JAKARTA, KOMPAS - PT Bank Central Asia Tbk membukukan kenaikan penyaluran kredit 10,9 persen menjadi Rp 585 triliun pada September 2019. Pertumbuhan penyaluran kredit tersebut terutama didukung peningkatan kredit korporasi serta kredit komersial dan usaha kecil menengah.
Pada September 2019, kredit korporasi tumbuh 16,5 persen secara tahunan, menjadi Rp 232 triliun. Kredit komersial dan usaha kecil menengah (UKM) tumbuh 10,5 persen secara tahunan, menjadi Rp 192,2 triliun.
Penyaluran kredit konsumer juga naik 4,1 persen secara tahunan menjadi Rp 92,1 triliun. Pada kredit konsumer, kredit properti (KPR) tumbuh 6,8 persen menjadi Rp 92,1 triliun, kredit kepemilikan kendaraan bermotor (KKB) turun 2,0 persen menjadi Rp 47,8 triliun, dan saldo pinjaman kartu kredit tumbuh 10,4 persen menjadi Rp 13,4 triliun.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja, dalam konferensi pers, Senin (28/10/2019), di Jakarta, mengatakan, pertumbuhan penyaluran kredit BCA pada September 2019 yang mencapai 10,9 persen melampaui rata-rata industri pada periode yang sama, yaitu sekitar 6 persen.
Menurut dia, kondisi pasar pada 2018 lebih bagus dibandingkan dengan 2017. Sementara, sejak awal 2019 sampai sekarang, pasar dihadapkan pada hiruk-pikuk pemilihan presiden dan penunjukan menteri di kabinet Indonesia Maju.
Jahja mengaku telah berbincang dengan sejumlah korporasi. Hasilnya, korporasi menunggu realisasi program-program kerja para menteri di Kabinet Indonesia Maju. Kebijakan pemerintah pusat dan daerah juga disarankan lebih terintegrasi.
"Mereka (para korporasi yang dihubungi) mengaku optimistis. Namun, dalam konteks penyaluran kredit, kan, tidak cukup optimis, melainkan juga realisasi," ujar dia.
Jahja mengaku tidak berani memberikan estimasi yang tepat pertumbuhan kredit BCA sampai dengan akhir tahun 2019. Sebab, sisa waktu hingga akhir tahun hanya tiga bulan. Padahal, biasanya pengusaha perlu waktu cukup lama untuk mengambil keputusan. Jahja hanya memperkirakan, kredit BCA tumbuh di kisaran 8-9 persen pada akhir tahun.
dalam konteks penyaluran kredit, kan, tidak cukup optimis, melainkan juga realisasi
Perihal kredit konsumer, Jahja menegaskan, kinerja penyaluran KPR akan bagus ketika kondisi makro ekonomi juga bagus. Sejumlah pengusaha properti yang dia temui menceritakan, saat ini pengambilan KPR lebih banyak dipakai untuk kebutuhan pribadi, sedangkan properti untuk investasi sangat berkurang.
Terkait kredit KKB, lanjut Jahja, penurunan penyalurannya barangkali dipengaruhi tren orang yang semakin nyaman menggunakan layanan transportasi umum. Hal ini terutama terjadi di kota-kota besar.
Rasio kredit macet atau non performing loan (NPL) kredit BCA mencapai 1,6 persen pada September 2019. Sementara, setahun sebelumnya, NPL kredit BCA sebesar 1,4 persen. Menurut Jahja, beberapa faktor mempengaruhi rasio NPL, seperti situasi di industri baja dan bencana alam di Palu tahun lalu yang menyulitkan pengumpulan cicilan.
Pada periode sembilan bulan pertama tahun ini, laba bersih perusahaan naik 13 persen menjadi Rp 20,9 triliun. Pendapatan bunga bersih naik 12,2 persen menjadi Rp 37,4 triliun dan pendapatan operasional lainnya naik 19,3 persen menjadi Rp 15 triliun.
Perbankan digital
Direktur BCA Vera Eve Lim menjelaskan, proses menjadikan PT Bank Royal Indonesia menjadi anak usaha bidang perbankan digital masih berjalan. Konsep perbankan digital yang dikembangkan BCA berbeda dengan Kakao Bank di Korea Selatan. Kakao Bank dibangun di belakang platform pesan instan populer, yaitu Kakao Talk. Sementara, ekosistem bank digital yang akan dibangun BCA murni berlatar belakang bank.
"Rencananya, pada tahun depan kami akan mengumumkan. Segala layanan dasar perbankan akan ada, seperti bisa menabung, pinjam kredit, transfer uang, dan pemindahbukuan. Ekosistem rantai pasoknya lengkap. Sasaran layanan perbankan digital kali ini lebih mass atau ritel," ujar dia.
Vera mengatakan, pihaknya sementara ini akan fokus menyelesaikan proses akuisisi PT Bank Royal Indonesia. (MED)