Kisah Kegagalan Aparat Meksiko Membungkam Kartel Narkoba Sinaloa
Kekuatan kartel narkoba tidak bisa dianggap enteng. Aparat keamanan Meksiko gagal membungkam kartel narkoba di Sinaloa. Aparat terpaksa membebaskan Ovidio Guzmán López, orang penting dalam kartel narkoba Sinaloa.
Otoritas Meksiko membebaskan Ovidio Guzmán López, orang penting dalam kartel narkoba Sinaloa. Pembebasan itu dilakukan setelah pasukan pemerintah kalah kekuatan di Culiacán, Ibu Kota Sinaloa, Kamis (17/10/2019). Pemerintah Meksiko berdalih, keputusan itu sebagai salah satu strategi keamanan nasional.
Kartel Sinaloa merupakan organisasi perdagangan narkoba dan pencucian uang yang berdiri pada 1980-an di Sinaloa, Meksiko. Ovidio merupakan putra dari Joaquín “El Chapo” Guzmán, salah satu pemimpin kartel.
Ovidio ditahan di sebuah rumah di Culiacán, Ibu Kota Sinaloa. Alhasil, anggota Kartel Sinaloa mengepung dan menembak 35 petugas polisi. Baku tembak meluas sehingga menimbulkan kekacauan di kota itu, membunuh delapan orang, dan melukai 20 orang lain.
Pemerintah telah mengirim 230 pasukan khusus untuk menjaga kota. Perkantoran dan sekolah libur. Presiden Meksiko Andrés Manuel López Obrador dalam konferensi pers mengatakan, keputusan tersebut merupakan strategi pemerintah untuk menjaga keamanan nasional. Penangkapan seorang kriminal, tuturnya, tidak lebih penting dibandingkan nyawa warga. “Kami tidak ingin orang mati, kami tidak ingin perang. Kami melaksanakan strategi kami dengan sangat baik,” kata López Obrador, Jumat (18/10/2019).
Baca juga : Di Balik Indahnya Meksiko
Namun, insiden di Culiacán mengundang kritik dan tekanan kepada López Obrador. Sejumlah pejabat pemerintah berkomentar atas insiden tersebut, beberapa di antaranya Menteri Pertahanan Meksiko Luis Cresencio Sandoval dan Menteri Keamanan Meksiko Alfonso Durazo. “(Misi penangkapan) itu dilakukan dengan tergesa-gesa. Konsekuensinya tidak dipertimbangkan, bagian yang paling berisiko tidak diperhitungkan,” ujar Sandoval dalam konferensi pers bersama Durazo.
Sandoval menyampaikan, penangkapan Ovidio dalam sebuah rumah terjadi tanpa surat perintah penggeledahan. Selain itu, para petinggi militer lainnya tidak mengetahui mengenai misi itu. Jika mereka tahu, misi tersebut akan berbeda karena mereka akan mengerahkan lebih banyak pasukan dan kekuatan dari udara.
Para ahli keamanan berpendapat, aksi mengalah pemerintah di sebuah kota besar justru mendorong organisasi kriminal untuk melakukan perlawanan serupa (copycat). Penyerahan terhadap tuntutan mafia meninggalkan impresi bahwa organisasi kriminal memegang kendali atas negara.
"Hal yang tidak dapat disangkal adalah Kartel Sinaloa memenangkan pertempuran kemarin. Tidak hanya mereka membuat pemerintah untuk melepaskan Ovidio, mereka menunjukkan kepada warga Culiacan serta seluruh Meksiko siapa yang memegang kendali,” ujar Gladys McCormick, pengamat keamanan di Syracuse University, Amerika Serikat.
Baca juga : Jungkat-jungkit Lintas Negara
Kekacauan besar
Insiden di Culiacán yang memiliki sekitar 800.000 penduduk menciptakan kekacauan besar. Awalnya, sebanyak 35 petugas tiba di sebuah rumah pada Kamis (17/10/2019), siang. Mereka akan menahan Ovidio berdasarkan permintaan ekstradisi yang dikeluarkan Pemerintah AS pada 2018.
Ketika memasuki rumah itu, mereka mendapati Guzman dan tiga orang lainnya. Tidak lama, sejumlah orang-orang bersenjata berat bermasker hitam mengepung rumah itu. Menurut otoritas, mereka setidaknya melakukan 14 serangan di sejumlah titik berbeda.
Baca juga : Narkoba, ”Pembunuh” yang Masih Sulit Diberantas
Kelompok bersenjata itu kemudian mengambil alih pintu tol dan jalan-jalan utama di kota. Mereka membakar kendaraan-kendaraan di jalan sepanjang 19 blok sehingga asap hitam menjulang tinggi.
Serangan-serangan mereka sangat berani sehingga anggota kartel menyerang kompleks perumahan tentara dimana keluarga para tentara tinggal. Mereka juga sempat menyandera beberapa personil tentara.
Rekaman yang beredar di media sosial menunjukkan Culiacán berubah menjadi medan perang. Warga panik melarikan diri akibat tembakan senjata berat melanda kota. Tampak sejumlah warga meringkuk di pusat-pusat perbelanjaan. “Kekacauan ini lebih buruk dari yang pernah saya alami beberapa tahun lalu,” tutur Teresa Mercado, salah satu warga.
