Festival belanja dalam jaringan atau daring bertajuk ”11.11” merupakan momen penting bagi Lazada untuk memperkuat ekosistem perdagangan secara elektronik atau e-dagang di Asia Tenggara.
Oleh
Norbertus Arya Dwiangga Martiar
·3 menit baca
Norbertus Arya Dwiangga, dari Singapura
SINGAPURA, KOMPAS — Festival belanja dalam jaringan atau daring bertajuk ”11.11” merupakan momen penting bagi Lazada untuk memperkuat ekosistem perdagangan secara elektronik atau e-dagang di Asia Tenggara. Kebutuhan dan perilaku belanja yang berbeda di setiap negara menjadi tantangan untuk dijembatani.
CEO of Lazada Group Pierre Poignant mengatakan, festival belanja daring atau hari belanja daring adalah konsep bagus untuk mengenalkan dan memperdalam pasar belanja daring. Pada 2012, Lazada mengenalkan konsep serupa dengan Hari Belanja Daring 12.12. Kini, Lazada akan meneruskannya dengan Festival Belanja Daring 11.11.
”Konsep ini sangat bagus dengan sambutan luar biasa. Hal ini diperlukan agar masyarakat mengerti, tidak hanya bagi konsumen, tetapi juga mitra kami,” kata Poignant dalam temu media dari beberapa negara di kawasan Asia Tenggara, Kamis (24/10/2019), di Singapura.
Poignant optimistis Festival Belanja Daring 11.11 akan disambut baik di Asia Tenggara karena pasar Asia Tenggara tumbuh sangat cepat. Sejak Juni 2018 sampai dengan Juni 2019, Lazada membukukan pertumbuhan transaksi 128 persen di enam negara, yakni Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.
Selain itu, ada 50 juta konsumen aktif di Lazada dalam setahun. Diperkirakan, hingga 2025, nilai ekonomi berbasis internet di Asia Tenggara akan mencapai 300 miliar dollar AS. Optimisme ini juga muncul karena Lazada didukung Alibaba.
Lazada yang sebelumnya didominasi penjualan barang elektronik, lanjut Poignant, dalam dua tahun terakhir didominasi produk mode dan aksesorinya. Selanjutnya, produk dengan perputaran cepat (FMCG) dan produk pernak-pernik. Adapun penjualan barang elektronik di urutan keempat.
Menurut Pierre, peluang pasar daring di Asia Tenggara sangat besar. Salah satu strategi yang dilakukan adalah mendekatkan diri dengan konsumen di masing-masing negara, seperti melalui bahasa setempat. Setiap hari ada 150 juta pencarian di platform Lazada dengan lima bahasa lokal.
Co-President of Lazada Group Jing Yin menambahkan, Lazada akan lebih banyak melibatkan toko bermerek. Untuk Festival Belanja 11.11, sudah ada beberapa merek yang akan melakukan prapenjualan produk yang hendak diluncurkan.
Tantangan
Untuk pengembangan pasar belanja daring, menurut Poignant, salah satu tantangan di Asia Tenggara adalah sekitar 73 persen penduduknya belum terakses layanan perbankan. Pasar masih terfragmentasi, sedangkan pelaku usaha kesulitan mengakses pembiayaan. Di Indonesia, biaya logistik tinggi, yakni 24 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).
”Di Indonesia, konsumen sangat fokus dengan keandalan dan rantai pasok terkait infrastruktur. Hal ini sangat penting untuk kami perhatikan,” ujar Poignant.
Menurut Yin, komponen biaya logistik menjadi perhatian Lazada. Sebab, hal ini berkaitan langsung dengan pengalaman konsumen dalam berbelanja daring. Khusus di Indonesia, pihaknya tetap mempertimbangkan untuk membangun pergudangan untuk mendekatkan diri dengan konsumen.
Perihal situasi ekonomi global yang tidak menentu, Yin optimistis tidak akan berpengaruh pada Festival Belanja Daring 11.11. Sebab, pasar daring masih sangat muda sehingga peluang pertumbuhan masih tinggi. Sementara pengalaman Lazada tumbuh tiga angka antara Juni 2018 sampai Juni 2019 memperlihatkan pasar masih dapat tumbuh dengan cepat. (NAD)