LONDON, SABTU — Pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia cenderung melambat di tengah berbagai faktor yang mengiringi. Meski sejumlah analis melihat kekhawatiran peluang terjadinya resesi global hingga akhir pekan lalu, data—terutama data ketenagakerjaan, pendapatan, dan pengeluaran—yang akan mengubah perlambatan signifikan menjadi resesi langsung, belum meyakinkan.
Dana Moneter Internasional telah memperkirakan output global akan meningkat hanya 3,0 persen tahun ini, ekspansi paling lambat sejak resesi 2008/2009 (”Prospek Ekonomi Dunia”, IMF, 15 Oktober 2019). Otoritas IMF memperkirakan pertumbuhan akan sedikit meningkat menjadi 3,4 persen tahun depan, tetapi hanya karena kinerja yang sedikit lebih baik di negara-negara seperti Turki dan Argentina yang saat ini berada di bawah tekanan yang berat.
Pelambatan telah disinkronkan secara global dan berpusat pada manufaktur, investasi, dan perdagangan karena kenaikan tarif dan meningkatnya ketidakpastian kebijakan. Kondisi pelik diperkirakan akan dan telah memukul kepercayaan bisnis dan pengeluaran konsumen untuk kendaraan bermotor.
Ancaman resesi
Dalam beberapa bulan terakhir, ada tanda-tanda pelambatan telah menyebar dari sektor manufaktur yang lebih fluktuatif dan menginfeksi industri jasa yang lebih stabil. Hal itu meningkatkan ancaman resesi ke level tertinggi selama satu dekade.
Pabrikan di Amerika Serikat melaporkan produksi, tidak termasuk kendaraan bermotor dan bagiannya, turun 0,7 persen dalam tiga bulan antara Juli dan September dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kinerja terburuk sejak akhir 2016. Namun, jumlah karyawan di bidang manufaktur masih naik 1,0 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada saat yang sama jam kerja agregat turun, tetapi hanya 0,3 persen.
Untuk keseluruhan ekonomi AS, pendapatan pribadi dikurangi pembayaran transfer dari pemerintah seperti jaminan sosial masih naik 2,8 persen secara riil dalam tiga bulan dari Juni hingga Agustus dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pengeluaran konsumen riil juga naik 2,5 persen pada Juni-Agustus dibandingkan dengan periode yang sama pada 2018. Angka itu turun dari pertumbuhan 3,5 persen setahun sebelumnya, tetapi jauh di atas tingkat resesi.
Pelambatan ekonomi AS nyata dan signifikan, tetapi kecuali jika mulai diterjemahkan ke dalam kehilangan pekerjaan dan mengurangi pertumbuhan pendapatan, hal itu diproyeksikam tidak mungkin menjadi resesi besar-besaran. Pertumbuhan telah terpukul lebih keras di bagian dunia lainnya, terutama di negara-negara dengan paparan perdagangan internasional yang besar seperti China dan Jerman. Namun, ada beberapa laporan tentang data kehilangan pekerjaan yang meluas, yang menunjukkan pelambatan hanya menunjukkan efek pada paruh pertama tahun ini, khususnya sejauh ini.
Tanggapan kebijakan
Resesi, seperti halnya meroketnya perekonomian, disebabkan ketika perubahan aktivitas ekonomi diperkuat dan menjadi menguat melalui efek umpan balik positif pada putaran kedua secara tahunan. Tantangan bagi para pembuat kebijakan adalah menciptakan langkah solutif untuk mencegah pelambatan menjadi kemerosotan, dan ada tanda-tanda bahwa risiko tinggi bagi perekonomian.
Menanggapi kekhawatiran meningkatnya resesi dan tanda-tanda pertumbuhan yang surut, bank sentrak AS, The Federal Reserve, telah memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin sejak Juli. Bank-bank sentral utama lainnya juga mengambil langkah-langkah untuk meredakan kondisi keuangan setiap negara.
Akibat prospek ekonomi yang memburuk, para negosiator perdagangan dari AS dan China juga telah menunjukkan fleksibilitas yang lebih besar dan mengklaim akan membuat kemajuan menuju kesepakatan bertahap. Meskipun kesepakatan apa pun tidak mungkin menyelesaikan semua perselisihan ekonomi antara kedua negara, hal itu dapat memberikan gencatan senjata dan mencegah eskalasi tarif yang merusak ekonomi global lebih lanjut, yang hampir pasti akan mendorong kedua negara itu secara khusus ke dalam resesi. Sebaliknya, jika para pembuat kebijakan dapat menghindari guncangan lebih lanjut yang tidak perlu pada sistem, ekonomi global tetap memiliki peluang untuk menghindari resesi. (REUTERS)