Kekacauan berlanjut sampai malam. Sekelompok besar tahanan turut memberontak, menawan petugas, dan kemudian melarikan diri dari penjara kota. Menurut Sekretaris Keamanan Publik Sinaloa, Cristóbal Castaneda, sebanyak 56 tahanan kabur dimana 49 lainnya belum tertangkap ulang.
Setidaknya delapan orang meninggal dunia dan 20 orang lainnya luka-luka akibat insiden tersebut. Dari delapan orang yang meninggal dunia, lima diantaranya merupakan anggota kartel sedangkan lainnya adalah seorang petugas garda nasional, warga, dan tahanan.
Baca juga : Lingkaran Setan Pemberantasan Narkoba
Sejumlah pertanyaan timbul dalam misi yang berujung gagal tersebut. Presiden López Obrador mengklaim, polisi masuk ke dalam rumah untuk menangkap Ovidio, sedangkan pernyataan awal menyebutkan, polisi tiba-tiba ditembak ketika melewati area tersebut dan menemukan Ovidio di dalam rumah tempat mereka berlindung.
Pertanyaan lainnya adalah terkait penahanan delapan petugas keamanan Kartel Sinaloa. Namun, pembebasan para sandera tanpa luka satu apapun tersebut dilakukan tanpa negosiasi.
Menolak tuduhan
Presiden López Obrador menolak kritik bahwa pemerintah menunjukan kelemahan dengan menuruti tekanan Kartel Sinaloa. “Pandangan itu merupakan rekaan yang dibuat,” tuturnya.
Dalam kampanye, López Obrador berjanji untuk meredakan kekacauan selama puluhan tahun di Meksiko akibat kekerasan organisasi kriminal dan pembunuhan. Menurut dia, strategi penanganan organisasi kriminal oleh pemerintahan yang lama telah membuat Meksiko menjadi area “pekuburan”.
López Obrador juga menganjurkan untuk menggunakan pendekatan yang tidak terlalu bersifat konfrontatif dalam menghadapi organisasi kriminal. Salah satunya, dengan melakukan intervensi pada akar permasalahan kejahatan narkoba, seperti kemiskinan dan kurangnya lapangan pekerjaan.
Meskipun begitu, jumlah kasus pembunuhan di Meksiko tahun ini justru melampaui rekor tahun lalu, yaitu sebanyak 29.000 kasus. Di masa pemerintahannya, ia mendirikan Garda Nasional Meksiko yang baru. Namun, ribuan personel malah dikirim untuk menahan imigran gelap di perbatasan Meksiko-Amerika Serikat atas permintaan Presiden AS Donald Trump.
Sementara itu, Jose Luis Gonzalez Meza, pengacara untuk keluarga Guzman, berterima kasih kepada López Obrador dalam sebuah konferensi pers. “Kami memiliki presiden yang berperikemanusiaan, seorang presiden yang pada akhirnya memutuskan untuk tidak menyakiti Ovidio," ucapnya.
Meza melanjutkan, keluarga Guzman akan menanggung seluruh biaya korban meninggal dunia dan terluka. Mereka juga meminta maaf kepada warga Culiacán dan Meksiko atas insiden tersebut.
Adapun Ovidio sebenarnya bukan merupakan satu-satunya putra dari Guzmán. Guzmán memiliki anak laki-laki lainnya yang lebih terkenal, yakni Iván Archivaldo Guzmán dan Jesús Alfredo Guzmán atau sering disebut sebagai “Chapos Kecil” yang diduga menjalankan bisnis kartel narkoba ayahnya. Tidak jelas apa yang terjadi pada Ovidio setelah pasukan pergi. Sekretaris Keamanan Federal Alfonso Durazo mengatakan, Ovidio tidak pernah ditahan secara resmi.
Kekhawatiran mendatang
José Reveles, penulis buku tentang Kartel Sinaloa, mengatakan, operasi itu dilakukan dengan kikuk berdasarkan sudut pandang keamanan dan politik. Sulit untuk mengguncang Kartel Sinaloa yang sangat kuat.
"Jika pemerintah mengatakan tidak tahu apa-apa maka itu tidak pernah terjadi, terutama untuk operasi sebesar ini. Jika Anda akan melakukan operasi sebesar ini, Anda harus melakukannya dengan benar, yaitu menjaga semua sisi dan menambahkan keamanan di penjara,” tutur Reveles.
Pertempuran antara kartel dan petugas keamanan sangat umum terjadi di Meksiko. Selain insiden di Culiacán, terjadi serangan di Michoacán yang membunuh 13 anggota polisi dan di Guerrero yang membunuh 14 orang bersenjata dalam pekan yang sama.
Mantan Kepala Operasi Internasional untuk Administrasi Penegakan Narkoba AS, Mike Vigil, menyebutkan, kegagalan misi tersebut merupakan pukulan telak bagi Pemerintah Meksiko karena menunjukkan pengaruh mafia semakin menguat. Vigil, yang pernah bekerja secara rahasia di Meksiko, memberi sinyal pertumpahan darah bisa terus terjadi di masa mendatang.
“Ini akan menjadi contoh bagi kelompok lain. Ini mengirim pesan bahwa jika mereka menangkap anggota kartel, yang harus mereka lakukan adalah pergi ke kota dan mengintimidasi warga dan pasukan keamanan," ujar Vigil. (REUTERS/AP)