Manajer Manchester City Pep Guardiola menganggap timnya belum siap menjadi juara Liga Champions musim ini.
Oleh
Yulvianus Harjono
·3 menit baca
MANCHESTER, SENIN — Juara bertahan Liga Inggris, Manchester City, dijagokan banyak pihak menjadi juara Liga Champions Eropa musim ini. Namun, menariknya, Manajer Pep Guardiola justru terang-terangan berkata, timnya belum siap menjadi juara Eropa.
”Orang-orang berkata (trofi) Liga Champions menjadi target (City). Kami belum siap. Kami melewatkan banyak peluang (gol) di sepertiga terakhir wilayah pertahanan lawan. Kami harus lebih tajam,” ujar Guardiola menjelang laga kontra Atalanta di Liga Champions, Rabu (23/10/2019) dini hari WIB, di Stadion Etihad.
Pernyataan Guardiola itu merupakan bentuk otokritiknya terhadap penampilan ”The Citizens” akhir-akhir ini, khususnya di Liga Inggris. Tidak seperti musim lalu, start City musim ini tampak kurang mulus. Mereka kehilangan banyak poin akibat kalah dua kali dan sekali imbang. City pun kini tertinggal enam poin dari Liverpool di puncak klasemen Liga Inggris.
Selain buruknya kinerja pertahanan akibat krisis bek, Guardiola juga menyoroti soal ketajaman City. Ketika menghadapi Crystal Palace, akhir pekan lalu, misalnya, Guardiola menilai timnya seharusnya bisa menang telak. Mereka menciptakan banyak peluang, tetapi hanya bisa menang 2-0. Menurut dia, jika tidak berbenah, City dengan mudahnya kandas di babak gugur Liga Champions yang tidak mengenal ampun.
Selama tiga musim terakhir, meskipun telah banyak menghabiskan uang untuk para pemain baru, City bersama Guardiola gagal melaju jauh di Liga Champions. Prestasi tertinggi mereka adalah babak perempat final dua musim terakhir. Selama dua musim itu, mereka disingkirkan sesama tim Inggris, yaitu Tottenham Hotspur dan Liverpool.
Padahal, musim ini City dijagokan menjuarai Liga Champions, prestasi yang menjadi impian terbesar klub yang kini dimiliki investor Uni Emirat Arab itu. Sportsmole, misalnya, menaruh City sebagai unggulan teratas juara kompetisi antarklub Eropa itu melampaui klub-klub raksasa lainnya, seperti Barcelona, Liverpool, Real Madrid, dan Juventus.
”Mereka memuncaki (penyisihan) grup dengan nyaman dan pilihan tervaforit fans untuk menjadi juara Liga Champions,” tulis Sportsmole dalam prediksinya itu.
Niall Quinn, legenda Manchester City, juga berpendapat sudah saatnya City berjaya di Liga Champions. Menurut dia, start buruk di Liga Inggris bisa menjadi hikmah bagi bekas klubnya itu.
”Insting saya berkata Guardiola akan memprioritaskan (gelar juara) Eropa musim ini. Hal itu sebetulnya telah terlihat dari awal. Musim ini, bisa jadi City akhirnya memenuhi ambisi pemiliknya,” ujarnya dikutip Irish Times.
Sempurna
Kontras dengan di Liga Inggris, sejauh ini City tampil sempurna di penyisihan grup Liga Champions musim 2019-2020. Mereka selalu menang pada dua laga terakhir dan belum kebobolan di Grup C. Tren positif itu agaknya terus berlanjut saat menjamu Atalanta. Sebagai debutan di Liga Champions, Atalanta masih kesulitan beradaptasi dengan persaingan hebat di Eropa.
Tim yang sempat disebut ”ajaib” setelah finis ketiga di Liga Italia musim lalu itu belum sekalipun meraih poin. Mereka dua kali kalah dan kebobolan enam gol lawan Shakhtar Donetsk dan Dinamo Zagreb. Namun, situasi kontras itu tidak membuat City terlalu yakin.
Sebaliknya, dengan penuh kesahajaan, Guardiola justru menyanjung calon lawannya. Ia berkata, sebagai penyuka sepak bola, ia gembira menyaksikan cara bermain Atalanta. ”Apa yang mereka lakukan musim lalu dan saat ini menakjubkan. Cara bermain mereka tidak biasa. Mereka menghargai fans, tampil berani, dan mengambil risiko. Saya berharap banyak gol pada laga ini, kedua tim membuat gol dan kebobolan,” ujar Guardiola seperti dikutip Football-Italia.
Atalanta adalah contoh sukses klub yang memanfaatkan pemain muda dan akademi mereka. Keberhasilan mereka tidak terlepas dari kehebatan pemain akademi, seperti Franck Kessie, yang lantas hijrah ke AC Milan. Musim ini, muka-muka segar dari akademinya, seperti Roberto Piccoli dan Musa Barrow, ikut meramaikan tim yang juga memiliki pemain kawakan, seperti Luis Muriel dan Duvan Zapata itu. (JON)