Taman Mozaik Surabaya Memenuhi Selera Kekinian Warga
›
Taman Mozaik Surabaya Memenuhi...
Iklan
Taman Mozaik Surabaya Memenuhi Selera Kekinian Warga
Pembangunan ruang terbuka hijau di Surabaya disesuaikan dengan selera masyarakat. Ruang terbuka hijau, seperti taman dan hutan kota, dibangun dengan tema yang beragam.
Oleh
IQBAL BASYARI/AGNES SWETTA PANDIA
·5 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pembangunan ruang terbuka hijau di Surabaya, Jawa Timur, disesuaikan dengan selera masyarakat. Ruang terbuka hijau, seperti taman dan hutan kota, dibangun dengan tema yang beragam. Pembangunan ruang terbuka hijau menjadi destinasi wisata baru sekaligus melepas penat warga kota.
Kepala Seksi Ruang Terbuka Hijau Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) Surabaya Rochim Yuliadi, Selasa (22/10/2019), di Surabaya, mengatakan, Taman Mozaik yang baru selesai dibangun awal bulan ini memiliki konsep berupa taman rekreasi aktif yang bertema mozaik warna-warni. Aksen utama taman adalah keberadaan rumah berdinding mozaik berwarna-warni.
Di taman ini pengunjung dapat memanfaatkan rumah mozaik tersebut untuk berswafoto sebagai latar belakangnya. ‚Tampilannya sangat instagramable dan benar-benar memanjakan warga kota yang gemar berburu obyek foto untuk dipajang di media sosial,” kata Rochim.
Taman Mozaik ini memiliki luas lahan total 5.100 meter persegi. Namun, untuk tahap pembangunan pertama, pihaknya mengerjakan seluas 1.850 meter persegi. ”Sisanya akan dilanjutkan di tahap pembangunan berikutnya,” ujarnya.
Sebelum diolah menjadi Taman Mozaik, kawasan itu dahulu berupa rawa-rawa dan dihuni berbagai satwa reptil liar. Kondisinya sangat memprihatinkan karena lahan dibiarkan telantar. Karena itu, Pemkot Surabaya berinisiatif mengubah lokasi itu menjadi taman yang instagramable dan menarik.
Tampilannya sangat instagramable dan benar-benar memanjakan warga kota yang gemar berburu obyek foto untuk dipajang di media sosial.
Perencanaan pembangunan Taman Mozaik dilakukan sejak awal 2019. ”Tanah pengurukan diambil dari hasil pengerukan tanah di Underpass Mayjend Sungkono dan Bozem Yono Suwoyo,” ujar Rochim.
Tahap selanjutnya akan dilengkapi fasilitas penunjang lain, seperti toilet, pos jaga, mushala, dan taman baca masyarakat (TBM). Selain itu, ditambah pula aksen penunjang, seperti air mancur dan lampu taman. Pembangunan taman senilai Rp 1 miliar tersebut memiliki sejumlah fasilitas pendukung untuk kegiatan warga.
Perekonomian tumbuh
Perekonomian di kawasan tersebut diharapkan bisa tumbuh karena menjadi pusat keramaian baru di kawasan Surabaya Barat. ”Bagusnya, warna-warni begitu, seperti di luar negeri,” kata Silvia (19), mahasiswa yang bersama dua rekannya ditemui di Taman Mozaik di Jalan Wiyung Pratama, Surabaya.
Saat itu suhu udara di Surabaya pada angka 36 derajat celsius tak menyurutkan aksi segelintir anak-anak muda untuk memotret semua sudut taman.
Anak-anak milenial itu sengaja datang ke Taman Mozaik untuk difoto lalu diunggah ke media sosial. ”Belum ada taman seperti ini, bagus dan sangat menarik untuk dikunjungi,” begitu kata Irwan, pemuda yang sedang asyik berswafoto dengan berbagai aksi di dalam ruang mozaik.
Berdasarkan catatan Kompas, penambahan taman merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan persentase ruang terbuka hijau di Surabaya. Hingga akhir 2018, ruang terbuka hijau di Surabaya mencapai 21,79 persen dan ditargetkan bertambah menjadi 30 persen dengan mayoritas berupa taman.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menargetkan 613 taman terbangun hingga akhir 2019. Taman-taman tersebut terdiri dari 143 taman aktif dan 470 taman pasif. ”Bertambahnya taman di Surabaya ikut mendorong warga bertanam di sekitarnya, termasuk di rumah dan kampung, meski dalam pot,” kata Risma.
