Polisi Buru Sindikat Pemalak Berkedok Tukang Parkir
›
Polisi Buru Sindikat Pemalak...
Iklan
Polisi Buru Sindikat Pemalak Berkedok Tukang Parkir
Aparat Kepolisian Sektor Metro Tambora memburu sindikat pemalakan berkedok tukang parkir yang sering beraksi di Jalan Pasar Buah Angke, Jakarta Barat. Pemalakan tersebut kerap merugikan sopir mobil barang.
Oleh
Aditya Diveranta/Stefanus Ato
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Aparat Kepolisian Sektor Metro Tambora memburu sindikat pemalakan berkedok tukang parkir yang sering beraksi di Jalan Pasar Buah Angke, Jakarta Barat. Pemalakan tersebut kerap merugikan sopir mobil barang.
Kepala Kepolisian Sektor (Polsek) Metro Tambora Komisaris Iver Son mengatakan, polisi mendapatkan informasi pemalakan itu dari sebuah video yang viral di media sosial pekan lalu. Polisi segera menyisir lokasi dan menangkap AC (18), salah satu anggota komplotan pemalak.
"AC ditangkap Sabtu pekan lalu. Dari penangkapan AC, polisi masih mendalami anggota lain komplotan tersebut," ujar Iver saat dihubungi di Jakarta, Senin (21/10/2019).
Kepala Unit Reserse Kriminal Polsek Tambora Ajun Komisaris Supriyatin menuturkan, komplotan ini berkedok sebagai tukang parkir dan meminta uang secara paksa ke sopir mobil barang. Saat sopir memberi uang Rp 2.000 sebagai ongkos parkir, mereka memaksa agar bayaran itu ditambah.
Komplotan ini berkedok sebagai tukang parkir dan meminta uang secara paksa ke sopir mobil barang.
Warga di sekitar Pasar Buah Angke resah dengan pemalakan di wilayah itu. Komplotan ini sering membuat keributan jika sopir truk tidak membayar sesuai permintaan pemalak.
Michael (45), salah satu tukang parkir di sekitar jalan itu, mengatakan, pemalakan marak terjadi dan dilakukan secara berkelompok. Selama ini, komplotan yang dikenal sebagai preman pasar ini menyasar truk-truk pengangkut buah, terutama buah semangka.
"Mereka itu biasanya pura-pura mengatur lalu lintas. Saat ada truk buah yang lewat, mereka bantu atur kendaraan dari arah lain supaya truk bisa jalan," katanya.
Ia menambahkan, setelah truk dibantu melintas, pemalak biasanya mendekati sopir untuk meminta imbalan. Situasi ini sering memicu keributan, apalagi jika sopir truk memberi uang tak sesuai keinginan.
"Mereka itu minta paling sedikit Rp 10.000. Kalau kurang dari itu, sopirnya bisa saja digebukin bareng-bareng kalau ngotot," katanya.
Mereka itu minta paling sedikit Rp 10.000. Kalau kurang dari itu, sopirnya bisa saja digebukin bareng-bareng kalau ngotot.
Kompas menyusuri Jalan Pasar Buah Angke pada Senin sore. Jalan itu tergolong sempit. Di kiri dan kanan jalan itu berjejer berbagai lapak pedagang yang menjual buah-buahan, seperti semangka, mangga, dan nanas.
Jalan sempit itu diperparah dengan deretan kendaraan yang diparkir di pinggir jalan. Akibatnya, saat ada mobil yang melintas, jalan itu sering kali macet.
Terkait aksi komplotan tersebut, Supriyatin menyebut polisi masih menelusuri anggota pemalak lainnya. "Sebagian pemalak, seperti AC, memang warga asli pasar tersebut. Polisi masih mendalami anggota lainnya yang bersembunyi di sana," kata Supriyatin.