikan kepada Indonesia yang berniat mengajukan diri sebagai tuan rumah bersama Australia pada Piala Dunia 2034.
Batu loncatan juga dapat diraih dari sisi penyelenggaraan. Jika Indonesia berhasil dan sukses menggelar Piala Dunia U-20, hal ini dapat menjadi modal untuk menggelar Piala Dunia bagi timnas senior.
Tentu, jika Indonesia terpilih sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20, hal dapat menjadi modal pengalaman bagi Indonesia dalam penyelenggaraan pertandingan sepak bola kelas dunia. Artinya, ajang ini menjadi amat penting bagi Indonesia untuk mempermulus langkah awal sebagai tuan rumah Piala Dunia 2034.
Keuntungan lainnya yang dapat diraih Indonesia adalah dari sisi ekonomi. Meski tidak sebesar ajang Piala Dunia bagi tim nasional senior, Piala Dunia U-20 juga dapat dijadikan ajang promosi pariwisata bagi Indonesia.
Pada penyelenggaraan Piala Dunia U-20 sebelumnya, ajang ini disaksikan secara langsung hingga ratusan ribu bahkan jutaan penonton. Bagi daerah penyelenggara, potensi ini tentu dapat dimanfaatkan untuk menggerakkan perekonomian wilayah sekitar.
Namun, jika gagal lolos, Indonesia masih memiliki asa pada pencalonan Piala Dunia kategori usia lainnya. PSSI berencana mencalonkan diri sebagai tuan rumah Piala Dunia U-17 tahun 2021 jika gagal pada proses penawaran Piala Dunia U-20.
Apa pun hasilnya, masuknya Indonesia ke babak akhir proses pemilihan tuan rumah Piala Dunia adalah sebuah capaian baru bagi perkembangan sepak bola negeri ini. Capaian ini dapat menjadi titik balik bagi perbaikan kualitas sepak bola Indonesia, baik dari sisi infrastruktur maupun dari kualitas permainan tim nasional dari segala kelompok usia. (Dedy Afrianto/Litbang Kompas)