Perairan Pesisir Selatan Terancam Pemutihan Terumbu Karang
›
Perairan Pesisir Selatan...
Iklan
Perairan Pesisir Selatan Terancam Pemutihan Terumbu Karang
Sekitar 0,5 hektar terumbu karang di Perairan Nagari Sungai Pinang, Pesisir Selatan, Sumatera Barat, mengalami proses pemutihan atau ”coral bleaching”.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PESISIR SELATAN, KOMPAS — Sekitar setengah hektar terumbu karang di Perairan Nagari Sungai Pinang, Pesisir Selatan, Sumatera Barat, mengalami proses pemutihan atau coral bleaching. Kondisi ini dikhawatirkan mengganggu ekosistem laut dan meningkatkan risiko abrasi pantai.
Fenomena ini pertama kali disadari oleh Ketua Kelompok Sadar Wisata Andespin David Hidayat, Jumat (18/10/2019) siang. Waktu itu, ia tengah mencuci kaki di Pantai Manjuto, Nagari Sungai Pinang, seusai memantau kebun bakau di sekitar lokasi.
”Saat mencuci kaki, tampak terumbu karang di Pantai Manjuto sudah memutih. Waktu itu sedang pasang surut. Saya lalu melaporkan kejadian ini ke Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi (Sumbar),” kata David di Sungai Pinang, Sabtu (19/10/2019).
Menurut David, masih ada kemungkinan terjadinya pemutihan karang di tempat lain. Sebab, yang terpantau olehnya hanya yang terlihat di permukaan saat pasang surut. Terumbu karang di perairan dalam belum terpantau.
Saat mencuci kaki, tampak terumbu karang di Pantai Manjuto sudah memutih. Waktu itu sedang pasang surut. Saya lalu melaporkan kejadian ini ke Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi (Sumbar).
Pantauan Kompas di lokasi, Sabtu siang, sebagian besar terumbu karang jenis Acropora itu pucat agak kecoklatan. Sebagian kecil masih ditemukan terumbu karang yang hidup berwarna coklat gelap dengan ujung keunguan atau toska. Ada pula beberapa tumpak terumbu karang mati yang diduga sisa pemutihan tahun 2016.
Karang yang mengalami proses pemutihan itu terdapat di kawasan obyek wisata Pantai Manjuto. Sejumlah wisatawan, Sabtu, tampak berenang saat pasang naik dan berjalan-jalan saat pasang surut di sekitar terumbu karang yang memutih.
Peneliti terumbu karang Universitas Bung Hatta, Indrawadi Mantari, yang memantau ke lokasi mengatakan, kondisi terumbu karang tersebut sebenarnya sedang menuju pemutihan atau sakit. Jika keadaan tidak berubah, karang tersebut kemungkinan benar-benar memutih dan mati.
Menurut Indrawadi, pemutihan terumbu karang dapat dipicu antara lain oleh kenaikan suhu laut, pengasaman laut, dan kurangnya cahaya matahari. Namun, untuk kasus ini, ia menduga proses pemutihan karang di Sungai Pinang turut dipengaruhi oleh kabut asap. Sebab, dari hasil pengukuran Indrawadi, Sabtu siang, suhu dan keasaman laut relatif normal, yaitu suhu 27 derajat celsius dan pH 7.
”Kabut asap beberapa bulan ini menghalangi sinar matahari. Padahal, terumbu karang membutuhkan cahaya matahari untuk berfotosintesis,” kata Indrawadi, yang juga penyelam senior ini.
Indrawadi melanjutkan, fenomena pemutihan karang berulang kali terjadi di perairan Sumbar. Pada 1998, pemutihan terjadi di Taman Wisata Perairan Pieh. Pada 2000, pemutihan terjadi di Kepulauan Mentawai dan sebagian Pesisir Selatan.
Terakhir kali pemutihan terjadi pada 2016 yang disebabkan kenaikan suhu laut. Pada tahun ini, kawasan yang sebelumnya tidak terdampak, seperti Mandeh di Pesisir Selatan, juga mengalami pemutihan.
Indrawadi menyayangkan terjadinya fenomena ini. Pemutihan yang berujung dengan kematian karang akan mengganggu ekosistem laut. Karang merupakan sarang bagi ikan dan biota laut lainnya. Matinya terumbu karang juga dapat meningkatkan risiko abrasi pantai karena berkurangnya penahan ombak.
”Karang yang mati setelah pemutihan akan tumbuh kembali. Namun, butuh waktu betahun-tahun untuk pulih. Catatan kami, pertumbuhan terumbu karang hanya sekitar 2,5 sentimeter per tahun,” ujar Indrawadi.
Dihubungi terpisah, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sumbar Yosmeri mengatakan, sejauh ini baru mendapatkan laporan pemutihan terumbu karang di Nagari Sungai Pinang. Sementara itu, di lokasi lain belum ada laporan.
Yosmeri menambahkan, dinas sudah berkoordinasi dengan Loka Riset Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir Kementerian Kelautan Perikanan di Padang untuk menindaklanjuti fenomena ini. ”Senin (21/10/2019) akan kami kirim tim untuk mengecek ke lapangan dan mencari tahu pemicu proses pemutihan terumbu karang,” kata Yosmeri.