Manuver China di Asia Tenggara menjadi salah satu faktor pemacu Vietnam di sektor pertahanan dan kebijakan luar negeri. Indonesia ikut mendapat manfaat dari fenomena itu.
Oleh
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Manuver China di Asia Tenggara menjadi salah satu faktor pemacu Vietnam di sektor pertahanan dan kebijakan luar negeri. Indonesia ikut mendapat manfaat dari fenomena itu.
Duta Besar Indonesia untuk Vietnam Ibnu Hadi mengatakan, perundingan batas maritim Indonesia-Vietnam memang masih dalam proses. Hal itu agak lambat disebabkan perbedaan konsep Indonesia sebagai negara kepulauan dan Vietnam sebagai negara berbasis daratan. ”Prosesnya terus berlangsung dan diumumkan pemimpin kedua negara,” ujarnya di Jakarta, Jumat (17/10/2019).
Kemajuan perundingan perbatasan Indonesia-Vietnam, antara lain, dipengaruhi faktor China. ”Bagi Vietnam, proses itu menunjukkan kerja sama kuat di kawasan,” ujarnya.
Kesan itu penting agar ASEAN bisa bersatu menghadapi manuver China di kawasan. Bersama Malaysia, Brunei Darussalam, dan Filipina, Vietnam sedang bersengketa dengan China gara-gara klaim Beijing atas Laut China Selatan. ”Vietnam berkepentingan (dengan klaim atas Laut China Selatan) karena merupakan sumber migas di lepas pantai,” ujarnya.
Lembaga kajian pertahanan yang berbasis di Swedia, Sipri, mencatat, terkait itu Hanoi terus memperkuat pertahanan karena perkembangan di Laut China Selatan. Sejak 2015, anggaran pertahanan Vietnam tidak pernah kurang dari 5 miliar dollar AS per tahun. Bahkan, Hanoi menargetkan anggaran militer 7 miliar dollar AS pada 2024.
Sebagian dana dipakai untuk mengimpor persenjataan dari sejumlah negara. Hanoi, antara lain, membeli enam kapal selam dari Rusia. Dalam 10 tahun terakhir, impor senjata Vietnam melonjak 700 persen. Vietnam melejit dari posisi ke-43 menjadi ke-10 sebagai importir senjata terbesar dunia.
Ketua ASEAN
Isu Laut China Selatan juga akan menjadi fokus Hanoi selama negara itu menjadi Ketua ASEAN pada 2020. ”Vietnam ingin menunjukkan kemampuannya diplomasi sebagai Ketua ASEAN,” kata Ibnu Hadi. Dubes juga menyebut sukses Vietnam sebagai tuan rumah pertemuan Donald Trump-Kim Jong Un, APEC, hingga Forum Ekonomi Dunia (WEF).
Hanoi juga akan memperhatikan isu ekonomi selama menjadi Ketua ASEAN. Jika perundingan kerja sama ekonomi kawasan (RCEP) tidak rampung tahun ini, Vietnam akan mendorongnya pada 2020. Vietnam mendorong pertumbuhan ekonomi digital. ”Kita bekerja sama dengan Vietnam untuk meningkatkan perekonomian digital,” ujar Ibnu.
Soal hubungan bilateral, perdagangan dua negara surplus bagi Indonesia. Produk andalan di Vietnam, antara lain, batubara, suku cadang kendaraan, kendaraan jadi, dan komoditas pertanian. ”Produk otomotif Indonesia bisa diandalkan dan nilai tambahnya besar. Mobil-mobil buatan Indonesia disukai di Vietnam,” katanya.
Indonesia juga sedang menjajaki ekspor pesawat ke Vietnam. PT Dirgantara Indonesia berencana ikut pameran kedirgantaraan di Vietnam untuk melihat peluang di negara tersebut. (RAZ)