Indonesia Jaga Hubungan Strategis dengan Jepang pada Era Kaisar Naruhito
›
Indonesia Jaga Hubungan...
Iklan
Indonesia Jaga Hubungan Strategis dengan Jepang pada Era Kaisar Naruhito
Oleh
ANITA YOSSIHARA, DARI TOKYO, JEPANG
·4 menit baca
TOKYO, KOMPAS -- Kaisar Jepang Naruhito secara resmi mengumumkan naik takhta dalam upacara kerajaan di Istana Kekaisaran di Tokyo, Jepang, Selasa (22/10/2019). Upacara itu dihadiri para tamu negara dari 180 negara lebih, termasuk Wakil Presiden Ma’ruf Amin.
”Saya bersumpah akan bertindak sesuai dengan konstitusi dan memenuhi tanggung jawab sebagai simbol negara dan persatuan rakyat Jepang,” kata Naruhito (59) di hadapan sekitar 2.000 tamu undangan.
”Saya dengan tulus berharap Jepang akan terus mengembangkan serta berkontribusi bagi persahabatan dan perdamaian masyarakat internasional serta bagi kesejahteraan dan kemakmuran manusia melalui kebijakan rakyat dan upaya terus- menerus,” kata Naruhito.
Naruhito menjadi Kaisar Jepang dan istrinya, Masako, menjadi permaisuri pada 1 Mei 2019 setelah ayahnya, Akihito, mengundurkan diri sebagai kaisar pada 30 April.
Dalam upacara itu, Naruhito mengenakan baju kebesaran berwarna coklat, naik ke paviliun setinggi lebih kurang 6,5 meter. Di atas paviliun yang disebut Takamikura itu, Naruhito menyatakan kepada dunia, bahwa dia Kaisar Jepang.
Saat menghadiri upacara tersebut, Wapres Amin mengenakan setelan jas lengkap, didampingi Ibu Wury Estu Handayani. Keduanya bergabung dengan para pemimpin dari 180 negara untuk memberikan ucapan selamat atas penobatan Naruhito sebagai Kaisar Jepang ke-126.
”Hari (Selasa) ini saya mewakili Presiden Joko Widodo menghadiri upacara penobatan Kaisar Jepang,” ujar Amin sebelum berangkat ke Istana Kekaisaran.
Amin terbang ke Tokyo untuk menghadiri upacara kekaisaran Jepang kurang dari 24 jam setelah dilantik sebagai wapres. Hal ini dilakukan karena Indonesia ingin menunjukkan komitmen untuk menjaga hubungan baik dengan Jepang yang terjalin lebih dari setengah abad.
”Walau saya baru saja dilantik, Pak Presiden mementingkan pengutusan saya. Itu menunjukkan posisi Jepang sangat strategis dan penting bagi Indonesia. Kita tetap menempatkan Jepang sebagai mitra utama Indonesia ke depan,” ujar Amin seusai menghadiri upacara penobatan Kaisar.
Hubungan bilateral Indonesia-Jepang secara resmi dimulai pada tahun 1958. Selama 61 tahun, Jepang menjadi salah satu mitra terdekat Indonesia, terutama dalam kerja sama bidang investasi, industri, perdagangan, bahkan pendidikan.
Indonesia berharap hubungan kerja sama itu terus berkembang. Salah satu upaya peningkatan hubungan dilakukan dengan memperbaiki perjanjian kerja sama, terutama di bidang ekonomi. Untuk itu, Indonesia-Jepang memutuskan merevisi perjanjian kemitraan ekonomi, Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA).
Dalam kunjungan kenegaraan itu, Amin juga bertemu dengan perwakilan Asosiasi Jepang-Indonesia (Japinda) yang dipimpin langsung oleh mantan Perdana Menteri Jepang, Yasuo Fukuda. Pertemuan itu membahas upaya peningkatan kerja sama kedua negara. Fukuda menyampaikan, dalam waktu dekat, akan membawa rombongan bisnis ke Indonesia.
Bertemu Raja Malaysia
Sementara di sela-sela kunjungannya, Wapres Amin melakukan pertemuan bilateral dengan Raja Malaysia Tengku Abdullah. Salah satu topik yang dibahas dalam pertemuan itu adalah masalah radikalisme dan intoleransi yang semakin mengkhawatirkan.
Amin menyampaikan dunia, termasuk negara-negara ASEAN juga menghadapi munculnya radikalisme dan intoleransi. Bahkan di Indonesia baru saja terjadi penusukan terhadap Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan 2014-2019 Wiranto.
Karena itu, Amin mengajak Malaysia bersama-sama memerangi radikalisme dengan mengembangkan Islam yang damai, toleran, dan Islam garis tengah atau wasathiyah. "Saya mengajak Malaysia untuk bersama-sama mengembangkan Islam yang damai, toleran, rahmatan lil alamin, yang oleh kita itu dilabeli dengan Islam wasathiyah. Ini penting untuk kita menangkal berkembangnya Islam yang radikal," tuturnya.
Tak hanya itu upaya menangkal radikalisme juga penting bagi keamanan kawasan. Dengan menekan radikalisme, diyakini stabilitas di kawasan, terutama wilayah Indonesia-Malaysia, bisa terjaga.
Persoalan tenaga kerja Indonesia (TKI) juga dibahas dalam pertemuan. "Raja ini punya kewenangan untuk mengampuni, oleh karena itu saya menitipkan tenaga kerja kita di Malaysia supaya memperoleh perlindungan dari beliau. Dan saya minta anak-anak kita itu dianggap anak-anak beliau saja, bagaimana beliau memperlakukannya," kata Amin menjelaskan.
Isu diskrimasi sawit pun tak diketinggalan dibahas. Wapres Amin mengajak Raja Malaysia untuk bekerja sama melawan upaya-upaya diskriminasi produk kelapa sawit. Soal upaya konkret yang rencananya dilakukan akan dibicarakan oleh para menteri terkait dari kedua negara. (REUTERS/AP/LOK)