Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kembali menggelar Festival Bebas Batas ke-2. Pameran ini menjadi panggung ekspresi karya seni rupa bagi para perupa disabilitas.
Oleh
Aloysius Budi Kurniawan
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Tahun 2019 ini Direktorat Kesenian, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kembali menggelar Festival Bebas Batas ke-2. Pameran ini menjadi panggung ekspresi karya seni rupa bagi para perupa disabilitas.
Rangkaian Festival Bebas Batas ke-2 sudah digelar sejak Juni 2019 dan akan berlanjut hingga November mendatang. Festival ini diikuti sebanyak 28 perupa disabilitas dari berbagai daerah Indonesia yang memamerkan sebanyak 40 karya seni yang dikemas dalam berbagai rangkaian kegiatan.
Kegiatan pertama Festival Bebas Batas ke-2 berupa lokakarya yang digelar di empat Rumah Sakit Jiwa (RSJ), meliputi: RSJ Prof Dr Soerojo Magelang, RSJ Menur Surabaya, RS Ernaldi Bahar Palembang, dan RS Dr H. Marzoeki Mahdi Bogor pada Juni-September 2019. Rangkaian kedua adalah Pameran Pendamping yang menyuguhkan hasil lokakarya di empat RSJ dan karya pilihan dari RSJ Daerah Surakarta dengan mengusung tema “Merupa Ingatan”. Pameran Pendamping ini menampilkan 61 karya yang dipajang di Mal Solo Square 21-23 Oktober 2019.
Berikutnya, rangkaian ketiga adalah Pameran Utama yang merupakan hasil open call yang dibuka secara umum untuk para perupa penyandang disabilitas dari seluruh Indonesia. Pada tahap ini telah terseleksi 28 peserta dengan sekitar 40 karya. Pameran Utama yang mengusung tema “Meneroka Batas” ini akan dilaksanakan 10-15 November 2019 di Pendopo Institut Seni Indonesia Surakarta.
“Rangkaian kegiatan keempat akan digelar di Pendopo ISI Surakarta juga berupa Workshop melukis, membatik, dan membuat gerabah yang diikuti para peserta pameran utama. Workshop akan dilaksanakan 11 November 2019,” kata Kepala Sub Direktorat Seni Rupa Direktorat Kesenian, Susiyanti, Selasa (29/10/2019), saat dihubungi dari Malang, Jawa Timur.
Terakhir, rangkaian Festival Bebas Batas ke-2 akan ditutup dengan kegiatan Diskusi Seni untuk Disabilitas yang terbuka untuk umum. Kegiatan ini diselenggarakan pada 11 November 2019 di Teater Kecil ISI Surakarta.
Beri ruang
Direktur Kesenian Restu Gunawan mengatakan, Festival Bebas Batas memberikan ruang kepada para perupa disabiiltas untuk menyajikan karya-karya seni yang dibingkai dalam kegiatan pameran. Selain itu, kegiatan ini juga menjadi wahana bagi publik untuk mengapresiasi karya-karya seni para perupa disabilitas.
Festival Bebas Batas memberikan ruang kepada para perupa disabiiltas untuk menyajikan karya-karya seni yang dibingkai dalam kegiatan pameran.
“Keterbatasan bukan hal yang mesti dihadapi dengan rasa iba atau memelas. Lewat kegiatan ini, para perupa disabilitas mampu menunjukkan karya-karya seni yang telah melampaui aspek formalistik yang mampu merengkuh imajinasi dan rasa, serta tidak terkungkung dengan ketakutan atas tanggapan kritik dari para apresiator,” paparnya.
Tahun lalu, puncak Festival Bebas Batas ke-1 digelar di Galeri Nasional 12-29 Oktober 2019 dengan mengusung tema “Pokok di Ambang Batas”. Pameran tersebut menampilkan karya-karya dari 35 peserta hasil seleksi terbuka, karya-karya dari peserta undangan dalam dan luar negeri, meliputi koleksi Borderless Art Museum No-Ma Jepang, hasil lokakaryaKedutaan Spanyol di Indonesia, proyek seni Institut Francais d’Indonesie, proyek seni British Council Indonesia, dan beberapa karya orang dengan gangguan jiwa dari lima rumah sakit jiwa di Indonesia.
“Seni adalah ranah yang dapat membebaskan (siapa pun) dari stigma dan prasangka, termasuk dalam hal ini adalah berbagai predikat yang membuat penyandang kebutuhan khusus seolah-olah kelompok sosial yang kontras dengan masyarakat pada umumnya,” ujar kurator pameran A Sudjud Dartanto.