Sedikitnya 16 atap rumah warga Desa Sumberbrantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur, rusak akibat diterjang angin kencang yang berlangsung sekitar lima jam.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·2 menit baca
BATU, KOMPAS - Sedikitnya 16 atap rumah warga Desa Sumberbrantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur, rusak akibat diterjang angin kencang yang berlangsung sekitar lima jam, mulai Sabtu (19/10/2019) pukul 22.00 hingga Minggu (20/10) pukul 03.00. Warga pun diimbau mewaspadai cuaca ekstrem jelang pergantian dari musim kemarau ke penghujan ini.
Selain atap rumah, angin kencang juga merobohkan sebuah warung semipermanen, memutus aliran listrik, dan menumbangkan sedikitnya delapan pohon. Beberapa pohon yang tumbang menutup jalan utama Batu-Mojokerto. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini, tetapi lima orang terpaksa mengungsi ke rumah tetangga.
Mirip badai pasir. Suaranya juga menderu-deru dan berlangsung lama, sejak sekitar pukul 23.00.
Angin juga menerbangkan pasir dari lahan pertanian yang ada di luar desa yang posisinya lebih tinggi dari permukiman. Hingga Minggu siang, angin juga masih bertiup cukup kencang dan membawa debu, meski tak sekencang semalam.
Sumberbrantas merupakan desa paling tinggi di lereng Gunung Arjuna yang memiliki topografi tidak rata. “Mirip badai pasir. Suaranya juga menderu-deru dan berlangsung lama, sejak sekitar pukul 23.00. Sekitar jam 03.00 angin baru reda. Selama itu pula kami tidak bisa tidur,” ujar Slamet (45), warga Dusun Krajan, Desa Sumberbrantas.
Misti (47), warga Dusun Jungo, Desa Sumberbrantas, yang warungnya rusak, menuturkan, saat peristiwa terjadi, suaminya, Puyanto (50), tengah beristirahat di warung itu. Beruntung Puyanto tidak tertimpa atap warung yang roboh. “Begitu satu sisi dinding warung terangkat oleh angin, suami saya langsung lari keluar,” tuturnya.
Menurut Misti, sejak sore cuaca cerah dan tidak ada tanda-tanda angin kencang bakal melanda. “Begitu pula saat angin kencang bertiup, tidak ada tanda-tanda turun hujan. Hanya angin saja dan sepertinya bertiup secara memutar,” katanya.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Batu A Choirur Rochim mengatakan, pihaknya masih menghitung nilai kerugian akibat bencana ini. BPBD sendiri mengimbau warga waspada saat beraktivitas di luar rumah maupun di jalan jalur Cangar (Batu)-Pacet (Mojokerto). Hal itu untuk mencegah potensi bahaya pohon tumbang.
Sebelumnya, Kepala Seksi Observasi dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Karangploso, Malang, Anung Suprayitno, mengatakan, angin kencang biasa terjadi menjelang pancaroba. BMKG sendiri mempredikasi musim hujan secara umum baru terjadi pada November.
Menurut Anung, angin kencang memiliki sifat embusan mendatar dengan kecepatan lebih dari 25 kilometer per jam. Dampak angin ini bisa menimbulkan kerusakan atap rumah serta menumbangkan pohon dan baliho. Angin ini bisa berlangsung berhari-hari.
Semakin mendekati musim hujan, menurut Anung, yang terjadi kemudian bukan lagi angin kencang, tetapi juga puting beliung. Timbulnya awan seperti cumulus atau cumulonimbus memicu terjadinya hujan deras disertai petir.