Menyimak Pidato Pelantikan Presiden
Lain presiden, lain pula gaya komunikasi dan cara bicaranya. Sejarah perjalanan bangsa mencatat, tujuh presiden Indonesia memimpin pemerintahan dengan gaya komunikasi yang berbeda.
Presiden Soekarno dikenal sebagai orator ulung yang mumpuni berpidato. Presiden Soeharto memiliki model komunikasi politik yang berbeda dengan Bung Karno. Gaya bicaranya cenderung formal berpadu dengan penguasaan emosi yang matang.
Empat presiden berikutnya juga memiliki gaya khas. BJ Habibie dan Abdurrahman Wahid memiliki gaya terbuka dan spontan saat berpidato. Sementara, Presiden Megawati Soekarnoputri jarang memberikan komentar terhadap isu-isu pemerintahan di ruang publik.
Selanjutnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sangat memperhatikan gaya komunikasinya, penampilannya selalu rapi di depan publik. Kata- kata yang diucapkannya jelas dan hati-hati, dipertegas dengan gerakan tangan dan intonasi suara.
Adapun Presiden Joko Widodo cenderung menerapkan komunikasi terbuka yang sudah dilakukan sejak menjadi wali kota dan gubernur. Ia tidak segan mendatangi warga dan berdialog dengan bahasa sederhana dan singkat. Gaya komunikasi tersebut lekat dengan penampilan para presiden, termasuk saat memberikan pidato.
Namun, saat menyampaikan pidato kenegaraan, ada kesamaan cara penyampaian. Karena mayoritas disampaikan dalam forum resmi kenegaraan, pidato kenegaraan diucapkan dengan materi yang sudah disiapkan teksnya. Termasuk dalam hal ini adalah pidato pelantikan setelah dilantik sebagai presiden. Secara umum, pidato pertama para presiden RI pascareformasi menekankan suasana kebatinan politik dan tantangan yang dihadapi pemerintahannya.
1999
Abdurrahman Wahid mengucapkan sumpah sebagai presiden hasil pemilu pertama setelah reformasi. Karena bukan berasal dari partai pemenang pemilu, Presiden Abdurahman Wahid dalam pidato pertamanya seusai pengucapan sumpah jabatan menyapa Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PDI Perjuangan yang merupakan partai pemenang pemilu.
Secara khusus Presiden Wahid mengucapkan terima kasih kepada Megawati Soekarnoputri, yang telah menjunjung tinggi kehidupan demokrasi. "Saya mengucapkan terima kasih kepada saudari saya, Megawati Soekarnoputri, yang telah menunjukkan pengertian yang mendalam terhadap keadaan kita semua, di samping juga sanggup melaksanakan kehidupan berdemokrasi bersama-sama dengan saya, sebagaimana terbukti pada jalannya pemilihan presiden".
Tentang tugas pemerintahannya, Presiden Wahid menggarisbawahi tentang peningkatan pendapatan rakyat, menegakkan keadilan dan mendatangkan kemakmuran, mempertahankan keutuhan bangsa dan negara.
2001
Megawati Soekarnoputri dilantik sebagai presiden menggantikan Abdurrahman Wahid dalam Sidang Istimewa MPR. Saat menyampaikan pidato pertama, Megawati menyadari bahwa tugas dan tantangan yang akan diembannya sebagai Presiden tidaklah ringan. Diperlukan upaya untuk sesegera dan secepat mungkin keluar dari keterpurukan yang beberapa tahun terakhir melanda hampir setiap relung kehidupan. Presiden merasakan adanya keprihatinan nasional yang mendalam berkenaan dengan kondisi itu sebagaimana dirasakan seluruh rakyat Indonesia.
"Saya menangkap adanya rasa lelah bahkan kian melunturnya kepercayaan terhadap kemampuan pemerintahan negara menyelesaikan semua kemelut ini. Dalam keyakinan saya, di tengah kondisi itu tidak satu kelompok atau golongan mana pun yang mampu menyelesaikan sendiri masalah besar yang saat ini sedang kita hadapi," katanya.
Megawati mengajak semua pihak untuk menerima hasil proses demokrasi dengan ikhlas, dengan legowo. "Betapapun, demokrasi pada ujungnya juga menuntut ketulusan, keikhlasan, dan ketaatan pada aturan permainan," kata Presiden Megawati.
2004
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terpilih sebagai presiden pertama hasil pilihan rakyat. Sebelumnya, para presiden dipilih oleh MPR. Dalam pidato pertamanya di Istana Merdeka, Jakarta, Presiden SBY mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk bekerja keras menghadapi tantangan berat yang dihadapi bangsa dan negara.
"Marilah kita bekerja keras untuk menghadapi segala tantangan berat ini. Besok pagi 21 Oktober, insya Allah saya akan melantik anggota kabinet. Setelah itu, kami akan langsung menyingsingkan lengan baju untuk merumuskan dan menjalankan langkah-langkah awal kebijakan dan rencana aksi pemerintah," ujarnya.
Presiden SBY memaparkan persoalan bangsa adalah pertumbuhan ekonomi yang relatif rendah, di bawah tujuh persen, menjadi kendala untuk menciptakan lapangan kerja bagi 10 juta rakyat yang masih menganggur. Apalagi untuk mengentaskan 16 persen penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan.
