Rieke Caroline Merangkul Kejutan
Bertolak dari kegagalan di masa lalu, Rieke Caroline (31) menempa diri menjadi pribadi yang kompeten dan kompetitif. Kini, ia menggandeng pelaku usaha kecil menengah agar mereka lebih memahami seluk-beluk hukum bisnis.
Bertolak dari kegagalan di masa lalu, Rieke Caroline (31) menempa diri menjadi pribadi yang kompeten dan kompetitif. Kini, ia menggandeng pelaku usaha kecil menengah agar mereka lebih memahami seluk-beluk hukum bisnis yang digeluti.
Rieke tiba di kantornya, KontrakHukum.com, Jakarta, Kamis (10/10/2019) sekitar pukul 14.00. Ia tampak kasual dengan kaus biru dongker yang serasi dipadu celana tujuh perdelapan krem dan stiletto berhak rendah. Riasan Rieke natural dan rambut legamnya diikat.
”Halo, apa kabar? Saya baru makan siang sambil rapat soal pemasaran. Setelah ini, saya harus rapat internal,” ujar Rieke ramah. Di sela-sela aktivitas yang amat padat, ia masih terlihat segar.
Sejak tahun 2017, Rieke berkonsentrasi mengembangkan KontrakHukum.com. ”I’m living my dream now,” katanya sambil tersenyum dan menatap sekeliling kantornya. Ia menegaskan, apa yang ia kerjakan kini adalah mimpinya dulu.
Di sela-sela perbincangan, Chief Executive Officer KontrakHukum.com itu masih sibuk menjawab pertanyaan klien-kliennya melalui ponsel.
Lantaran 90 persen pengguna jasanya adalah usaha kecil dan menengah (UKM), Rieke terbiasa bertukar pikiran dengan wirausaha dari berbagai bidang usaha. ”Ada pemilik rumah kos di Jakarta, petani wortel di Jawa Barat, dan pengusaha pakan ayam di Jawa Tengah,” ujarnya.
Para pelaku UKM sering bingung jika berurusan soal hukum. Karena itu, KontrakHukum.com di bawah naungan PT Legal Tekno Digital membantu pelaku UKM, terlebih mereka yang baru memulai usaha. Rieke turut mencetak wirausaha baru sekaligus membantu mereka memahami legalitas bisnis yang mereka geluti.
Menjodohkan
”Awalnya membuat kontrak, tetapi sekarang merambah pendirian PT, pendaftaran merek dagang, dan menyediakan tenaga hukum terseleksi,” kata Rieke menuturkan jasa yang diberikan KontakHukum.com.
Tak heran, Rieke kerap menjodohkan para pelaku UKM dengan pengacara atau advokat sesuai anggaran dan spesifikasi yang diminta.
Jumlah klien KontrakHukum.com sudah lebih dari 1.000 orang. Sementara pengguna jasa KontrakHukum.com secara daring lebih dari 3.000 orang. ”Tarif firma hukum umumnya cukup tinggi. Bayaran 70 dollar AS per jam (hampir Rp 1 juta) saja termasuk murah,” ucapnya.
Saat ini KontrakHukum.com menetapkan tarif mulai Rp 300.000 untuk konsultasi selama 30 menit yang bisa diberikan secara daring. ”Jasa hukum di KontrakHukum.com tersedia secara digital. Tenaga, waktu, dan uang bisa dihemat,” ujarnya.
Rieke tak sungkan berbagi pengetahuan dengan menjadi pembicara beragam forum. Di Universitas Ciputra, ia hadir sebagai dosen tamu dua kali per tahun, di Universitas Gadjah Mada setiap tiga bulan, di Universitas Prasetiya Mulya hampir setiap bulan, dan berkali-kali pula di berbagi di Universitas Indonesia.
Rieke sebenarnya memulai usaha tanpa kepastian soal segmen konsumennya. Ia lebih mengedepankan impak ketimbang aspek komersial. ”Kalau pasarnya besar, tentu saya enggak edukasi ke mana-mana. Setelah banyak berbagi baru dampak positifnya muncul. Kalau tidak, siapa yang membimbing UKM,” katanya.
Usaha dengan modal Rp 10 juta itu kini mempekerjakan 25 pegawai. Selain di Jakarta, KontrakHukum.com telah membuka kantor di Surabaya, Jawa Timur, sejak Juli 2019. ”Dulu, kalau saya jadi moderator ada tarifnya. Saya bisa dapat puluhan juta rupiah per sesi,” ucapnya.
Ia lantas mengubah orientasinya dari komersial menjadi edukasi. Rieke kerap menyampaikan materi secara probono. Sebagian undangan panitia disanggupi dengan cuma-cuma. Tak jarang, ia tidak keberatan dengan tarif sesuai kemampuan panitia.
