Salah satu sorotan publik di Kabinet Indonesia Maju adalah penunjukan ST Burhanuddin sebagai Jaksa Agung. Menurut Presiden, perlu ada sosok internal yang dapat membangun soliditas lembaga.
Oleh
Nina Susilo
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Banyak pihak menanyakan pertimbangan pemilihan ST Burhanuddin sebagai Jaksa Agung di Kabinet Indonesia Maju. Sebagian orang mengaitkan hubungan Burhanuddin dengan PDIP TB Hasanuddin.
Presiden Joko Widodo tetap pada keyakinannya bahwa Kabinet Indonesia Maju dengan personil-personilnya bisa bekerja lebih baik dari Kabinet Indonesia Kerja. Dalam bincang sore dengan wartawan di Istana Merdeka, Kamis (24/10/2019), Presiden blak-blakan menjawab hampir semua pertanyaan wartawan. Salah satunya adalah terkait pemilihan ST Burhanuddin sebagai Jaksa Agung yang dekat dengan TB Hasanuddin.
Menurut Presiden, pertimbangan pertama adalah kebutuhan tokoh dari internal Kejaksaan Agung yang lebih memahami hal-hal di dalam institusi ini. "Pak Jaksa Agung saat bertemu dengan saya menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan proses perbaikan di internal dan juga berkaitan pencegahan-korupsi, itu yang (membuat) saya tertarik," tutur Presiden.
Presiden juga menjamin Jaksa Agung bertindak profesional dalam menjalankan tugas di bidang penegakan hukum. Pertalian saudara dengan TB Hasanuddin semestinya tidak dipermasalahkan. "Beliau adalah mantan Jaksa Agung Muda, berpengalaman, kita lihat penampilan juga oke, tegas tapi lembut," jawab Presiden yang diakhiri dengan seloroh.
Jawaban ini membuat wartawan bertanya usil. "Kumisnya ya, Pak?" Presiden pun tertawa. "Hahahaha, ya kan? Saya kira, sudahlah, masak semua ditanya," ujarnya.
Burhanuddin juga mengakui sebagai adik TB Hasanuddin. "Ini kan kakak-beradik, misalnya kakak saya tokoh PDIP, apakah saya tidak boleh (menjabat)?," katanya kepada wartawan seusai Sidang Kabinet perdana, Kamis pagi.
Burhanuddin juga menegaskan tidak aktif sama sekali di PDI-P maupun di partai lain. Dia juga tidak menjadi anggota partai politik. Burhanuddin adalah jaksa karier dengan jabatan tertinggi Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara tahun 2011 sampai pensiun pada 2014. Saat Presiden Jokowi terpilih pada 2014, namanya sempat disebut pula sebagai calon Jaksa Agung. Setahun setelah pensiun, Burhanuddin menjadi Komisaris PT Hutama Karya.
Setelah menjabat Jaksa Agung, Burhanuddin mengatakan akan memperbaiki sistem di Kejaksaan Agung. Kendati ini prioritas buatnya, dia masih akan mempelajari dulu saat ini. "Saya empat tahun meninggalkan (Kejaksaan Agung), saya akan pelajari itu, saya tidak mau asal terobos, tapi pasti langkah saya lebih panjang," tuturnya kepada wartawan.