Belum Padam, Api Lalap 100 Hektar Areal Gunung Ciremai
›
Belum Padam, Api Lalap 100...
Iklan
Belum Padam, Api Lalap 100 Hektar Areal Gunung Ciremai
Hingga Selasa (29/10/2019) siang, kebakaran hutan dan lahan yang melanda Gunung Ciremai, Jawa Barat, sejak Senin belum juga padam. Areal yang dilalap si jago merah diperkirakan lebih dari 100 hektar.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
KUNINGAN, KOMPAS — Hingga Selasa (29/10/2019) siang, kebakaran hutan dan lahan yang melanda Gunung Ciremai, Jawa Barat, sejak Senin, 28 Oktober, belum juga padam. Areal yang dilalap si jago merah diperkirakan lebih dari 100 hektar.
Dari pantauan Kompas, asap masih menyelimuti Blok Sigiribig, Desa Setianegara, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan, pada Selasa pukul 12.00. Setidaknya ditemukan dua titik kebakaran di lokasi terdampak pada ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut.
”Kami masih berusaha memadamkan api. Luas areal yang terbakar diperkirakan lebih dari 100 hektar,” ujar Yayat Sudrajat dari Seksi Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kuningan, saat ditemui di lokasi. Kawasan yang terbakar antara lain berupa pohon pinus dan alang-alang.
Sekat bakar akan menjadi jalur pemisah area yang terbakar sehingga daerah lain tidak terjilat kobaran api.
Upaya pemadaman dilakukan dengan cara manual, seperti membuat sekat bakar dan menyemprotkan air ke daerah terdampak. Petugas membuat sekat bakar dengan membabat ilalang sehingga lahan hanya menyisakan tanah dan batu. Mereka membuat semacam alur selebar 6 meter.
Selanjutnya, ilalang ditumpuk di sepanjang jalur bekas pangkasan tersebut. Sekat bakar akan menjadi jalur pemisah area yang terbakar sehingga daerah lain tidak terjilat kobaran api. Sekat bakar juga menjadi jalur bagi warga memadamkan api.
Sebanyak 63 personel diterjunkan untuk memadamkan api di Ciremai. Petugas terdiri dari BPBD Kuningan, Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), personel Polri-TNI, dan relawan. Sebelum naik ke gunung, petugas berkumpul di pos Gegerhalang, berkisar satu-dua jam ke lokasi kebakaran.
”Sejumlah petugas terluka karena terkena bara api, tetapi kondisinya masih baik-baik saja. Kami membawa perlengkapan obat-obatan,” lanjut Yayat.
Dia menjelaskan, angin kencang dan arahnya yang berubah-ubah menjadi kendala pemadaman. Selain itu, medan ke lokasi juga terjal dan dipenuhi bebatuan.
Kebakaran melanda daerah tersebut sejak Senin pukul 10.45. Kepulan asap membubung tinggi dan terdengar suara letupan kebakaran. Lokasi kebakaran lebih dari 3 kilometer dari permukiman terdekat dan pabrik air mineral dalam kemasan.
Kebakaran di Setianegara menambah daftar panjang kebakaran hutan dan lahan di Ciremai tahun ini. Sebelumnya, pada Senin, 21 Oktober, api membakar wilayah Majalengka hingga perbatasan Kuningan. Sekitar 190 hektar areal hangus terbakar. Api baru dapat dipadamkan pada Sabtu, 26 Oktober.
Sebelum itu, berdasarkan catatan Balai TNGC pada Agustus hingga 4 Oktober, lebih dari 577 hektar hutan dan lahan di Ciremai juga terbakar. Balai TNGC bahkan menutup jalur pendakian sejak Agustus hingga waktu yang belum ditentukan. ”Kemungkinan, jalur pendakian dibuka kembali ketika hujan sudah turun,” kata Agus Yudantara dari Humas Balai TNGC.
Balai TNGC juga mencatat, lahan yang terbakar pada 2013 seluas 14,96 hektar. Pada 2014, meningkat menjadi 266,034 hektar dan melonjak lagi menjadi 666,9 hektar setahun kemudian. Setelah tak ada kebakaran sepanjang 2016, api muncul lagi pada 2017. Saat itu, luas lahan terbakar sekitar 107 hektar.
Tahun 2018, lebih dari 1.400 hektar lahan terbakar. Upaya pemadaman dengan bom air juga dilakukan. ”Penyebab kebakaran belum diketahui. Penyebabnya diduga bisa dari puntung rokok, warga yang membakar lahan di sekitar Ciremai, hingga api obor warga yang mencari madu dari lebah hutan,” ungkapnya.