Revitalisasi Trotoar Baru 16 Persen dari Total Panjang Jalan
›
Revitalisasi Trotoar Baru 16...
Iklan
Revitalisasi Trotoar Baru 16 Persen dari Total Panjang Jalan
Oleh
Helena F Nababan
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS -- Hari Nugroho, Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta, Senin (21/10/2019) menjelaskan, selama kurun waktu 2016 - 2020, program revitalisasi trotoar di Jakarta baru mencakup 16 persen dari total panjang jalan di DKI Jakarta. Hal itu membuat belum semua wilayah DKI Jakarta terhubungkan dengan trotoar yang aman dan nyaman.
Hari menjelaskan, panjang jalan di DKI Jakarta sepanjang 1.300 km. Untuk membangun trotoar atau merevitalisasi trotoar maka perlu dilakukan di dua sisi sepanjang jalan itu.
Dengan cara itu, pada 2016 panjang trotoar yang terevitalisasi sepanjang 47,975 km. pada 2017 sepanjang 78,758.25 km terevitalisasi, dan pada 2018 sepanjang 118,091 km yang terevitalisasi. Sedangkan pada 2019 yang masih berjalan, target revitalisasi akan selesai di 67,449 km dan pada 2020 sepanjang 103,743 km rencabanta akan terevitalisasi.
"Karena faktor anggaran dari APBD maka panjang trotoar yang terevitalisasi baru sepanjang itu," jelas Hari tanpa merinci besaran APBD yang dialokasikan.
Ia menjelaskan, bila target dalam rencana strategis daerah adalah 60 km per tahun, maka dibutuhkan waktu yang lebih lama supaya seluruh trotoar di wilayah Jakarta terevitalisasi. "Baiknya ya per tahun bisa merevitalisasi 100 km. Dengan begitu waktu yang dibutuhkan tidak lama," jelas Hari.
Sesuai perencanaan Dinas Bina Marga, revitalisasi trotoar itu akan memudahkan pergerakan pejalan kaki, menciptakan ruang interaksi, hingga sebagai cara mengintegrasikan moda transportasi. Adapun untuk penataan itu, Bina Marga mengusung konsep complete street, rightsizing street, right function, dan
coordination.
Hari menjelaskan complete street berarti rightsizing street tidak mempersempit jalanan. "Tetapi kita membuat konsinyasi lajur. Ada jalan dengan tiga, empat jalur, ada yang lima. Akhirnya kita konsistenkan, kita bicara tiga jalur ya tiga jalur semuanya. Sisanya untuk trotoar," jelasnya.
Kemudian right function adalah penataan ruang di jalan kepada fungsi yang tepat. "Ya tentunya kalau kita bicara pedestrian itu berarti hak dari pejalan kaki. Jadi yang diutamakan adalah pejalan kakinya. Jadi secara fungsi itu jelas untuk pejalan kaki. Nah untuk fungsi tambahannya nanti akan kita bahas," kata Hari lagi.
Koordinasi, menurut Hari, perlu. Itu karena berkaitan dengan ruang berjalan ada yang terkena relokasi, penertiban, jaringan utilitas. "Ini perlu koordinasi. Nah yang paling penting adalah bentuk kolaborasi. Ya memang pak gubernur minta, setiap melakukan gagasan atau ide harus mulai dari dengan kolaborasi apa yang akan kita buat. Lalu diterjemahkan dengan narasi dan aksi. Aksinya apa yang harus kita buat," jelasnya.
Sedangkan complete street, lanjutnya, berarti kelengkapan jalan yang lengkap. "Lengkapnya seperti apa, ada ada jalur kendaraan, jalur sepeda. Konsep ke depan, jalur sepeda nanti harus terlindungi dari ancaman kendaraan yang ada di jalan, harus masuk ke dalam buffer atau pembatas. Saya pastikan tahun 2020 jalur sepeda ada di dalam, tidak turun ke jalan. Kemudian ada Jalur hijau, jalur pejalan kaki, ada street furniture dan akseoris, ada lampu jalan, bangku, halte dan taman," jelasnya.
Lengkapnya seperti apa, ada ada jalur kendaraan, jalur sepeda. Konsep ke depan, jalur sepeda nanti harus terlindungi dari ancaman kendaraan yang ada di jalan, harus masuk ke dalam buffer atau pembatas. Saya pastikan tahun 2020 jalur sepeda ada di dalam, tidak turun ke jalan. Kemudian ada Jalur hijau, jalur pejalan kaki, ada street furniture dan akseoris, ada lampu jalan, bangku, halte dan taman.
Berbicara tentang kelengkapan jalan utamanya jalur sepeda itu, Fani Rachmita selaku Manajer Senior Komunikasi dan Kemitraan ITDP Indonesia menjelaskan, di titik itu ITDP masuk. Yaitu memberikan masukan kepada dinas terkait desain atau rancangan jalur sepeda yang aman dan nyaman.
"Ini merupakan bagian dari kampanye Jakarta ramah bersepeda," jelas Fani.