Indonesia juga masih menghadapi masalah utang. Konflik di Aceh dan Papua, masalah korupsi, kolusi, dan nepotisme yang masih jadi persoalan sistemik, situasi internasional yang belum menentu, khususnya harga minyak yang melambung jauh di atas asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, ancaman terorisme, dan kejahatan transnasional.
Karena itu, lanjut Presiden SBY, dalam bulan-bulan pertama pemerintahannya, dia akan memfokuskan perhatian untuk menata persoalan di dalam negeri. Pemerintah akan menjalankan kebijakan ekonomi terbuka, meningkatkan produktivitas dan daya saing, serta menggalakkan investasi untuk pembangunan infrastruktur.
2009
Pada pemilu berikutnya Susilo Bambang Yudhoyono kembali terpilih sebagai presiden. Presiden SBY dalam pidatonya setelah dilantik dalam Sidang Paripurna MPR di Gedung MPR/DPR, Senayan, Jakarta, mengingatkan rakyat Indonesia untuk terus melangkah maju, rukun, dan bersatu menghadapi tantangan pada masa mendatang. Bangsa Indonesia juga diminta tidak lemah, lalai, dan besar kepala menghadapi situasi dunia yang masih dilanda berbagai krisis.
"Ingat, pekerjaan besar kita masih belum selesai. Pekerjaan yang masih menjadi tantangan pada masa mendatang di antaranya krisis ekonomi dunia yang masih belum selesai dengan ditandai volume perdagangan dan arus investasi dunia yang belum pulih, juga fluktuasi harga minyak dunia," ujarnya.
Menurut Presiden, bangsa Indonesia patut bersyukur dan berbesar hati. Di tengah gejolak dan krisis politik di sejumlah wilayah dunia, Indonesia tetap tegak dan tegar sebagai negara demokrasi yang makin kuat dan stabil. "Bahkan, di tengah badai finansial dunia yang terjadi, bangsa Indonesia masih dapat menikmati pertumbuhan ekonomi positif. Di tengah maraknya konflik dan disintegrasi di sejumlah wilayah dunia lain, bangsa Indonesia justru rukun dan bersatu," ujarnya.
Presiden juga mengajak para pemimpin bangsa untuk tetap kompak apa pun warna dan pilihan politiknya. Kekompakan para pemimpin bangsa itu penting untuk menghadapi tantangan dunia yang kian berat.
2014
Gaya komunikasi Joko Widodo yang sederhana, juga dibawa dalam pidato pelantikan yang singkat. Dalam pidato kenegaraan yang cukup singkat, hanya sekitar 11 menit, Presiden Jokowi menekankan penyelenggara negara untuk bekerja keras dan memastikan kehadiran pelayanan pemerintahan di seluruh pelosok Tanah Air sesuai mandat yang diberikan kepada mereka. Ini bagian penting dari semangat ”Nawacita” dalam upaya menghadirkan negara dalam semua kehidupan warga negara.
Pidato pertama Presiden Jokowi di depan Sidang Paripurna MPR, menyapa para presiden pendahulu dan secara khusus calon presiden Prabowo Subianto, pesaingnya dalam Pemilu Presiden 2014. Nuansa respek sangat terasa pada tekanan kata-kata dan jeda saat Presiden mengucapkan nama Prabowo yang disebut sebagai ”rekan dan sahabat” itu. Durasi untuk menyapa hadirin ini cukup signifikan, 2 menit 30 detik.
Kendati secara durasi pidato cukup singkat, Presiden Jokowi mengungkap arah dan tujuan yang ingin dicapai pemerintahan dengan sangat jelas. Pada bagian inti pidato, Presiden Jokowi menggunakan sekitar 6 menit 33 detik untuk mengurai berbagai hal. Kata-kata yang paling sering terucap adalah ”bekerja”, yang total terucap sebanyak 17 kali dalam pidato tersebut. Disusul ”bangsa besar” yang diucapkan sebanyak 8 kali.
Bagian penutup pidato Presiden kurang lebih berdurasi 2 menit 18 detik. Pada penutup ini termuat ajakan mengingat pesan Soekarno dan komitmen untuk berdiri di bawah kehendak rakyat dan konstitusi.
Pidato pelantikan presiden tak dimungkiri selalu menjadi perhatian publik, mengingat salah satu gagasan besar yang disampaikan adalah pedoman dan tujuan pemerintahan yang akan dijalankan. Sebagai bagian dari gaya komunikasi politik, pidato presiden bisa dimaknai sebagai bentuk kepedulian pemimpin kepada masalah-masalah bangsa yang harus diselesaikan.
Bukan hanya berupa rangkaian kata-kata, isi pidato presiden juga merupakan petunjuk kesetaraan atau the egalitarian style of communication. Bentuk komunikasi ini menunjukkan kemampuan pemimpin untuk sejajar dan peduli dengan suasana kebatinan rakyatnya. Kesetaraan komunikasi antara pemimpin dan rakyat membangun fondasi demokrasi yang bertumpu pada partisipasi publik demi tujuan kesejahteraan bersama. (LITBANG KOMPAS)