Warga semakin terbiasa dengan transaksi nontunai. Selain cepat, transaksi seperti ini dapat mempromosikan produk pengusaha kecil sehingga mampu peningkatan omzet penjualan mereka sekitar 50 persen.
Oleh
Ayu Pratiwi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Warga kota semakin terbiasa dengan pembayaran nontunai melalui aplikasi telepon seluler. Model pembayaran seperti ini mempercepat transaksi sekaligus mempromosikan produk pengusaha kecil. Dampak positif ini dirasakan pelaku usaha kecil karena adanya peningkatan omzet penjualan hingga 50 persen.
”Sekarang banyak orang yang cari produk dengan harga diskon. Tanpa diskon, orang tidak akan melirik,” kata Zamilla Fauziah, seorang staf operator dari Pocoyo Waffle & Hotdog Indonesia, sebuah restoran asal Singapura yang menawarkan menu jajanan, ketika ditemui di Gandaria City, Jakarta, Senin (21/10/2019).
Dengan adanya teknologi pembayaran nontunai melalui aplikasi, seperti yang ditawarkan OVO, Gopay, DANA, atau LinkAja, pelaku usaha dapat menawarkan produk dengan harga diskon, tanpa mengeluarkan biaya promosi tambahan. Untuk produk seharga 20.000 yang dikenakan diskon 20 persen, misalnya, pelanggan yang membayar melalui aplikasi menerima keuntungan cashback Rp 4.000, tetapi pelaku usaha tetap menerima transaksi utuh Rp 20.000. ”Sekarang, sekitar 75 persen pelanggan kami membayar melalui aplikasi. Tidak hanya anak muda, tetapi juga semua kalangan,” tambah Zamilla.
Setelah menyediakan sistem pembayaran nontunai melalui aplikasi sejak Februari 2019, Zamilla mengaku cukup senang menggunakannya karena cukup membantu dalam memasarkan produk. Jumlah pelanggannya diperkirakan naik hingga 50 persen dibandingkan dengan sebelum sistem pembayaran melalui aplikasi itu disediakan.
”Aplikasi itu cukup lumayan mendorong penjualan. Promosinya dahsyat. Kami otomatis muncul di daftar restoran dalam aplikasi yang menawarkan cashback. Tanpa promosi di aplikasi, susah (mendorong penjualan),” ucap Zamilla.
Dibandingkan dengan pembayaran secara tunai, Zamilla mengaku lebih suka pembayaran nontunai melalui aplikasi. ”Kalau cash lebih ribet. Kalau ada selisih sedikit saja bisa jadi masalah. Saya lebih senang pakai aplikasi. Tidak ribet dan tidak perlu khawatir mencari uang kembalian,” katanya.
Pengalaman positif itu sayangnya tidak dialami semua pelaku usaha. Bagi Zia, staf operator dari Comeagain, sebuah kedai es krim, pembayaran nontunai melalui aplikasi tidak selalu lancar karena tergantung dengan jaringan internet pelaku usaha dan pelanggan. ”Kadang menggunakannya memang simpel karena enggak perlu uang kembalian, tetapi kadang ada juga masalah dengan jaringan,” katanya.
Ia menyatakan, pembayaran melalui aplikasi memiliki potensi meningkatkan penjualan. Sejak menyediakan sistem pembayaran nontunai, jumlah pelanggannya cenderung meningkat meskipun kenaikannya di bawah 50 persen.
Menurut Zia, selain jaringan internet, hal lain yang juga perlu perbaikan adalah koordinasi antara penyedia aplikasi dan pelaku usaha. hal lain yang masih perlu perbaikan. ”Kadang, penyedia aplikasi menaikkan atau menurunkan jumlah cashback tanpa sepengetahuan kami. Pelanggan kadang juga marah karena cashback-nya tidak sesuai dengan yang tertulis,” ucapnya.
Olin (24), warga Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, yang cukup sering membayar menggunakan aplikasi Ovo, menceritakan, dalam sebulan, jumlah transaksi pembayaran yang ia lakukan melalui aplikasi bisa mencapai Rp 500.000. Ia senang membayar melalui aplikasi karena mendapat keuntungan berupa cashback.
”Kalau Ovo, kita menerima cashback dalam bentuk Ovo Points. Dalam sebulan, saya bisa mengumpulkan hingga Rp 100.000 Ovo Points atau lebih. Biasanya, saya gunakan Ovo Points untuk membayar tagihan telepon saya. Lumayan, kan?” ucap Olin dengan penuh senyum.
Ia menyatakan, kadang jaringan internetnya terhambat sehingga ia tidak bisa membayar melalui aplikasi. ”Loading-nya juga kadang lambat. Namun, hal itu cukup jarang. Biasanya terjadi saat di lantai underground (bawah tanah),” tambah Olin.
Pada 10 Oktober 2019, Kompas memberitakan, jumlah pengguna aplikasi OVO meningkat 11,9 kali lipat pada Agustus 2019 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Selain bermitra dengan Grab dan Tokopedia, OVO juga bermitra dengan sekitar 200.000 ritel modern dan 300.000 ritel tradisional.
Sementara itu, hingga akhir Juni 2019, jumlah pengguna aplikasi DANA mencapai 20 juta orang dengan rata-rata 1,5 juta transaksi dalam sehari. Sekitar 15.000 mitra pedagang bekerja sama dengan DANA.