Bahkan, di Surabaya kini semakin banyak kampung tematik, seperti Kampung Simorejo, Kelurahan Simomulyo, Kecamatan Sukomanunggal, yang menanam sayur-sayuran menggunakan metode hidroponik. Keterbatasan lahan di perkampungan tidak menghalangi semangat warga menaman tanaman yang kini ditanam di sisi jalan kampung.
Begitu pula warga di Kedung Asem, Kecamatan Rungkut, yang menanam buah naga di sepanjang jalan kampung. ”Bercocok tanam di wilayah paling terdekat, seperti RT, sekaligus bias mempererat hubungan antarwarga, termasuk meningkatkan keakraban warga karena mereka saling bersosialisasi saat merawat tanaman,” ujar Risma.
Hutan kota
Ruang terbuka hijau di Kota Surabaya juga terus diperluas. Salah satu dengan kehadiran hutan kota Balas Klumprik, yang dilengkapi area bumi perkemahan. Hutan Kota yang dikenal dengan sebutan Taman Hutan Raya ini terletak di belakang Kantor Kelurahan Balas Klumprik, Wiyung. Dari sekitar 4,3 hektar luas hutan kota, area yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan perkemahan 3.600 meter persegi.
Koordinator Taman Hutan Raya Balas Klumprik Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Surabaya Ema Indra mengatakan, hutan kota sudah beberapa kali digunakan oleh kalangan masyarakat untuk kegiatan perkemahan.
”Mereka yang sudah memanfaatkan untuk bumi perkemahan mulai dari pelajar, mahasiswa, hingga warga. Sejauh ini, lebih kurang sudah 4-5 kali untuk kegiatan perkemahan,” ujar Ema Indra.
Hutan kota representatif untuk aktivitas perkemahan. Selain dipenuhi tanaman yang cukup tinggi dan rindang, juga tersedia lapangan yang begitu luas untuk melakukan berbagai aktivitas perkemahan. Biasanya, kegiatan perkemahan dilakukan pada Sabtu dan Minggu.
Tak hanya perkemahan, dengan lahan yang sangat luas, hutan kota Balas Klumprik nantinya juga bisa dimanfaatkan untuk kegiatan Outbound. Pemkot Surabaya merencanakan untuk membangun fasilitas outbound. Rencananya direalisasikan 2020. Lahan yang disiapkan untuk fasilitas outbond sekitar 1 hektar.
Hutan kota Balas Klumprik dibangun 2012. Di ruang terbuka hijau ini, terdapat 15.000 tanaman yang terbagi dalam dua kategori, yakni tanaman produktif dan tanaman lindung.
Tanaman yang masuk produktif antara lain mangga, sawo kecik, belimbing, dan juwet. Sementara tanaman lindung meliputi merbau, trembesi, sengon, dan asem. ”Tanaman lindung, digunakan untuk kegiatan perkemahan.dan tanaman produksi untuk tempat edukasi,” katanya.
Sebagai tempat edukasi, di hutan kota terdapat berbagai jenis tanaman produksi yang bisa dikenalkan kepada masyarakat mulai dari proses pembibitannya sampai pengembangbiakannya. Selama ini, cukup banyak warga yang memanfaatkannya, terutama kalangan pelajar.
Di ruang khusus pembelajaran itu, selain menjadi wahana untuk mengenalkan berbagai pembibitan tanaman, juga bisa menjadi tempat belajar budidaya satwa, seperti lovebird. Sebagai area wisata, di hutan kota tidak hanya terdapat beragam jenis tanaman. Di tengah area hutan terdapat pula kolam untuk budidaya lele, nila, dan patin.
Saat ini, pengelola Taman Hutan Raya Balasklumprik telah membangun pregolan, yakni gerbang masuk dan keluar pengunjung. Pregolan dibangun dengan bahan bambu, caranya sejumlah bambu diikat dengan tali sabut kelapa dengan bentuk segi empat. Dengan bentuknya yang unik, pregolan bisa menjadi spot foto yang menarik bagi para pengunjung. Ke depan di kawasan ini juga akan dibangun spot foto lain, seperti sangkar burung.