Pemerintah Siapkan Pemetaan Pasar untuk Tingkatkan Ekspor
›
Pemerintah Siapkan Pemetaan...
Iklan
Pemerintah Siapkan Pemetaan Pasar untuk Tingkatkan Ekspor
Data pemetaan pasar ekspor dibutuhkan saat ini. Pemerintah dan pihak terkait sedang menyiapkan itu untuk mendukung perluasan pasar ekspor ke wilayah non tradisional.
Oleh
Erika Kurnia
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Pemerintah bersama pelaku usaha terkait menyiapkan pemetaan pasar dan komoditi ekspor. Langkah ini dilakukan untuk meningkatkan efektivitas ekspor di tengah pelemahan perekonomian global akibat perang dagang Amerika Serikat - China.
Pemetaan pasar ini disiapkan dengan memperbanyak kerja sama internasional. "Sebelum itu, kita butuh informasi yang lebih detail, jadi kami perlu melakukan mapping (pemetaan) dulu. Dengan itu, kita dapat menaruh jangkar untuk kebijakan setahun ke depan agar neraca kita lebih baik," kata Menteri Perdagangan Agus Suparmanto, Jumat (25/10/2019), di Kantor Kementerian Perdagangan Jakarta.
Data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor Indonesia pada September 2019 mencapai 14,10 miliar dollar AS atau turun 1,29 persen dibanding ekspor Agustus 2019. Demikian juga jika dibanding September 2018 menurun 5,74 persen.
Secara kumulatif, nilai ekspor periode Januari–September 2019 mencapai 124,17 dollar AS miliar atau menurun 8 persen dibanding periode yang sama tahun 2018. Demikian juga dengan ekspor nonmigas yang mencapai 114,75 miliar dollar AS atau menurun 6,22 persen. Sektor nonmigas merupakan sektor pemberi andil besar terhadap total ekspor, yaitu 92 persen.
Sementara itu, Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Hubungan Internasional Shinta Widjaja Kamdani, pada kesempatan sama mengaku siap membantu Kemendag untuk membuat marketing intelligence, yaitu strategi untuk memperoleh informasi dengan pengumpulan data dan analisis pasar yang sesuai dengan keadaan pasar saat ini.
"Kita perlu data dan market intelligence. Kita juga perlu ajak asosiasi yang berkaitan untuk bersama-sama membuat ini. Ke depan, misi dagang perlu lebih banyak pada produk-produk tertentu, bukan sektoral, jadi kita bisa lebih fokus," kata dia.
Ia memberi contoh, Indonesia mulai fokus menyerap kapas berkualitas dari Amerika Serikat, yang tak diserap pasar China, akibat perang dagang. Sebaliknya, Amerika Serikat berjanji membeli hasil garmen Indonesia. Menurut Shinta, Indonesia perlu tetap fokus pada pasar tradisional yang perlu produk spesifik dari Indonesia.
Selain itu, pasar ekspor nontradisional juga perlu lebih digarap. Contoh pasar yang dimaksud di antaranya Amerika Latin. Sayangnya pasar di wilayah ini jarang dilirik kendati potensi ekonominya besar.
Tidak cukup itu, Kadin menjajaki kerjasama dengan negara-negara Amerika Latin melalui penyelenggaraan Asia- Pacific Economic Cooperation (APEC) di Santiago, Chili, November mendatang. "Saat ini, peluang kerja sama dengan negara-negara Afrika juga terbuka lebar, walaupun hambatan tarif masih jadi pekerjaan rumah bersama," ujarnya.
Transaksi besar
Pada gelaran Trade Expo Indonesia (TEI) ke-34 pada 16 Oktober sampai 20 Oktober 2019 lalu, Mesir menjadi negara dengan penyumbang transaksi tertinggi, yakni 270,51 juta dollar AS atau 18,23 persen dari total transaksi.
Merespons itu, Menteri Agus melihat pasar ekspor di Mesir cukup besar karena Indonesia mampu mengolah banyak produk yang mereka butuhkan. Produk yang dimaksud meliputi produk kelapa sawit (CPO), produk agrikultur, hingga barang kerajinan tangan. "Setelah Mesir, transaksi terbanyak berdasarkan negara datang dari Jepang sebesar 260,01 juta dollar AS, China 201,52 juta dollar AS, dan India 96,71 juta dollar AS," tuturnya.
Data TEI 2019, nilai transaksi sebesar 10,96 miliar dollar AS atau naik 29,04 persen dibanding acara tahun lalu yang membukukan transaksi sampai 8,49 miliar dollar AS. Jumlah itu terdiri dari transaksi produk sebesar 1,54 miliar dollar AS, transaksi perdagangan jasa sebesar 120,08 juta dollar AS, dan transaksi investasi sebesar 9,29 miliar dollar AS.
TEI 2019 diikuti 1.500 perusahaan, atau lebih tinggi dari 1160 perusahaan di tahun 2018. Jumlah pengunjung tahun ini juga meningkat 28,39 persen hingga 42.796 orang. Tahun lalu, jumlah pengunjung hanya mencapai 33.333 orang. Adapun 36 negara datang sebagai pembeli.
"Hal tersebut menunjukkan eksportir Indonesia mampu meyakinkan pembeli mancanegara untuk bertransaksi di tengah persaingan global yang semakin ketat. Artinya, eskportir kita sudah mampu menghasilkan produk sesuai selera pasar dan berdaya saing. Ke depan, kita perlu memperluas pasar secara daring," ujarnya.