BMKG memasang tambahan 194 seismograf demi meningkatkan kecepatan peringatan dampak gempa dan potensi tsunami. Sebelumnya sudah ada 170 seismograf.
Oleh
Tatang Mulyana Sinaga/Kristi Dwi Utami
·3 menit baca
BMKG memasang tambahan 194 seismograf demi meningkatkan kecepatan peringatan dampak gempa dan potensi tsunami. Sebelumnya sudah ada 170 seismograf.
SOREANG, KOMPAS - Potensi kegempaan Indonesia tinggi. Pemasangan instalasi 194 seismograf di seluruh Indonesia diharapkan mampu meningkatkan akurasi informasi dan peringatan dini gempa bumi serta tsunami.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memiliki 170 seismograf. Jumlah itu belum ideal. Sebagai perbandingan, Jepang dengan wilayah lebih kecil dan penduduk lebih sedikit dari Indonesia mempunyai lebih dari 1.000 seismograf. Jaringan seismograf lebih rapat membuat penentuan parameter gempa dapat lebih cepat dan akurat.
”Informasi gempa, seperti sumber, kekuatan, dan kedalaman, bisa diperoleh lebih cepat dan akurat. Hal ini dapat meminimalkan korban,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat meresmikan beroperasinya sensor seismograf di Pasirjambu, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (25/10/2019). Indonesia berada di wilayah pertemuan empat lempeng besar, yakni Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, Lempeng Pasifik, serta Lempeng Laut Filipina, dengan arah gerak berbeda.
”Dengan begitu, kami bisa lebih cepat menentukan apakah gempa berpotensi memicu tsunami atau tidak,”
Menurut Dwikorita, sistem komunikasi seismograf akan mengirim data rekaman ke kantor BMKG. Setelah diolah, informasi diteruskan kepada masyarakat melalui media, media sosial, ataupun aplikasi info BMKG. Informasi juga disampaikan ke pemerintah daerah melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
Sebelumnya, BMKG menentukan parameter gempa sekitar lima menit setelah gempa. Dengan penambahan 194 seismograf, Dwikorita optimistis bisa menentukan parameter dalam tiga menit. ”Dengan begitu, kami bisa lebih cepat menentukan apakah gempa berpotensi memicu tsunami atau tidak,” ujarnya.
Hingga saat ini belum ada alat yang mampu memprediksi gempa. Jadi, antisipasi dampak baru bisa dilakukan setelah gempa terjadi. Kecepatan informasi mutlak diperlukan sebagai pertimbangan mengeluarkan peringatan dini tsunami. Sebab, tsunami dapat sampai ke daratan dalam hitungan menit, tergantung pada kekuatan dan jarak pusat gempa ke daratan.
BMKG berencana membangun sistem peringatan dini gempa bumi (earthquake early warning system/EEWS) pada 2020. Metode ini memanfaatkan selisih waktu kecepatan penjalaran gelombang primer dan sekunder. Meski selisih waktunya singkat, hal itu sangat berguna untuk mematikan sistem lain, seperti jaringan gas Pertamina untuk menghindari kebakaran.
Kepala BMKG Bandung Tony Agus Wijaya mengatakan, seismograf di Pasirjambu juga berfungsi untuk mendeteksi aktivitas sesar di sekitarnya, seperti Sesar Lembang dan Sesar Garut Selatan. Aktivitas kedua sesar dirasakan di Bandung selatan. ”Harapannya, seismograf mampu mendeteksi gempa mikro. Datanya bisa dikombinasikan dengan rekaman seismograf lain sehingga informasi lebih akurat,” ujarnya.
Waspadai tanah longsor
BMKG Tegal memperkirakan, wilayah pantura barat, seperti Brebes, Tegal, Kota Tegal, Pemalang, Pekalongan, dan Batang, akan diguyur hujan pada minggu kedua dan ketiga November. Puncak musim hujan diperkirakan terjadi pada Januari-Februari 2020.
Setelah kemarau sejak Mei, salah satu bencana yang berpotensi terjadi di musim hujan, yakni tanah longsor, patut diwaspadai. Di Jawa Tengah, 30 dari 35 kabupaten/kota dinilai rawan longsor. ”Bencana seperti banjir dan longsor patut diwaspadai saat musim hujan,” kata prakirawan cuaca BMKG Tegal, Sri Nur Latifah, Jumat.
BPBD Jateng memperkirakan, 642.000 keluarga dari 342 kecamatan di 30 kabupaten/kota di Jateng terancam bencana tanah longsor. Kepala Pelaksana Harian BPBD Jateng Sudaryanto mengatakan, pihaknya terus melakukan pelatihan mitigasi bencana untuk menekan risiko bencana. Pelatihan dilakukan, antara lain, di Kabupaten Brebes, Banjarnegara, Wonosobo, Karanganyar, Kebumen, Cilacap, Pekalongan, dan Pemalang.
”Pelatihan mitigasi dari BPBD Jateng diadakan dua hari. Kami diajari langkah-langkah menangani dan menanggulangi bencana longsor. Kami juga dilatih untuk memiliki ketahanan mental agar segera bangkit setelah bencana,” kata Camat Salem, Kabupaten Brebes, Nur Ali.