Kejatuhan bisnis
Bicara soal hukum rupanya sungguh membuat Rieke bersemangat. ”Seandainya bukan minat, saya enggak bakal menikmati,” ujarnya.
Hasrat Rieke menggeluti bidang hukum mengakar dari kejatuhan bisnis ayahnya karena tak memahami pasal-pasal dalam kontrak.
”Papa menjalankan bisnis otomotif. Masih kelas menengah, jadi mengandalkan kekuatan sendiri. Enggak paham betul konsekuensi pasal-pasal itu,” katanya. Kontrak itu demikian menggiurkan, tetapi ketidaktahuan orangtua Rieke itulah yang menyebabkan bisnisnya gulung tikar.
”Setelah itu, keluarga saya benar-benar berjuang untuk hidup. Pokoknya, saya harus sekolah dengan baik dan dapat beasiswa. Kalau tidak, saya takut putus sekolah,” ujarnya.
Ia selalu meraih peringkat satu, dua, atau tiga. Ia menjadi wisudawan terbaik sarjana S-1 di fakultasnya dan meraih predikat magna cum laude.
Rieke juga memperoleh beasiswa selama menempuh S-1 dan S-2. Ia memetik hikmah dari pengalaman ayahnya, bukan sekadar merutuki ketidakmujuran yang terjadi dua dekade silam. ”Malah, a blessing in disguise (berkah tersembunyi). Waktu awal membuka usaha, saya sendiri yang mengerjakan semua,” ujarnya.
Kenaasan seperti yang dialami orangtua Rieke itu tentu bisa dicegah jika wirausaha punya akses layanan dan pengetahuan mengenai persoalan hukum yang lebih baik. ”Itu yang saya bikin sekarang. Informasi servis soal hukum saja tak tersedia. Kalau paham, pelaku UKM baru menggunakan jasa itu,” katanya.
Saya ikut bermacam-macam lomba. Cerdas cermat, debat, vokal grup, dan baca puisi
Tekad memahami klausul-klausul demi melindungi keluarga memotivasi Rieke memilih kuliah di fakultas hukum. Asam garam kehidupan menempanya menjadi pribadi yang kompetitif. ”Saya ikut bermacam-macam lomba. Cerdas cermat, debat, vokal grup, dan baca puisi,” ujarnya.
Hadiah terbesar senilai 3.000 dollar AS (sekitar Rp 42 juta dengan kurs sekarang) saat Rieke menggondol Global Leaders Awards Indonesia. Kompetisi tahun 2008 itu diselenggarakan Institute of International Education and The Goldman Sachs Foundation Amerika Serikat.
Gelar runner-up pertama Putri Pariwisata Indonesia diraihnya pula tahun 2009. Selain itu, Rieke juga menjadi pemenang pertama Wirausaha Sosial Mandiri tahun 2012 berkat kiprahnya membina para perajin wayang di Desa Kepuhsari, Kecamatan Manyaran, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Rieke juga termasuk salah satu pendiri Ikatan Pencinta Batik Nusantara.
Makcomblang
Ia tengah membidik beberapa kota sebagai tujuan pembukaan cabang baru KontrakHukum.com. Rieke sadar bahwa konsekuensi mengekspansi bisnis telah mengurangi waktu untuk bersosialisasi.
Di kala senggang, Rieke lebih suka menonton film serial televisi favoritnya, beristirahat, dan berkumpul dengan keluarga. ”Mama masih suka tanya saya sudah makan atau belum. Pekan lalu, papa dan saya makan bareng. Beliau bangga atas pencapaian saya,” ujarnya dengan semringah.
Rieke merasa hidupnya amat diberkati. Di antara beragam anugerah yang senantiasa disyukuri, ia juga merasa bahagia karena sukses mencarikan pasangan tak hanya untuk para klien, tetapi juga kawan-kawannya. Rieke sudah sukses menjodohkan tiga sahabatnya.
”Saya lihai juga sebagai pencari jodoh. Jadi mitra UKM soal legal banyak sosialnya. Cari pasangan buat teman juga enggak dibayar,” ujarnya seraya tertawa.
Jika hidup bagaikan lotre, Rieke yakin ia sudah sering memenanginya. Ia pun terus menebak kejutan-kejutan berikutnya dengan antusias.
Rieke Caroline
Lahir: Jakarta, 19 Mei 1988
Pendidikan:
- Sekolah Dasar Santa Ursula Jakarta
- Sekolah Menengah Pertama Santa Ursula Jakarta
- Sekolah Menengah Atas Santa Ursula Jakarta
- S-1 Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan
- S-2 Fakultas Hukum Universitas Indonesia