Tradisi lisan di Indonesia harus terus ditumbuhkan untuk mencegah kepunahan. Dalam masyarakat dengan beragam suku, bahasa, dan budaya, tradisi lisan menjadi salah satu media yang bisa memperkokoh bangsa.
Oleh
Reny Sri Ayu
·2 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS - Tradisi lisan di Indonesia harus terus ditumbuhkan untuk mencegah kepunahan. Dalam masyarakat dengan beragam suku, bahasa, dan budaya, tradisi lisan menjadi salah satu media yang bisa memperkokoh bangsa. Karena itu, merawat memori penting dilakukan dan diturunkan dari generasi ke generasi untuk mempertahankan tradisi lisan.
Hal ini mengemuka dalam Seminar Internasional dan Festival Tradisi Lisan yang digelar di Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (24/10/2019). Acara yang dilaksanakan Asosiasi Tradisi Lisan hingga Minggu (27/10) ini dihadiri pemerhati budaya dan tradisi lisan dari berbagai daerah. Seminar juga menghadirkan pembicara dari luar negeri.
Memori kebudayaan bisa ditumbuhkan melalui berbagai pertunjukan atau momen.
Antropolog Ninuk Kleden mengatakan, memori terkait sejarah bisa membangkitkan emosi maupun empati. Merawat memori ini bisa dilakukan dengan banyak cara, di antaranya melalui seni pertunjukan.
“Ada banyak jenis memori, ada yang sifatnya individual, sosial, dan budaya. Memori kolektif bisa dipanggil melalui perorangan, tapi memori kebudayaan bisa ditumbuhkan melalui berbagai pertunjukan atau momen. Misalnya, acara perkawinan, khitanan, panen, atau beragam acara lain yang banyak bagiannya biasanya berasal atau diketahui dari tradisi lisan," katanya.
Ketua Umum Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) Pudentia mengatakan, tradisi dan kearifan lokal di satu daerah mampu menjadi penjaga moral masyarakat pendukungnya. Tradisi seperti ritual adat, seni pertunjukan, hingga sastra lisan yang diwariskan turun-temurun berisi banyak petuah kebaikan tanpa menggurui.
“Semua tradisi mengajarkan kebaikan, mampu menjadi penengah, bahkan solusi masalah. Kalau ada yang mengajarkan keburukan, pasti ada yang salah. Itulah mengapa ATL merasa bertanggung-jawab untuk melestarikan, yang di dalamnya ada upaya pengembangan. Hal ini juga diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan,” katanya.
Di Indonesia, tradisi lisan bisa menjelaskan banyak hal, mulai dari asal usul suatu daerah, kearifan lokal, kuliner, literasi bencana, sejarah perjuangan, hingga persoalan sosial kemasyarakatan.
Prof Dr Charles Jeurgens dari Universitas Amsterdam mengatakan, ada banyak catatan sejarah terkait Indonesia yang ada di Belanda yang bisa disusun secara digital. “Bagaimana arsip di museum di Belanda maupun Museum Nasional Indonesia yang bisa didigitalkan dan dikolonisasi. Bagaimana agar suatu obyek bisa dilihat dari orang yang melihatnya dari perspektif yang berbeda,” katanya.