Kebakaran lahan yang terjadi di wilayah Ogan Ilir, dan Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (22/10/2019) kembali mendekati permukiman warga.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
INDRALAYA, KOMPAS--Kebakaran lahan yang terjadi di wilayah Ogan Ilir, dan Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (22/10/2019) kembali mendekati permukiman warga. Adapun status siaga darurat kebakaran hutan dan lahan di Sumatera Selatan dimungkinkan diperpanjang jika kebakaran dan dampak asap masih mengkhawatirkan.
Rahmad (51), warga Desa Sungai Rambutan, Kecamatan Indralaya Utara, Kabupaten Ogan Ilir, mengatakan, kebakaran yang terjadi di perbatasan Palembang dan Kabupaten Ogan Ilir sudah terjadi sejak Senin malam. "Kebakaran terus meluas dan sudah mendekati rumah saya," kata Rahmad yang menunggu kedatangan petugas pemadam.
Jarak antara titik api dengan rumahnya hanya tinggal 300 meter. Kebakaran itu telah menghanguskan lahan sekitar 8 hektar.
Rahmad mengatakan kebakaran lahan di lingkungan rumahnya selalu terjadi setiap tahun. Namun, kebakaran lahan tahun ini merupakan yang terbesar sejak tiga tahun terakhir.
Rahmad menduga kebakaran ini memang disengaja karena adanya aktivitas tanam menanam oleh masyarakat setempat. "Biasanya habis dibakar akan ditanam padi atau cabai. Membuka lahan dengan cara membakar memang menjadi kebiasaan masyarakat karena dinilai lebih murah dan mudah," katanya.
Pantauan Kompas, satuan tugas penanganan kebakaran lahan Sumsel terus berupaya untuk memadamkan api kebakaran lahan di lokasi tersebut karena asap kebakaran lahan sudah mengarah ke Palembang.
Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel Ansori mengatakan Palembang menjadi daerah paling terdampak asap hasil kebakaran lahan yang hingga saat ini masih terjadi di Kabupaten Ogan Ilir, Ogan Komering Ilir, dan di Palembang. Kebakaran telah menghasilkan asap yang pekat. Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di Palembang pun masih menunjukkan kategori tidak sehat.
Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di Palembang pun masih menunjukkan kategori tidak sehat.
Kebakaran paling parah terjadi di Kabupten Ogan Komering Ilir yang terjadi di Kecamatan Cegal, Tulung Selapan, dan Pedamaran. "Kebakaran di Ogan Komering Ilir sulit dipadamkan karena berada di kawasan gambut dalam,"kata Ansori.
Kedalam gambut yang terbakar di Ogan Komering Ilir, mencapai tujuh meter sehingga ketika api di permukaan sudah padam, namun di dalam permukaan gambut masih ada api yang menjalar.
Kebakaran juga terjadi di kawasan Lahat, Empat Lawang, dan Pagar Alam. Namun kebakaran terjadi di atas lahan mineral sehingga dapat segera dipadamkan.
Ansori menerangkan, memang di beberapa wilayah yang terbakar sudah diguyur hujan. Namun karena intensitas hujan ringan hingga sedang, api tidak padam dengan tuntas.
Data BPBD Sumsel menunjukkan per 15 Oktober, kebakaran lahan di Sumsel sudah menghanguskan lahan hingga 174.528 hektar. Saat ini luas lahan terbakar diperkirakan sudah mencapai 200.000 hektar.
Melihat dari kondisi asap yang masih pekat dan laporan dari BMKG yang menyatakan beberapa daerah rawan terbakar baru memasuki musim hujan pada dasarian III bulan November, lanjut Ansori, kemungkinan status siaga darurat bencana asap di Sumsel, diperpanjang. "Namun, keputusan perpanjangan akan didiskusikan dengan instansi terkait,"ungkapnya. Sebelumnya status siaga darurat asap di Sumsel ditetapkan berakhir pada 31 Oktober 2019.
Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang Bambang Benny Setiadji menerangkan adanya badai tropis Neoguri dan Bualoi di Samudera Hindia mengakibatkan adanya penarikan massa udara ke pusat badai tropis tersebut. Kondisi ini mengakibatkan adanya potensi penurunan intensitas hujan selama tiga hari, mulai 22-24 Oktober 2019 di wilayah Sumsel dan berpotensi peningkatan intensitas asap.
Sedangkan secara lokal, ujar Bambang, kondisi hujan akibat faktor lokal (awan konvektif dan orografis) akan tetap berpotensi di wilayah bagian barat Sumsel dikarenakan kelembapan udara lapisan atas cukup memadai untuk pertumbuhan awan dan berdataran tinggi, biasanya hujan yang terjadi berlangsung sebentar, sporadis, dan berpotensi petir disertai angin kencang